Artikel I JATIMSATUNEWS.COM: Sejak dahulu kala, sesepuh dan para guru kyai kami menempuh hisab dalam penentuan 1 Syawal. Memang silsilah ilmu falak sangat dijaga turun temurun di sana. Bahkan Abah, bapak kami, katanya juga lumayan pinter ilmu falaknya. Sayangnya tidak satu pun anaknya yang mewarisinya. Apalagi saya, bahkan bab muqoddimah kitab falakiyah aja nggak paham blas. Jian santri uwopo ini.
Dulu sering lebaran beda, bahkan pernah tiga tahun berturut-turut kalau nggak salah. Warga sekitar nanyanya gini, "Riyaya ikut pondok Gading atau pemerintah?"
Segitu aja hebohnya, paling banter takbiran kami diliput tipi lokal di berita apa gitu. Jadi nggak ada udur-uduran debat mengapa nggak barengan. Apalagi sampai memaki, enggak ada. Semua tetap santai karena para beliau selalu mewanti-wanti jamaah, santri dan alumni, "Nggak perlu berlebihan. Biasa aja nggih. Tetep hargai perbedaan."
Memang yang saya tahu, penentuan ini nggak ada hubungannya dengan ormas apa. Wong insyaAllah kami juga ngen-ow abadan-abadan. Kata Mas Inung direktur PTKIN Kemenag yang juga santri Gading, NU kami 24 karat. Alhamdulillah (Tulisan Mas Inung tentang ini ternyata udah tayang. Bagus banget tuh di efbinya). Hanya saja, akhir-akhir ini jadi ngetren isue kalau lebaran dengan rukyah bareng pemerintah berarti NU, kalau beda pake hisab ya Muhammdiyah hehe. Ples ditambahi polemik sholat dimana bagaimana dan harus qodlo puasa. Rame banget ya.
Sebetulnya penjelasan para ulama dan ahli astronomi tentang dasar dan dampak perbedaan penetapan 1 Syawal ini bisa kita dapatkan dari banyak sumber nggih. Kalau makmum ngendikan Gus Baha menika, "Hisab itu ya ilmunya Gusti Allah. Dibenarkan Al Quran. Yang penting qoth'i berdasarkan konsesus para ahli. Di pesantren-pesantren NU diajarkan ilmu hisab kan. Jadi jangan anti-antian..."
Nah. Di Tempo Sabtu, 26 Maret 1994 juga bisa kita temui tulisan Gus Dur tentang ini. Bahkan NU pernah berbeda dengan pemerintah dalam penetapan Iedul Fitri. Nggak apa. Biasa aja. Yang penting rukun mpun. Saling menghargai. Bahkan kalau ada yang bingung, terus memutuskan lebaran diam-diam tanpa takbiran ya nggak papa, kata Gus Dur. Gitu aja kok repot.
Lalu kami lebaran kapan? InsyaAllah nderek yang Sabtu 22 April 2023. Keluarga besar di Malang dan sahabat-sahabat Muhammadiyah, Jumah 21 April 2023. Kabarnya Saudi Arabia juga sholat Ied besok ya? Alhamdulillah. Nderek bingah.
Maka, untuk para sederek dan sobat yang berlebaran besok atau lusa, dengan kerendahan hati kami mengucapkan, "Taqabbalallahu minna wa minkum, taqabbal ya karim. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1444. Mohon maaf lahir dan batin ya untuk semua."
Salim sungkem satu-satu
Oleh Ning Evi Ghozaly