ads H Makhrus

 

Pasang iklan disini

 


RELATIONSHIP QUOTIENT

Admin JSN
29 Desember 2022 | 14.30 WIB Last Updated 2022-12-29T07:30:12Z
 
Oleh Silvya Handayani, ST, MT.
(Dosen) 

ARTIKEL I 
JATIMSATUNEWS.COM:
Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membentuk kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam pendidikan, manusia adalah subjek dan sekaligus objek. Dengan demikian peran objek (siswa) dan subjek (guru) sangat penting dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sinergisitas diantara keduanya akan membentuk manusia yang mampu berpikir secara logis, kritis, dan ilmiah untuk diimplementasikan pada kehidupan nyata di masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harus memenuhi dua hal, yaitu aspek Pengajaran dan aspek Pelatihan. Aspek Pengajaran meliputi semua aktivitas yang terkait dengan pengetahuan, kecerdasan, serta cara berpikir yang sistematis dan logis (soft skill). Pengajaran memfokuskan pada aspek kecerdasan intelektual (IQ) siwa. Oleh sebab itu kemampuan intelektual guru sangat menentukan pencapaian tujuan ini. Kekayaan referensi ilmiah, up-date informasi dan ilmu-ilmu baru yang dimiliki guru akan menjadi tolok ukur keberhasilan pengajaran.

Dalam aspek Pelatihan, fokus pendidikan adalah pada ketrampilan (hard skill). Kemampuan siswa untuk mempraktekkan ilmu dan pengetahuan (soft skill) yang diterimanya akan dibuktikan pada aspek Pelatihan. Karena itu antara aspek Pengajaran dengan aspek Pelatihan harus saling terkait (linked) agar dapat diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan masyarakat.

Namun ada hal menarik yang sampai sejauh ini tetap menjadi ‘pekerjaan rumah’ bagi dunia pendidikan, yaitu mengapa siswa yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang bagus namun tidak mampu bersaing dalam kehidupan nyata di masyarakat? Dimanakah letak missing link nya? Apakah materi pendidikan yang diajarkan sudah tidak relevan lagi dengan kebutuhan masyarakat?

Ada satu hal yang menurut penulis sangat penting namun belum diajarkan secara intens dalam dunia pendidikan, yaitu RQ (Relationship Quotient). Sepandai apapun soft skill dan hard skill akan berhenti pada diri sendiri manakala siswa tidak mampu mengaktualkannya dengan orang lain. RQ merupakan ‘tali pengikat’ antara hard skill dan soft skill agar menjadi satu kesatuan utuh yang bisa di deliver ke masyarakat. Kemampuan bernegosiasi, mengelola konflik, respect terhadap orang lain, kerjasama team merupakana beberapa contoh RQ yang sejauh ini belum menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan. Padahal pada kehidupan nyata di masyarakat, aspek-aspek tersebut justru yang menjadi key point. Sejauh ini, peran pengembangan RQ justru diambil oleh lembaga-lembaga pendidikan nor-formal (kursus). 

Sudah waktunya bagi dunia pendidikan untuk melengkapi kurikulumnya dengan RQ agar para lulusan siap untuk menghadapi realita kehidupan nyata di masyarakat. Akankah mereka berperan di dunia industry, pendidikan, atau wirausaha, itu pilihan masing-masing. Namun keahlian dalam RQ mutlak diperlukan agar hard skill dan soft skill yang mereka miliki lebih powerfull.

Ditulis oleh Abdullah

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • RELATIONSHIP QUOTIENT

Trending Now