Kata Kunci : Problem Based Learning, Hasil Belajar, Teknologi Informasi dan Komunikasi
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, kini Pemerintah telah meluncurkan suatu kebijakan baru yakni kebijakan merdeka belajar. Konsep merdeka belajar ini pada prinsipnya bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia sehingga siswa tidak perlu merasa takut serta terbebani karena adanya pencapaian nilai atau skor tertentu dalam evaluasi pendidikan (Pujirahayu dkk., 2020). Kurikulum merdeka belajar menuntut guru untuk mengetahui model pembelajaran yang berpusat pada siswa bukan berpusat pada guru lagi. Model pembelajaran yang berpusat pada siswa menuntut siswa untuk belajar secara aktif, sehingga pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru. Salah satu model pendidikan interaktif yang bercirikan konstruktivis, student centered serta menekankan pada learning merupakan model pendidikan Problem Based Learning (PBL). PBL merupakan model pendidikan yang titik mula pembelajarannya bersumber pada pada permasalahan dalam kehidupan nyata (Harsono, 2003). Kolaborasi antar siswa dalam PBL dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama sehingga dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial (Aryanti dkk., 2017) .
Permasalahan yang terjadi di SMKN 1 Wonorejo adalah penerapan model-model pembelajaran yang belum baik. Dalam kenyataannya model PBL yang diterapkan saat ini belum sepenuhnya mengacu pada sintak yang sesuai dan penyajian permasalahan masih disampaikan secara langsung oleh guru sehingga kurang menarik bagi siswa. Hal ini harus diatasi guru dengan melakukan inovasi model PBL yang dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan model PBL berbantuan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam penerapan model PBL berbantuan teknologi informasi dan komunikasi ini, permasalahan disajikan dengan bantuan teknologi informasi berupa QR code yang berisi tentang permasalahan yang akan diselesaikan oleh siswa dalam model PBL yang diletakkan pada media pembelajaran berupa engine trainer. Siswa akan melakukan scan QR code tersebut melalui perangkat komunikasi berbasis android (HP) untuk mengetahui permasalahan yang akan dipecahkan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa.
Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran pemeliharaan kelistrikan kendaran ringan diperoleh informasi tentang hasil belajar siswa pada kompetensi mendiagnosa kerusakan sistem pengapian konvensional tahun ajaran 2022/2023 di SMK N 1 Wonorejo. Dari hasil tersebut masih banyak siswa yang nilainya dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai hasil belajar siswa yang belum maksimal disebabkan karena lemahnya kualitas pembelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan, model PBL yang diterapkan saat ini belum sepenuhnya mengacu pada sintak yang sesuai dan penyajian permasalahan masih disampaikan secara langsung oleh guru sehingga kurang menarik bagi siswa. Dominasi guru yang sangat kuat membuat terabaikannya kesempatan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga siswa kurang kreatif. Permasalahan permasalahan ini pasti akan sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik nanti karena keberhasilan dalam pembelajaran dapat diwujudkan diantaranya yaitu dengan menerapkan pembelajaran dengan efektif dan efisien.
Berlatar permasalahan permasalahan tersebut peneliti berupaya menemukan penyelesaian permasalahan tentang hasil belajar di sekolah tersebut yang dirasa bisa diselesaikan dengan model pembelajaran yang akan peneliti uji. Model pembelajaran yang akan digunakan peneliti sebagai bahan eksperimen untuk melihat peningkatan hasil belajar adalah Metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL ) berbantuan teknologi informasi dan komunikasi yang akan diaplikasikan pada kompetensi mendiagnosa kerusakan sistem pengapian konvensional di kelas XII Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Otomotif . Model pembelajaran ini di angkat dari suatu masalah yang mungkin dialami oleh peserta didik dan selanjutnya akan dibahas dari berbagai sisi yang relevan sehingga diperolah pemecahan secara menyeluruh, bermakna, dan relevan dengan kenyataan yang ada. Oleh sebab itu peneliti akan melakukan penelitian tentang penerapan model Problem Based Learning berbantuan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi mendiagnosa kerusakan sistem pengapian konvensional.
