Dok. Dosen dan Mahasiswa STIT Ibnu Sina dan STIBADA MASA Dalam kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk pelatihan wirausaha berbasis pemberdayaan aset.
SURABAYA I JATIMSATUNEWS.COM: Program pengabdian dosen dan mahasiswa terhadap masyarakat melalui kolaborasi antara STIT Ibnu Sina dan STIBADA MASA Surabaya mengambil tema pelatihan wirausaha berbasis pemberdayaan aset pada hari Kamis, 12 Januari 2023. Kolaborasi ini dilakukan untuk mewujudkan desa ramah perempuan dan peduli anak melalui pelatihan wirausaha berbasis pemberdayaan aset. Pelatihan ini mengambil sasaran kaum perempuan dan dilaksanakan di gedung ranting NU yang beralamatkan di Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo kabupaten Malang. Acara pelatihan ini dimulai pukul 14.30 WIB, dihadiri oleh sebagian ibu-ibu dari Fatayat, Muslimat, dan dari IPPNU. Turut hadir pada kesempatan tersebut ketua Fatayat desa Pandansari, ibu Maslahah.
Pelatihan wirausaha berbasis pemberdayaan aset ini dimulai dengan pembukaan yang berisi pembacaan ayat suci Al-Quran, menyanyikan lagu Indonesia raya dan yalal Wathon, dan dilanjutkan dengan sambutan yang diwakili oleh Ibu Fatin Khuroida selaku sekretaris Muslimat Pandansari. Dalam sambutannya, ibut Fatin menyampaikan ucapan selamat datang kepada para dosen dari STIT Ibnu Sina dan menyampaikan rasa terima kasih telah berkenan ikut membangun desa Pandansari, khususnya para untuk peningkatan pemberdayaan di desa tersebut. Acara kemudia dilanjutkan dengan sesi pelatihan wirausaha. Pemaparan materi disampaikan oleh Dr. Binti Nasukhah M. Pd selaku pemateri pertama dari STIT Ibnu Sina, dan pemateri kedua Faruq Abdul Muid, S.Pd.I., M.Pd. selaku dosen dari STIBADA MASA Surabaya. Acara dipandu dan dimoderatori oleh Fakron Jamalin M.A., dosen dari STIT Ibnu Sina Malang.
Ibu Binti, pemateri pertama mengambil tema tentang budidaya tanam jahe dengan teknik timbun. Menurut beliau, masyarakat desa Pandansari mayoritas sebagai petani dan buruh tani, sehingga memiliki aset lahan yang dapat dimanfaatkan lebih produktif. Salah satunya adalah melalui budidaya tanam jahe yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena kebutuhan pemanfaatannya yang beragam. Karena mayoritas petani, maka sudah dipastikan ibu-ibu telah mengetahui cara bercocok tanam, sehingga pada kesempatan tersebut ibu Binti lebih mengajarkan pada teknik penanaman yang bisa menghasilkan produksi jahe hingga dua kali lipat, yang disebut dengan teknik timbun media tanam. Pengenalan teknik tanam jahe tersebut diharapkan dapat membekali para perempuan di desa tersebut untuk dapat memanfaatkan aset lahan disekitar mereka sehingga bisa meningkatkan pendapatan untuk keluarga.
Ibu Binti menjelaskan, teknik timbun merupakan teknik menambahkan media tanam secara berkala setiap bulannya selama delapan bulan. Teknik ini cocok diterapkan oleh ibu-ibu jika penanaman dilakukan didalam polibag atau karung, karena penanaman langsung dalam tanah sering terkendala dalam hal pengolahan tanah terutama pembuatan bedengan, yang terkadang sulit dikerjakan kaum perempuan. Beliau memaparkan faktor kunci sukses dari penanaman tersebut adalah: bibit yang berkualitas, media tanam yang terdiri dari unsur tanah, sekam dan pupuk kandang (kohe), penyiraman setiap hari sekali dan yang paling penting adalah kontinuitas dalam penimbunan media tanam. Teknik timbun tidak memerlukan tempat yang banyak. Keberhasilan teknik ini tergantung dari tercukupinya air dan ke-Istiqamah-an perawatannya. Teknik ini dilakukan secara bertahap yaitu, perawatan setiap sebulan sekali dengan penambahan media tanam cukup 2-5 cm ketika jahe sudah tumbuh. Penambahan dilakukan selama hampir 8 bulan, dengan harus memperhatikan kecukupan air dan pola perawatannya. Pada penjelasan ini pemateri pertama menjelaskan dengan cara mempraktekkan langsung dengan bibit jahe dan media tanam yang telah disiapkan.
Materi selanjutnya di sampaikan oleh Faruq Abdul Muid S.Pd.I.,M.Pd yang membahas tentang peningkatan nilai ekonomi jahe. Faruq menjelaskan pentingnya di era sekarang setiap perempuan mampu melihat peluang wirausaha dengan cara meningkatkan nilai ekonomi suatu komoditi. Beliau mencontohkan bagaimana jahe bisa bernilai lebih tinggi ketika dijual dalam keadaan bersih dan diberi kemasan, dibandingkan langsung dijual ala kadarnya. Berikutnya, beliau memaparkan peluang usaha menjadikan jahe menjadi jahe serbuk baik untuk masakan maupun untuk minuman. Pemateri memaparkan secara detail langkah-demi langkah bagaimana agar jahe yang sudah dipanen dapat dijadikan serbuk untuk dapat dijual dalam kemasan-kemasan. Berbagai tips wirausaha beliau paparkan untuk membekali ibu-ibu siap berwirausaha.
Pelatihan diakhiri dengan memberikan kesempatan kepada audiens untuk bertanya dan mendiskusikan tentang pembudidayaan penanaman jahe dengan teknik timbun dan peningkatan nilai ekonominya. Di akhir sesi, secara simbolis dilakukan penyerahan bibit jahe kepada ibu-ibu untuk menjadi bekal praktik dari pelatihan tersebut. Kegiatan pelatihan wirausaha berbasis pemberdayaan aset ini merupakan rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan secara kolaboratif oleh dosen dan mahasiswa STIT Ibnu Sina Malang dan STIBADA Surabaya dalam upaya mewujudkan desa ramah perempuan dan peduli anak, sebagaimana merupakan bagian dari program Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Acara ditutup pukul 16.30 WIB oleh moderator dan disampaikan terima kasih kepada peserta yang telah hadir dan antusias mengikuti kegiatan tersebut. (bn)