SIDOARJO | JATIMSATUNEWS.COM: Gelegar Gebyar Perhelatan 1 Abad NU telah usai dilaksanakan di Stadion Delta Sidoarjo Jatim. Dibalik penampakannya banyak kisah diceritakan Nahdhiyin. Ada yang senang karena bisa masuk stadion, ada yang sedih karena terpaksa di luar dan ada yang baik-baik saja. Baik di dalam maupun di luar Stadion. Bahkan yang terjebak di pintu tol tak bisa masuk sekalipun mereka tidak merasa kecewa.
"Saya sudah datang ke Sidoarjo, saat itu tapi tidak bisa masuk. Tertahan di pintu tol, mau nekat jalan sudah tidak mungkin mengingat waktu, akhirnya cukup menyaksikan Live dari dalam kendaraan, " ucap salah satu peserta asal Kudus pada JatimSatuNews Sabtu 11/2/2023.
Situasi memang tidak seperti keinginan akan mendapatkan penghormatan bisa mudah masuk Sidoarjo. Akan tetapi niat datang, bisa datang, masih menumbuhkan kebahagiaan meski tidak bisa ikut berkumpul dengan orang khusus di dalam stadion.
Tak sedikit tokoh kyai NU yang tidak bisa masuk jangankan Stadion kota Sidoarjo pun tidak sebab terjebak di ruas jalan tol. Nampak antara lain Kyai Hasib Wahab Jombang (Putera Kyai Wahab Hasbullah pendiri NU), Kyai Kholil Nafis, Kyai Musthofa Aqil (Adik Kyai Said Aqil Siroj), Gus Rozin, (putera angkat Kyai Sahal Mahfudh Rais Aam PBNU) dan Asrorun Niam Sholeh, Rais syuriah PBNU.
Meskipun begitu, tak nampak rona sedih di raut rona warga NU. Baik dari kalangan tokoh penting maupun anggota NU biasa. Mereka nampak bahagia malah, sebuah pemandangan tak biasa untuk keadaan tidak seperti yang diharapkan.
"Saya datang karena dipanggil NU. Nderek Kyai, saya bahagia meski hanya bisa sampai di kota Sidoarjo, jauh di luar stadion, " cetus seorang kakek asal Kalipare Malang pada JatimSatuNews saat itu, Selasa 17/2/2023.
Sebuah ungkapan militansi khas warga NU turun temurun yang sulit diterima nalar, akan tetapi mengular dalam darah Nahdhiyin.
"Tidak apa meski duduk di tanah lapang berdesakan, yang penting kami bisa khurmat peringatan 1 abad, untuk NU. Silaturahmi dengan Nahdhiyin lain, " ungkap rombongan dari Malang yang di antaranya ada KH Munif usia 80 tahun tahun lebih. Guru tertua kota Malang yang hingga hari ini masih aktif mengajar di SMP Wahid Hasyim.Kisah lain di luar stadion tak kalah mengharukan, sebuah video beredar. Menampakkan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Tsaquf mendatangi lelaki sepuh di halaman stadion. Narasi mengharukan mengiringi persebaran video itu.
Di NU itu banyak ulama yang khumul yang berperan dibalik layar. Tidak banyak dikenal orang dan juga tidak kenal banyak orang. Tapi beliau-beliau itu menjadi jimatnya NU.
Seperti video ini, sosok kyai sepuh yang sudah sejak sebelum subuh bisa melewati screening paspamres di GOR Delta Sidoarjo, lokasi perhelatan seremoni puncak peringatan 1 abad NU. KH Masduqi Abdurrahman Al hafidz, Kyai sepuh yang dalam keseharian waktunya habis untuk mendaras dan menjaga Al Qur'an.
Melihat sosok sepuh menggelar serban dan berdzikir di lorong GOR, tiba-tiba Gus Yahya sang ketum PBNU dan tuan rumah perhelatan akbar itu datang untuk sungkem. Tapi apa reaksi kyai Masduqi?
