Bersama Rekan Pengurus KSR PMI Unit UINKHAS Jember (dok.pri) |
Artikel I JATIMSATUNEWS.COM: Lima hari ini, bisa saya namakan program safari ramadhan dengan tema profetik istimewa melalui forum menjelajah pemahaman bencana berbasis pengalaman dasar bersama mahasiswa pegiat. Perlu diperhatikan bahwa semua aktivitas ini aku lakukan untuk survey, tabulasi ilmu, belajar pengalaman, belajar kesalahan serta belajar point kelebihan. Meskipun untuk dan atasnama TRCC UM namun juga lebih besar untuk diri sendiri. Karena pada nyatanya pengetahuan tentang hidup survival ditengah tidak kepastian bencana nyaris diperlukan disemua aspek kehidupan, mengingat peluang-peluang kehidupan itu diselimuti kejadian kebencanaan dan peluang-peluang acaman, baik alam, non alam serta sosial. Tiba aspek itu akan berdialektika sesuai zamannya, lebih buruk itu pasti, namun tugas manusia bukankah untuk membuat rencata yang lebih baik.
Melalui organisasi pegiat kebencanaan berbasis mahasiwa yaitu Korps Sukarela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) Unit Universitas Negeri KH. Achmad Siddiq Jember dan Korps Relawan Kampus (KORREK) Universitas Jember, diskusi ini gelar. Selain sama-sama berkiprah dimisi kemanusiaan bisa, jember merupakan daerah penghasil luapan air tinggi yang sering mengakibatkan terjadinya banjir. Pegiat kebencanaan khususunya mahasiswa harus tahu banyak model praktik penanggulangan dari kedua organisasi ini. Bilamana nyatanya, dua organisasi ini mampu berkiprah dan sadar peran dikampusnya masing-masing.
Sekretariat Korps Relawan Kampus Universitas Jember (dok.pri) |
Kedalaman pemahaman itu kian terdengar dari masing-masing ketua organisasi tersebut, Laras Dwi Saputri sebagai ketua KORREK dan Mia Aminatuz Zuhria sebagai Wakil Ketua KSR PMI UNIT UINKHAS. Pada kesimpulannya, keduanya berhasil membuat pemahaman sepadan bersama dengan rekan mitra organisasinya seperti Pramuka, MAPALA, MENWA, KOPMA dan masih ada UKM UKK lainnya yang juga memiliki visi misi sama. Setidaknya ini adalah pencapaian yang tidak mudah, memahamkan kaum muda yang sama-sama berego tinggi akibat merasa pintar itu bak memberitahukan lalat bahwa bunga lebih harum dari pada sampah. Sempat heran, namun keheranan tersebut tidak boleh berhenti. Dalam waktu dekat kedua stakeholder tersebut akan kami hadirkan dalam forum sarasehan bertajuk memanagemen SDM Mahasiswa saat terjadi bencana, diakhir sesi diskusi hal itulah yang kerap ku harapkan kepada mereka berdua.
Saya rasa ini adalah forum penting, stimulus yang diberikan tuhan dalam mengatasi problem yang ada. Aku jadi sadar kembali, bahwa tuhan memberikan masalah pasti ada solusinya, dengan kata lain tuhan memberikan penyakit pasti ada obatnya atau paling tidak adalah penangkalnya. Dulu, jauh-jauh hari Maharesigana dari UMM, Mahagana dari UNAIR dan Magana dari STIKES Kabupaten Malang juga memiliki entitas visi-misi yang sama dan terobosan sepakat. Kedepannya, agenda ini pasti akan terealisasi, guna untuk memperbaiki cara pandang dan edukasi kepada mahasiswa Universitas Negeri Malang, lebih-lebih untuk seluruh mahasiswa yang memiliki perjuangan yang sama.
Saya tidak takut untuk dianggap kecil atau tertindas. Karena dari begitu suara mereka, bantuan mereka terkadang jauh lebih tulus dan realistis. Tidak banyak teori yang sebanarnya adalah untuk memudahkan dirinya sendiri dalam kerangka tujuan individu semata. Sayapun percaya, pertemuan yang mungkin dianggap singkat ini namun semuanya adalah daging, bagaimana tidak, diskusi kami diselimuti misi kemanusiaan sekaligus tendensi banyak orang. Bukan hanya sutau golongan atau bahkan kepentingan pribadi. Karena bulan ramadhan tidak pantas untuk dijadikan saling menghujat tanpa memberikan solusi, karena itu hanya menimbulkan sifat iri dan merusak persahabatan yang justru akan menjadi mitra.
Akhir literasi semoga dimomentum yang baik ini kita bisa meralisasikan setiap salam tangguh yang selalu kita gaungkan, salam kemanusiaan demi memanusiakan manusia serta tetap avignam jagat samagram. Aamiin Yaa Rabb