ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM: Menyebut nama UMKM dari Nahdhiyin tak lengkap rasanya bila tanpa menyebut nama KPK NU kini. Sebuah komunitas yang anggotanya terdiri dari anggota Forum UMKM NU Kabupaten Malang, merupakan dampingan LPNU, Lembaga Perekonomian di bawah PC, Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama.
Saya menemukan nama KPNU di antara stand UMKM Kabupaten Malang pada 19 hingga 23/1/2023. Cukup mencolok dengan banner besar di depan meja, berdiri tegak vertikal, serta dipasang menempel di dinding stand bagian belakang menghadap pengunjung.
Produk yang diusung lumayan banyak dan beraneka rupa. Mulai permen milik pengusaha Darman yang berbentuk, smile dan Lolipop, roti manis, teh celup daun arbei, goreng baso, aneka kripik, fashion khas NU berupa baju dan udeng hingga cendol dawet 88 milik Sutikno.
Seluruh produk itu telah memiliki legalitas, bisa dijual dimanapun tanpa rasa khawatir ada razia produk Illegal. Menariknya lagi, berasal dari pelaku UMKM Nahdhiyin semua, perwakilan beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Malang.
Mengamati KPK NU, ada sebersit harapan akan bergeliatnya lagi ekonomi pasca hantaman pandemi. Pameran adalah cara massive mengenalkan brand. Agar berkesan di dalam benak, sehingga ketika suatu saat membutuhkan produk maka nama KPK NU bisa menjadi rekomendasi referensi.
Cukup menghubungi KPK NU maka produk dari warga Nahdhiyin dari tangan pertama bisa didapatkan. Langsung bisa transaksi dengan pelaku umkmnya.
Sebagaimana pengunjung lain di festival UMKM saya tertarik ke stand KPK NU karena namanya. Mirip dengan Komisi Pemberantasan Korupsi kan? Nah ini kok di stand umkm apa pengawas korupsinya umkm? Sesuatu yang saya tak habis pikir sebetulnya. Belum apa apa mosok sudah diawasi.
Untunglah kecurigaan ini tidak terbukti. KPK adalah Akronim dari Komunitas Pengusaha Kecil warga Nahdhatul Ulama yang sedang ingin bangkit karena badai pandemi.
"Dulu sebelum Pandemi outlet saya 150 tempat di berbagai wilayah jatim. Sekarang tinggal 4 saja," ungkap Sutikno pemilik gerai Dawet 88 saat wawancara dengan JatimSatuNews, Rabu 25/1/2023.
Hal senada juga diutarakan oleh H Darman, pengurus MWC Pakis yang juga membidani Pemasaran di kepengurusan KPKNU. Pengusaha Permen Smile ini dulu tak susah mencari pelanggan.
"Malah uangnya dititipkan dahulu saat booming permen ala korea, Kecil-kecil dengan gambar orang tersenyum. Sekarang pemasaran mulai bagus, ada 40 karyawan tiap hari bekerja di rumah saya untuk memproduksi permen saat ini. Kendala utama masih modal, permintaan banyak modalnya kurang, "ungkap H Darman seraya menceritakan jika untuk pengajuan ke Bank terkendala BI checking mengingat saat pandemi dulu pernah tidak tepat bayar beberapa kali meskipun bisa membayar hingga lunas.
"Saya punya produk roti manis, dari harga 2000 an hingga 8.000 insya Allah siap melayani pelanggan, " cetus Millenial asal Kalipare.
"Ini teh daun Arbei, banyak khasiat, " ungkap salah satu yang lain.
Mungkin kalau dijual siap seduh bakal laris teh ini, mengingat cuaca kadang hujan kadang panas, jadi bisa dijual dengan atau tanpa es.
Begitupun produk lain, baju dan udeng NU nampak menghiasi meja, saya lihat hanya satu-satunya di stand bazaar. Misal dipajang di manekin akan lebih menarik. Mengusung brand Batik Sekar Mentari pengrajin Nur hayati yang beralamat di Jl. Pahlawan Badjuri RT 02/RW 01 mematok harga mulai 250 ribu keatas. Bersanding dengan kain batik ecoprint.
Makanan ringan terlihat berjajar, memikat mata mengingat harganya juga kemasan. Terus terang harganya menurut saya cukup murah untuk ukuran kantong emak-emak
Goreng pendamping bakso cuma 6000, aneka keripik tidak sampai 10.000.
Meski harus menanyakan harga akan tetapi bukan masalah karena rasanya memang enak.
Produk fashion khas NU milik pasangan pengusaha Supri- latifah mencolok karena menjadi satu-satunya yang ada di stand.
Memberitahukan siap bangkit memenuhi pesanan. Tersedia siap pakai untuk hem dan udeng.
Tertarik, saya membeli 1 hem putih berkrah coklat mudah. Kainnya bagus, potongannya enak juga.
"Para pengurus NU biasanya pesan ke saya," ungkap latifah mengenai produk garment yang dia bawa.
Senang rasanya mengetahui UMKM bergeliat lagi. Lewat jalur manapun. Bagi saya keberadaan KPK NU adalah sedikit riak ombak upaya bangkit dari tidur panjang.
Bahwa diwadahi dalam komunitas, ini hanya sebuah jalan membangun link, memudahkan menyelesaikan urusan yang klise dialami Umkm, semisal modal dan pemasaran.
"Kami dampingi supaya rapi manajemennya, kami bantu pula Umkm mendapat bantuan modal semudah mungkin, juga pemasaran. Mungkin tidak seperti ekspektasi, namun setidaknya ada jalinan silaturahmi satu frekuensi. Insyaallah akan menghasilkan keberkahan. Hal yang sangat didambakan Nahdhiyin, barokah, "cetus inisiator KPK Fauzan Zenrif yang biasa dipanggil Kyai Prof oleh anggota KPK NU.
Berbaur bersama KPK NU saya tidak merasakan sebuah upaya hegemoni. Mereka hanya pengusaha kecil yang berusaha eksis lagi. Bahwa brand KPK yang diusung seperti ingin mendominasi saya pikir bukan masalah. KPK hanya sebuah nama untuk menarik perhatian, itu saja.
"Murni saya nderek Kyai. Tidak ada upaya apapun atau merasa superior sebab berada dalam KPK NU. Bahwa kami bangga iya, bahagia iya, tetapi ini lebih pada kebahagiaan karena kami dibimbing kyai, direstui kyai. Bagi warga NU lebih dari cukup untuk sebuah eksistensi," cetus Anis Hidayatie, ketua KPK NU Kabupaten Malang yang hari itu datang dengan produk koran cetak JatimSatuNews.
KPK NU bagi saya wadah yang tepat untuk memulai sebuah kegiatan bangkit kembali usai pandemi. Pelaku UMKM Nahdhiyin bisa bergandengan tangan karena ada wadah ini. Bukan untuk mengusung produk baru bernama KPKNU akan tetapi bersatu padu membangun usaha bersama tetap dengan bisnis masing-masing.
Bahwa ada aturan tertuang dalam Anggaran Dasar, ini hal yang wajar mengingat organisasi ini terdiri atas banyak kepala. Perlu menyatukan pandangan agar searah tujuan.
Untuk kebangkitan warga Nahdhiyin yang juga bagian dari bangsa Indonesia. Seperti jargon KPK NU.
"Dari masyarakat NU untuk Indonesia". (Ans)