Pendidikan dengan model Problem Based Learning membagikan peluang yang luas kepada siswa buat belajar dalam kelompok- kelompok kecil sehingga mereka mempunyai peluang luas guna berhubungan dengan lingkungannya buat membangun pengetahuan tentang konsep pecahan yang lagi mereka pelajari (Hermawan & Prabawanto, 2016). Sebagai tambahan, dalam PBL peran guru adalah menyodorkan berbagai masalah autentik sehingga jelas bahwa dituntut keaktifan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Setelah masalah diperoleh maka selanjutnya melakukan perumusan masalah, dari masalah masalah tersebut kemudian dipecahkan secara bersama sama dengan didiskusikan. Saat pemecahan masalah tersebut akan terjadi pertukaran informasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya sehingga permasalahan yang telah dirumuskan dapat terpecahkan. Sumber informasi tidak hanya dari guru akan tetapi dapat dari berbagai sumber. Guru disini berperan sebagai fasilitator untuk mengarahkan permasalahan sehingga saat diskusi tetap fokus pada tujuan pencapaian kompetensi.
Konsep yang ditawarkan oleh penulis adalah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Konsep ini memungkinkan pembelajaran yang dilakukan berorientasi pada masalah dalam kehidupan nyata sehingga dapat mengembangkan pola berpikir kritis pada siswa. Selain itu dengan adanya bantuan TIK pelaksanaan model pembelajaran ini akan lebih fleksibel serta tidak memberikan kesan membosankan pada siswa.
Sudjana (2016: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerima latihan belajar, tes menjadi penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar telah terjadi dengan melihat perubahan tingkah laku pada diri peserta didik akibat dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya.
METODE PENELITIAN
Penulisan artikel ini menggunakan metode studi literatur, yaitu untuk memecahkan masalah yang ada dilakukan dengan mengkaji teori-teori guna memperoleh jawaban sementara atau berupa dugaan-dugaan. Jawaban sementara ini di uji dengan data-data empiris dari artikel atau penelitian yang terkait (berupa data sekunder) sehingga diperoleh sebuah kesimpulan data sekunder dengan cara menelaah sejumlah jurnal tahun 2018 sampai 2022 terkait model pembelajaran PBL dalam meningkatkan hasil belajar pada kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan Otomotif di SMK.
HASIL TELAAH
Model pembelajaran Problem Based Learning
a. Definisi Problem Based Learning (PBL)
Model problem based learning juga biasa disebut dengan model pembelajaran berbasis masalah. Metode ini memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk bertindak sebagai seorang guru terhadap siswa lain. Dengan model pembelajaran problem based learning ini siswa yang selama ini tidak aktif akan ikut serta dalam proses belajar mengajar secara aktif.
Model Problem Based Learning (PBL) adalah strategi pembelajaran yang peserta didiknya secara kolaboratif memecahkan masalah dan merefleksikan pengalaman. Dengan PBL pembelajaran didorong oleh tantangan, masalah terbuka, peserta didik bekerja dalam kelompok kolaborasi kecil, dan guru sebagai fasilitator pembelajaran. (Suparman, 2014).
Menurut (Darmadi, 2017) pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata. Masalah yang diberikan pada peserta didik ini digunakan untuk mengikat rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dipelajari. Pembelajaran problem based learning didorong oleh tantangan, masalah nyata, dan peserta didik bekerja dalam kelompok kolaborasi kecil. Peserta didik didorong untuk bertanggungjawab terhadap kelompoknya dan mengorganisir proses pembelajaran dengan bantuan instruktur atau guru.
Menurut Hamdayama (2017) berpendapat bahwa model pembelajaran problem based learning adalah pembelajaran yang memusatkan pada masalah kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Model pembelajaran problem based learning menuntut peserta didik untuk aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga mampu meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan masalah-masalah yang ada dikehidupan nyata sebagai pusat pembelajaran supaya peserta didik dapat terangsang untuk belajar memecahkan permasalahan tersebut sehingga peserta didik dapat meningkatan keterampilan dan berfikir kritis serta kreatif dalam menyelesaikan suatu masalah. Dalam model problem based learning, pembelajaran dilakukan dengan cara kolaboratif yaitu menggunakan kelompok kecil untuk menyelesaikan permasalahan. Peserta didik dituntut untuk aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan suatu masalah dan guru hanya sebagai fasilitator pembelajaran.
b. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran problem based learning diterapkan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, belajar berperan sebagai orang dewasa melalui pelibatan peserta didik dalam pengalaman nyata atau simulasi. Pemecahan masalah dalam problem based learning harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Hal ini agar peserta didik dapat belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Sehingga peserta didik dapat meningkatkan pengalaman belajar dalam memecahkan masalah sesuai dengan langkah-langkah yang benar.
