ads H Makhrus

 

Pasang iklan disini

 

Tidak Ada Pressure atas Penggunaan Salam Lintas Agama

Anis Hidayatie
21 Februari 2023 | 21.05 WIB Last Updated 2023-02-21T14:12:03Z
Tidak Ada Pressure atas Penggunaan Salam Lintas Agama 

MALANG | JATIMSATUNEWS.COM: Mengucapkan salam adalah hal yang patut dilakukan bila bertemu seseorang, lumrah bagi siapapun umat apapun. Adapun ucapannya sebagaimana lazim dilaksanakan.

 "Misal Assalamualaikum bagi orang islam untuk umat muslim pula. Lalu bagaimana bila bertemu dengan non muslim? Bisa menggunakan selamat pagi atau yang lainnya, untuk sebuah toleransi beragama, " ungkap ketua FKUB H. Soleh saat menjadi nara sumber utama Workshop Moderasi Beragama MGM PAI SMP/SMA Kabupaten Malang di SMKN Kepanjen Sulasa, 21/2/2023. 

 Mengenai trend penggunaan lintas agama H Soleh menyebut bahwa hal ini lazim dilakukan saat ini dalam rangka moderasi beragama. Salam Lintas Agama, Salam Pembuka Semua Agama atau Salam Semua Agama adalah sebuah ucapan salam khas dari enam agama yang diakui di Indonesia yang diucapkan secara bersamaan. 

 "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh , Salam sejahtera bagi kita semua, Shalom, Om Swastyastu, Namo Buddhaya, dan Salam Kebajikan," sebut H Soleh seraya menyebut satu persatu Kebiasaan ucapan salam tersebut untuk agama tertentu. 

 Kristen Protestan: Shalom Damai, Katolik Selamat Pagi, Hindu: Om Swastyastu. Buddha: Namo Buddhaya, dan Kong Hu Cu: Salam Kebajikan atau Wei De Dong Tian. Meski demikian tentang penggunaannya dia menyerahkan sepenuhnya pada pemeluk agama masing-masing. 

 "Tidak ada pressure atau kewajiban untuk menggunakan salam lintas agama tersebut. Kalau berhadapan dengan umat muslim seratus persen ya gunakan saja Assalamua laikum. Kalau bercampur bisa menggunakan selamat pagi. Akan tetapi bagi ulil amri yang berhadapan dengan audiens lintas agama maka salam lintas agama tersebut bisa digunakan. Itupun hanya sebatas anjuran, tidak mengikat. Terpenting dari moderasi beragama adalah toleransi," papar H Soleh.

 Selanjutnya, pada kesempatan yang sama selain menjelaskan tentang salam H.Soleh juga menyampaikan 5 Prinsip Moderasi Beragama. 

 "Ada 5 Nilai Pokok Moderatisme. Yang pertama yakni Tawassuth, adalah sikap tengah- tengah, sedang- sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Kedua, Tawazun, jangan membenci, Ketiga I'tidal Tegak lurus, tidak terlalu ke kanan atau ke kiri dan keempat adalah Tasamuh atau toleran, jangan dicampur aduk. Sedangkan yang ke lima yakni Musawah atau egaliter sederajat, tidak merendahkan." 
 Khusus tentang toleransi H Soleh menyampaikan batasan-batasan. 

 " Kalau mengundang beda agama itu jangan saat ritual. Karena ini akan berpengaruh pada tauhid seseorang. Misal saat kebaktian atau lainya. Tapi kalau hanya seremonial tidak apa-apa," ujarnya.

 Berlangsung menarik dihiasi tanya jawab, acara tetap berlanjut bincang sharing dengan peserta meski telah ditutup pada pukul 13.00 siang. Menjadi obyek selfie H. Soleh ramah melayani GPAI.

Diketahui,  Workshop erlangsung sejak pukul 10.00. Pembukaan dilakukan oleh Kepala Kemenag Kabupaten Malang H. Sahid. Acara sambutan diawali dengan pemaparan jumlah  dan kondisi peserta workshop oleh ketua MGMP SMA Sarju.

 Dilanjutkan sambutan Ketua Pokjawas, Kelompok Kerja Pengawas Arito yang menyampaikan tentang tanggung jawab moral GPAI penerima tunjangan. Kasi PAIS Rosidi  juga ikut memberikan sambutan terkait jumlah penerima TPG. Pembukaan acara Workshop ditutup dengan doa oleh pengawas H Nukman, baru lanjut acara inti yakni Workshop Moderasi Beragama. (Ans)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Tidak Ada Pressure atas Penggunaan Salam Lintas Agama

Trending Now