Sang Kyai malah bertanya : Sampeyan sinten? (Anda siapa?) dalem e pundi? (Rumahnya mana?) tanya kyai masuqi dengan polosnya.
Dengan ta'dzimnya sang ketum PBNU itu menjawab : kulo Yahya, Kyai.. Saking Rembang. (Saya Yahya, kyai.. Dari Rembang)
Setelah jawaban itu mungkin Kyai Masduqi baru sadar bahwa yang sungkem di depannya itu adalah ketua PBNU.
Apakah di luar stadion saja ketidak nyamanan bagi masyarakat umum terjadi?
Sebuah Perhelatan yang syarat kenangan. Tak terlupakan spektakulernya juga mungkin kesan tak mengenakkan. Bisa jadi muncul komentar miring penyelenggaraan meski mayoritas Nahdhiyin peserta mengatakan tak ada masalah.
Terhadap kekurangan dalam penyelenggaraan itulah ketua umum PBNU Gus Yahya menyampaikan permohonan maafnya.
Perhelatan Resepsi Puncak 1 Abad NU kemarin insya Allah akan menjadi memori yang tak pernah terlupakan, utamanya buat semua nahdliyin, kader-kader NU, masyarakat Sidoarjo, arek-arek Jawa Timur dan anak-anak bangsa yang bersaksi atasnya.
Sebagai pemegang kendali dan komando acara raksasa itu, saya ingin sekali lagi berterima kasih atas segala partisipasi dan keropatan yang timbul karenanya. Juga permohonan maaf yang tulus dan dalam, jika ada yang merasa dirugikan atas keramaian yang mungkin belum pernah kita dapati sebelumnya
Kepada tamu-tamu yang hadir, baik yang di dalam atau di luar stadion, atas nama penyelenggara, saya juga ingin menyampaikan terima kasih atas kehadirannya di Sidoarjo dan permohonan maaf jika ada banyak ketidanyamanan dalam kami memberikan pelayanan.
Untuk sahabat-sahabatku Ansor dan Banser, terimalah penghormatan setinggi-tingginya dariku. Kedisiplinan, militansi dan ketaatan kepada komando yang kalian tunjukkan, memberi garansi bahwa dalam perjalanan mengarungi abad kedua, NU akan baik-baik saja.
"Saya mohon ampun kepada yang mulia Rais 'Aam dan para kiai atas kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan keseluruhan rangkaian kegiatan peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama," kata Gus Yahya, Kamis (9/2/2023) sebagaimana ditulis NU online.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pengurus, panitia dan Kader Nahdlatul Ulama yang telah setahun ini bekerja banting-tulang tunggang-langgang untuk mewujudkan semua yang kita rencanakan bersama. Kepada mereka, tiada setitik pun keluhan.
"جزاكم الله وبارك فيكم (Semoga Allah membalaskan Anda dan memberkati Anda). Semua yang kita kerjakan, semua yang terjadi, kita kembalikan pada penglihatan Allah, Rasulnya, dan orang-orang beriman
Kekecewaan, kemarahan dan caci-caci maki, kita ambil pelajaran sebisa-bisanya. Kebencian orang terhadap kita, kita istighfari. Karena tiada orang dibenci tanpa sebab. Kalau kita dibenci, pasti gara-gara kelakuan kita sendiri.
Gus Yahya mengutip QS. Asy-Syura ayat 30; "وما أصابكم من مصيبة فبما كسبت أيديكم ويعفو عن كثير (Dan musibah apa pun yang menimpa Anda, itu karena apa yang telah dilakukan tangan Anda, dan Dia banyak memaafkan).
Memang ada banyak orang mendengki tanpa sebab. Terhadap yang ini, kita hanya bisa mohon perlindungan kepada Allah.
Semoga setiap ingsut kaki, setiap gerak tangan, setiap tetes keringat, setiap getar suara, setiap kelebat gagasan, setiap buncah bahagia dan harapan, dikembalikan kepada kita sebagai barokah khidmah. Amin.