Ada beberapa tahapan dalam melaksanakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) diantaranya yaitu :
(1) Melakukan orientasi siswa pada masalah berbasis ICT;
(2) Melakukan pengorganisasian siswa untuk belajar dengan ICT;
(3) Melakukan penyelidikan mandiri dan kelompok berbasis ICT;
(4) Melakukan pengembangan dan presentasi hasil karya perwakilan kelompok;
(5) Melakukan analisis data evaluasi proses pemecahan masalah.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam PBL
Peranan TIK dalam PBL dapat memberikan kemudahan dalam mencari sumber informasi. Akses informasi dapat terjadi tanpa terkendala tempat, jarak dan waktu. Penerapan PBL berbantuan TIK dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki penyebab terjadinya gangguan atau masalah yang ada pada sistem pengapian konvensional, sehingga dari hal tersebut dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. (Aryanti dkk., 2017).
Kolaborasi antara PBL dengan TIK merupakan suatu hal yang kreatif dan mem-berikan pengalaman belajar yang aktif serta menarik yang memungkinkan siswa untuk belajar secara efektif dalam lingkungan yang realistis. Ming Chen et al (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa PBL yang di dukung oleh sumber daya digital memiliki banyak manfaat dalam tahap pembelajarannya dan meningkatkan pencarian data yang dibutuhkan dan meningkatkan kesiapan peserta didik da-lam menggunakan sumber daya digital tersebut. Hal senanda diungkapkan oleh Beckmann et al (2016) dalam penelitiannya bahwa pembelajaran kolaborasi secara virtual menun-jukkan proses berpikir kritis serta pengetahuan siswa dapat mengalami peningkatan.
Penggunaan TIK sangat mendukung dalam menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan moti-vasi siswa dalam belajar. Hal tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Luthfi (2010) bahwa adanya media e-learning, e-book, dan web blog menjadi alternatif bagi ka-langan pendidikan dalam berinteraksi dalam proses pembelajaran, dan media TIK dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar bagi para siswa.
Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Arifin (2017: 298) mendefinisikan hasil belajar sebagai hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Definisi tersebut dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang guru dan siswa. Dari sudut pandang guru, kegiatan mengajar diakhiri dengan penilaian hasil belajar, sedangkan dari sudut pandang siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar.
Sudjana (2016: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerima latihan belajar, tes menjadi penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar telah terjadi dengan melihat perubahan tingkah laku pada diri peserta didik akibat dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya.
Gagne & Briggs dalam Suprihatiningrum (2013: 37) menyebutkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan peserta didik. Peserta didik dapat dikatakan sudah mencapai hasil belajar ketika peserta didik tersebut telah terjadi perubahan perilaku melalui proses pembelajaran. Perubahan perilaku diperoleh peserta didik ketika sudah menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.
b. Indikator Hasil Belajar
Sudjana (2004: 112-113) menuliskan ada tiga sasaran pokok penilaian, yaitu segi tinggkah laku, artinya segi yang menyangkut sikap, minat, perhatian, keterampilan siswa sebagai akibat dari proses mengajar dan belajar. Segi isi pendidikan, artinya penguasan bahan pelajaran yang diberikan guru dalam proses mengajar-belajar. Selanjutnya adalah segi yang menyangkut proses mengajar dan belajar itu sendiri.
Menurut Bloom, secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk kedalam ranah kognitif, termasuk didalamnya yang berkenaan dengan hasil belajar yaitu kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensistensis, dan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Berdasarkan uraian-uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh, dikuasai atau dimiliki oleh peserta didik sebagai akibat perlakuan belajar selama mengikuti pembelajaran. Adapun indikator hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta yang termasuk ke dalam ranah kognitif.
Pada penelitian ini hanya akan mengambil kompetensi dasar Mendiagnosis kerusakan sistem pengapian konvensional yang terdiri dari beberapa indikator. Adapun indikator pembelajarannya sebagai berikut:
Dapat memahami konsep dan komponen sistem pengapian kovensional.
