ads H Makhrus

 

Pasang iklan disini

 

NU Jelang Abad Ke-2

Admin JSN
31 Januari 2023 | 11.00 WIB Last Updated 2023-01-31T04:00:48Z

  

Oleh Dr. Noer Rohmah, M.PdI
Pengurus Muslimat dan Sekjend LPTNU Kab. Malang

Artikel I JATIMSATUNEWS.COM: Organisasi Islam terbesar di dunia yang bernama Nahdlatul Ulama' (NU) ini telah menempuh perjalanan panjang dengan banyak prestasi dan sejarah hebat yang telah menjadi legacy selama 100 tahun kiprahnya sejak berdiri di tahun 1926 M. Dari perjalanan panjang tersebut terjawab sudah bahwa Nahdlatul Ulama' (NU) mampu survive. Keberadaan dan kebertahanan Nahdlatul Ulama' (NU) sampai sekarang menunjukkan bahwa Nahdlatul Ulama' (NU) sebagai organisasi Islam memiliki peran yang sangat besar bagi kemajuan dan peradaban Islam tidak hanya di Indonesia bahkan di Dunia, dengan semangat perjuangan yang telah digagas dan dicontohkan oleh para Mu’assis NU terdahulu seperti Mbah KH. Kholil Bangkalan, KH. Hasyim Asyari, KHR. As’ad Samsul Arifin, KH. Abdul Wahab Hasbulah, KH. Mustofa Bisri dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dinamika kehidupan masyarakat menuntut revitalisasi perjuangan dan dakwah NU dengan berbagai pendekatan dan strategi agar sesuai dengan tuntutan zaman. NU saat ini dihadapkan pada berbagai macam tantangan dan perubahan. Pertanyaannya adalah bagaimana mewujudkan organisasi Nahdlatul Ulama' (NU) ke depan agar bisa tetap survive seiring dengan perjalanannya yang akan memasuki abad ke-2. Apa saja yang harus menjadi prioritas "garapan" NU?......minimal di bawah ini sebagai salah satu renungan kita bersama:

Pertama; modernisasi dan kontektualisasi dakwah NU ke depan harus tetap konsisten, artinya bahwa dakwah NU merupakan rasionalisasi pemahaman Islam dan kontekstualisasi nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan. Rasionalisasi mengandung arti sebagai upaya menemukan substansi dan penanggalan lambang-lambang, sedangkan kontekstualisasi mengandung arti sebagai upaya pengaitan substansi tersebut dengan pelataran sosial-budaya yang ada. Dengan demikian dakwah NU baik di bidang agama, pendidikan, sosial, kesehatan, ekonomi dan bahkan politik harus senantiasa berlandaskan spirit/ ruh Islam (Alqur’an, Sunnah, dan hasil Ijtihad) dengan tetap dikonteks-kan dengan latar sosial-budaya yang ada tanpa adanya tendensi apapun.

Kedua; peningkatan penataan kelembagaan secara lebih profesional dalam tubuh NU. Ini artinya bahwa organisasi Nahdlatul Ulama' (NU) ini memiliki perangkat yang luar biasa mulai dari BANOM maupun lembaga. Kesemuanya itu merupakan modal besar dan potensi luar biasa untuk keberlangsungan dan keberlanjutan dakwah NU ke depan jika dikelola dengan baik. Semua perangkat yang ada dalam tubuh NU harus bekerja dan berdakwah demi kemajuan dan keharuman NU. Oleh karena itu masing-masing lembaga ataupun perangkat yang lain perlu ada kerja sama yang baik, perlu sinergitas program, jangan banyak konflik yang menyebabkan perpecahan dalam tubuh NU.

Ketiga; peningkatan dan penguatan mutu SDM NU harus tersebar baik di jawa, di luar pulau Jawa dan bahkan diluar Negeri. Jika dilihat, sementara ini SDM NU yang sangat potensial untuk dijadikan kader andalan NU masih banyak di pulau Jawa. NU perlu menata dan menyiapkan SDM yang bermutu (minimal indikatornya adalah generasi-generasi NU yang menguasai IPTEK, Ruhani berkualitas dan memiliki semangat juang yang tinggi), dan ini harus tersebar di seluruh kepulauan Nusantara bahkan NU yang ada di luar negeri. Dengan demikian langkah dakwah NU untuk bangsa dan dunia akan mudah diwujudkan.   

Keempat; peningkatan jaringan (networking). Saat ini membangun jaringan adalah suatu keniscayaan dan keharusan jika ingin tetap survival dalam kancah upaya pembangunan masyarakat yang madani. Perjuangan dan dakwah NU bukan hanya untuk warga NU tapi untuk seluruh umat di dunia ini. Karenanya upaya networking ini harus benar-benar diwujudkan, dan tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.

Kelima; membumikan nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jama’ah Ala An Nahdliyah kepada seluruh elemen Bangsa ini melalui berbagai pendekatan dan strategi. Nilai- nilai tersebut adalah nilai tasamuh (toleransi), nilai tawassuth (moderat), nilai tawazun ( keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat) dan nilai i’tidal (adil dalam bertindak). Hal ini penting sekali karena Indonesia adalah negara yang plural, multi etnis, multi religius. Keberagaman yang ada di Indonsia ini sangat memungkinkan sekali untuk memicu munculnya konflik. Oleh karena itu NU yang memiliki warga mayoritas di Indonesia, memiliki peran yang sangat signifikan, menjadi garda terdepan dalam mensosialisasikan dan bahkan membumikan nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jama’ah tersebut, tidak hanya sebagai metodologi berpikir (Manhajul Fikr) tapi sebagai metodologi menjalani kehidupan (Manhajul Hayah) sebagai salah satu upaya mewujudkan Rohmatan Lil Alamiin bagi umat di Indonesia dan bahkan di dunia. 


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • NU Jelang Abad Ke-2

Trending Now