JATIMSATUNEWS.COM: Belakangan ini, tren melek literasi sedang naik daun. Literasi sendiri adalah istilah umum yang merujuk pada kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, juga memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan seseorang dalam berbahasa.
Kesadaran untuk mengembangkan dan menumbuhkan budaya literasi di sekolah maupun masyarakat sedang gencar digalakkan. Seperti yang terjadi di hari Jumat, 20 Januari 2023, acara talk show literasi digelar oleh Madrasah Aliyah Negeri 2 kota Malang. Bertempat di aula utama, peserta adalah seluruh siswa siswi kelas X, baik itu jurusan MIPA, IPS, Bahasa maupun MANPK. Acara dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB.
Adalah Tjahjono Widijanto, lelaki kelahiran Ngawi Jawa Timur, yang didapuk menjadi pemateri. Sering diundang dalam berbagai acara Nasional maupun Internasional, pada kesempatan ini Tjahyono mengangkat tema literasi dalam puisi.
Menurut Tjahjono, ada beberapa langkah dalam menulis puisi, yaitu :
1. Cari inspirasi dari berbagai sumber referensi
2. Tulis kalimat dari hal-hal penting yang perlu dicatat
3. Rangkai kalimat dengan bahasa puisi dengan menggunakan diksi
4. Pilih judul yang menarik
5. Baca ulang dan proses editing
6. Puisi siap dipublikasikan
"Jangan membuat simbol yang sudah umum. Carilah simbol yang unik, asyik, mempribadi, dengan melihat sekitar dengan bahasa atau kata yang ada," paparnya lebih jauh dalam menjelaskan trik menulis puisi.
Tak hanya puisi, karya lainnya berupa esai sastra, cerpen dan artikel dimuat di berbagai koran, majalah dan media online, seperti: Majalah sastra Horison, Basis, Media Indonesia, Koran Tempo, Nusantara Institute, dan lain-lain.
Beberapa buku karyanya antara lain :
Compassion & Solidarity A Bilingual Anthology of Indonesian Writing (UWRF 2009), Dari Zaman Citra ke Metafiksi, Bunga Rampai Telaah Sastra DKJ (Kepustakaan Populer Gramedia dan Dewan Kesenian Jakarta, 2010), Janturan (Juni, 2011), Dari Zaman Kapujanggan Hingga Kapitalisme: Segugusan Esai dan Telaah Sastra (2011), Wangsit Langit (2015), Metafora Waktu: Kumpula Esai Budaya (2017), Eksotika Sastra: Kumpulan Esai Telaah Sastra (2017),
Penakwil Sunyi di Jalan-jalan Api (2018) dan Membongkar Metanarasi Wayang (2020).
Doktor lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNS (Universitas Sebelas Maret Surakarta) ini selain berprestasi di dunia akademik dengan meraih gelar cumlaude, juga meraih berapa penghargaan bergengsi, antara lain :
1. Pemenang Lomba Mengulas Karya Sastra Nasional yang diadakan oleh Depdiknas Pusat, Majalah Sastra Horison dan Ford Foundation (5 kali berturut turut, dari tahun 2002 sampai tahun 2006)
2. Pemenang II Sayembara Kritik Sastra Nasional Dewan Kesenian Jakarta (2004)
3. Pemenang II Sayembara Pusat Perbukuan Nasional (2008 dan 2009)
4. Pemenang II Sayembara Esai Sastra Korea (2009)
5. Pemenang Unggulan Telaah Sastra Nasional Dewan Kesenian Jakarta (2010),
6. Penghargaan Sastra Pendidik dari Badan Pusat Bahasa Nasional (2011)
7. Penghargaan Seniman (Sastrawan) Gubernur Jawa Timur (2014)
8. Penghargaan Sutasoma dari Balai Bahasa Jawa Timur (2019).
Enny Wahyuni, guru bahasa Indonesia yang ikut memberikan materi berpesan kepada para siswa agar jangan takut salah dalam menulis (karya sastra), karena dengan menulis akan ada jejak karya yang abadi.
"Menulis itu merupakan pola pembiasaan yang trus menerus harus dilatih, tidak menunggu ide, tapi ciptakan ide dengan melibatkan kepekaan rasa kita terhadap apapun", ujarnya.
Lee