Dapat melakukan pemeriksaan komponen dan sistem pengapian kovensional.
Dapat melakukan penyetelan komponen dan sistem pengapian kovensional.
Dapat mendiagnosis kerusakan sistem pengapian konvensional.
Dapat menjelaskan prosedur mendiagnosis kerusakan sistem pengapian kovensional.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa Kompetensi Dasar (KD) Mendiagnosis Kerusakan Sistem Pengapian Konvensional merupakan salah satu kompetensi dasar dalam mata pelajaran Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan (PKKR) yang harus dikuasai oleh peserta didik program studi Teknik Kendaraan Ringan (TKRO), pada kompetensi dasar ini diharapkan peserta didik mampu memahami konsep dan komponen sistem pengapian kovensional, mampu melakukan pemeriksaan komponen dan sistem pengapian kovensional, mampu melakukan penyetelan komponen dan sistem pengapian kovensional, mampu mendiagnosis kerusakan sistem pengapian konvensional, dan mampu menjelaskan prosedur mendiagnosis kerusakan sistem pengapian kovensional serta diharapkan juga untuk dapat melakukan perbaikian pada sistem pengapian konvensional.
PEMBAHASAN
Mewujudkan mindset siswa tentang belajar sepanjang hayat dan belajar yang bermakna merupakan keharusan guru pada era sekarang. Cara yang paling tepat yaitu membiasakan melalui sebuah pembelajaran yang bermakna dan sepanjang hayat. Permendiknas No. 81A (2013), menjelaskan tentang prinsip pembelajaran, antara lain (1) berpusat pada peserta didik; (2) mengembangkan kreativitas peserta didik; (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang; serta (4) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Pada akhirnya prinsip-prinsip tersebut membawa dampak meningkatnya hasil belajar.
Prinsip tersebut sejalan dengan empat pilar pendidikan secara universal. UNESCO (dalam Dantes, 2014:18) merumuskan empat pilar pendidikan universal, yaitu (1) learning to know; (2) learning to do; (3) learning to be; (4) learning to live together. Pembiasaan yang cocok sesuai dengan uraian di atas yaitu dengan menerapkan model Problem Based Learning, agar pembelajaran menjadi bermakna dan membawa dampak belajar sepanjang hayat.
Senada dengan teori di atas, Freire (2008:63) menyatakan bahwa mereka harus meninggalkan tujuan pendidikan sebagai usaha tabungan dan menggantinya dengan penghadapan pada masalah-masalah manusia dalam hubungannya dengan dunia. Lebih lanjut, konsep tersebut dinamakan konsep pendidikan "hadap masalah (problem-posing)". Konsep pendidikan ini sejalan dengan konsep Problem Based Learning yang berisi act of cognition (sikap memahami), bukan pengalihan-pengalihan informasi saja. Dengan pembelajaran seperti itu, menghindarkan keadaan yang telah menjadi rutinitas aktivitas pembelajaran, yakni guru mengajar murid diajar, guru berpikir murid memikirkannya, guru bercerita±murid mendengar cerita, dan guru subjek belajar murid objek belajar.
Problem Based Learning diawali dengan aktivitas peserta didik secara individual maupun kelompok dalam menyelesaikan masalah nyata dengan menggunakan strategi atau pengetahuan yang telah dimiliki. Hal ini sejalan dengan pendapat Arends (2013:114) bahwa tujuan utama pelajaran bukanlah untuk mempelajari banyak informasi baru, melainkan menyelidiki masalah yang penting dan menjadi pembelajar yang mandiri. Manfaat ke depan, proses penyelesaian masalah mempunyai efek terbentuknya keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah dan mampu berpikir kritis sekaligus membentuk pengetahuan baru (Kemdikbud RI, 2014:11). Hasil dari pembiasaan tersebut diharapkan berguna bagi perjalanan hidup siswa pada masa mendatang.
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning mempunyai berbagai keunggulan dari pada model pembelajaran lain. Keunggulan dengan penerapan model Problem Based Learning bagi siswa, antara lain (1) lebih memahami isi pelajaran; (2) menantang untuk menemukan pengetahuan baru, (3) meningkatkan aktivitas pembelajaran; (4) memahami masalah dalam dunia nyata; (5) lebih menyenangkan; (6) mengembangkan berpikir kritis; (7) mengaplikasikan pengetahuan (Sanjaya, 2014:220-221). Menurut Beringer (2007:446) dengan penerapan Problem Based Learning akan memberikan dampak positif bagi siswa, yaitu pembelajaran menjadi menyenangkan, berpikir nalar atau kritis, meningkatkan refleksi hasil belajar, mengurangi metode hafalan, pembelajaran aktif dan menantang, serta mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Dari beberapa hasil penelitian atau jurnal yang sesuai dengan artikel ini penulis mendapatkan hasil dari analisis model pembelajaran PBL dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan pada sistem pengapian konvensional di SMK.
Penelitian (Yusuf, 2018) menerapkan 2 siklus penerapan model PBL untuk menghasilkan nilai hasil belajar pada siswa. Pada siklus I perolehan niai rata-rata peserta didik pada tes belajar kelompok sebesar 70,1 dan nilai post tes atau tes evaluasi sebesar 73,9. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata pada tes belajar kelompok peserta didik adalah 84,7 dan nilai rata-rata pada nilai tes evaluasi atau post test adalah 81.1. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran problem Based Learning (PBL) dalam materi Rangkaian Kelistrikan Sederhana dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Penelitian (Huda & Susanto, 2021) menerapkan 2 siklus penerapan model PBL untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa. Adapun hasil belajar siswa pada mata pelajaran alat ukur mekanik dengan metode problem based learning dapat dilihat pada perolehan nilai siswa mengalami kenaikan ditandai dengan peningkatan nilai rata-rata kelas dari 55, dan terjadi kenaikan menjadi 64,00 pada siklus I, dan semakin meningkat menjadi 78, pada siklus II.. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran alat ukur mekanik dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Penelitian (Kojongian dkk., 2022) tentang pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap hasil belajar simulasi dan komunikasi digital siswa smk . Hasil penelitian menunjukkan pada ranah pengetahuan kelas eksperimen menggunakan model PBL memperoleh nilai pre-test sebesar 45 dan nilai post-test sebesar 85. Pada kelas control menggunakan model konvensional memperoleh nilai pre-test sebesar 45 dan nilai post-test sebesar 75. Jadi pada penelitian menunjukkan bahwa PBL mampu meningkatkan hasil belajar pada ranah pengetahuan.
Penelitian (Sudarto & Dewanto, 2013) tentang Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Diklat Memelihara Baterai Kelas X TKR 1 SMKN 1 Kanor Bojonegoro menunjukkan hasil bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran PBL. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya ketuntasan klasikal kelas dari 75 % pada siklus 1 menjadi 89.28 % pada siklus 2 berarti terjadi peningkatan 14.28 %.
Penelitian (Akbar & Suyitno, 2019) tentang penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas XI TKR pada kompetensi sistem pendinginan di SMK YPE Kroya yang menggunakan 2 siklus menunjukan hasil bahwa minat dan hasil belajar siswa meningkat dari tiap siklusnya. Hal ini terlihat dari nilai rata rata dari kelas pada siklus I sebesar 71,5, mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 75,88. Presentase ketuntasan belajar siswa juga meningkat, siklus I presentase ketuntasan 63%, meningkat menjadi 78% pada siklus II.
Penelitian (Nurbiyanto, 2019) tentang Implementasi Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Jurusan TKR SMK Negeri 2 Yogyakarta yang menggunakan 2 siklus menunjukan hasil bahwa minat dan hasil belajar siswa meningkat dari tiap siklusnya. Pada data awal yang diperoleh saat melaksanakan PLT hasil belajar siswa rata-ratanya adalah 49,33 dengan nilai terendah 35,00 dan nilai tertinggi 70,00. Pada siklus I yang dikenai model pembelajaran PBL rata-rata hasil belajar siswa adalah 77,33 dengan nilai terendah 68,00 dan nilai tertinggi 88,00. Terlepas dari belum maksimalnya pelaksanaan pembelajaran dengan model PBL pada siklus I, hasil belajar siswa sudah menunjukan adanya peningkatan. Kemudian pada siklus II yang dilaksanakan berdasarkan refleksi perbaikan dari siklus I rata-rata hasil belajarnya adalah 83,81 dengan nilai terendah 44,00 dan nilai tertinggi 96,00. Dengan hasil yang demikian maka dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa semakin meningkat pada siklus II karena penerapan model PBL yang sudah maksimal.
Berdasarkan penjelasan di atas, pengaruh model pembelajaran PBL memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan hasil belajar pada kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan pada sistem pengapian konvensional. Sehingga model pembelajaran PBL terbukti menjadi model pembelajaran yang inovatif dalam meningkatkan hasil belajar pada kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan pada sistem pengapian konvensional karena kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan pada sistem pengapian konvensional adalah mapel yang bersifat aplikatif yang mengharuskan siswa untuk melakukan praktikum.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas ditemukan dugaan atau jawaban sementara secara teoritis bahwa model pembelajaran PBL berbantuan TIK mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan pada sistem pengapian konvensional. Dari pengkajian
artikel-artikel atau hasil penelitian dengan data-data empirisnya, diperoleh hasil bahwa pembelajaran siswa sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran PBL berbantuan TIK adalah model pembelajaran yang inovatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan pada sistem pengapian konvensional.
Dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), proses pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa sehingga minat siswa dalam belajar akan lebih meningkat dan sesuai dengan perkembangan zaman di revolusi industri 4.0.
Hasil belajar siswa akan sangat dipengaruhi oleh minat belajar siswa. Salah satu upaya untuk meningkatkan minat belajar siswa dapat dilakukan melalui inovasi model pembelajaran yaitu dengan penerapan model Problem Based Learning berbantuan TIK dimana proses pembelaajaran akan lebih menyenangkan dan memacu siswa untuk dapat berkolaborasi, berkomunikasi, berfikir kritis, dan kreatif.
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, akhanul fikri, & Suyitno, S. (2019). Penerapan model pembelajaran problem based learning (pbl) untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas xi tkr pada kompetensi sistem pendinginan di smk ype kroya. Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif, 14(1), 42–27.
Aryanti, F., Surtikanti, H., & Riandi, R. (2017). Penerapan Problem Based Learning (PBL) berbantuan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan. BIOSFER : Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi, 2(1), 14–20. https://doi.org/10.23969/biosfer.v2i1.370
Darmadi. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa. Deepublish.
Hamdayama. (2017). Metodologi Pengajaran. Bumi Aksara.
Harsono. (2003). Peran Prior Knowledge Dalam Problem Based Learning. Human Factors, 1–5.
Hermawan, D., & Prabawanto, S. (2016). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Media Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Sekolah Dasar. EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 7(1). https://doi.org/10.17509/eh.v7i1.2791
Hotimah, H. (2020). Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Edukasi, 7(3), 5. https://doi.org/10.19184/jukasi.v7i3.21599
Huda, M. C., & Susanto, A. (2021). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Alat Ukur Mekanik. 16(01), 1–6.
Kojongian, S., Mewengkang, A., & Takaredase, A. (2022). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Simulasi Digital Siswa Smk. Edutik : Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi, 1(6), 597–601. https://doi.org/10.53682/edutik.v1i6.3207
Nurbiyanto, E. (2019). Implementasi Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Xi Jurusan Tkr Smk Negeri 2 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Vokasi Otomotif, 2(1), 115–126. https://doi.org/10.21831/jpvo.v2i1.28394
Pujirahayu, D., Prestiadi, D., & Imron, A. (2020). Model Pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ) Berbasis Teknologi dalam Mendukung Kebijakan Merdeka Belajar. WebNAR Pendidikan Nasional: Pendidikan Non-Formal dan Pendidikan Anak Usia Dini, August, 220. esearchgate.net/publication/343539612_Model_Pembelajaran_Problem_Based_Learning_PBL_Berbasis_Teknologi_dalam_Mendukung_Kebijakan_Merdeka_Belajar
Sudarto, & Dewanto. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Diklat Memelihara Baterai Kelas X TKR 1 SMKN 1 Kanor Bojonegoro. JTM, 01, 50–55.
Suparman, S. (2014). Peningkatan Kemandirian Belajar dan Minat Belajar Mahasiswa Mata Kuliah Elektronika Analog dengan Pembelajaran PBL. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan UNY, 22(1), 83–88.
Yusuf, A. (2018). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR OTOMOTIF I Made Arsana Abstrak. JPTM Unesa, 07(02), 35–40.
Baca Juga: Keseimbangan Olah Raga, Olah Pikir dan Olah Batin