Peran Penting Guru Usia Emas dalam Menanamkan Wawasan Kebangsaan di Bumi NKRI, gambar ilustrasi Dewan Muhammad Zaini bersama buah hati meraih juara olimpiade matematika
ARTIKEL I JATIMSATUNEWS.COM: Usia emas atau the golden age adalah masa keemasan manusia. Usia ini merupakan periode yang amat penting bagi seorang anak. Pendidikan pada rentang usia tersebut sangat menentukan tahap perkembangan anak selanjutnya. Masa-masa emas tersebut berada dalam rentang antara usia 0 sampai 6 tahun.
Guru RA dalam hal ini sedang menggenggam tangan anak anak dalam usia tersebut. Di tangannya peran penting penanaman pendidikan karakter pada anak usia emas tertumpu. Menjadi harapan besar terciptanya generasi bangsa yang berkarakter positif dan berakhlakul karimah. Termasuk menyampaikan wawasan kebangsaan.
Menanamkan wawasan kebangsaan kepada anak usia dini sangat bermanfaat dalam membentuk karakter anak. Pembekalan wawasan kebangsaan dapat dimulai pada pendidikan anak usia dini dimana Usia 0-6 tahun adalah usia emas bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu hal terpenting dalam membangun masa depan seseorang, karena keberhasilan dalam PAUD akan berdampak pada kemajuan sebuah bangsa.
Pada usia ini struktur dan fungsi otaknya sedang berkembang dan pengaruhnya bersifat menetap terhadap perkembangan perilaku dan kepribadian anak selanjutnya. Sehingga mereka sangat tepat jika dijadikan komunitas awal pembentukan karakter bangsa.
Pendidikan berwawasan kebangsaan pada Anak Usia Dini (AUD) diharapkan dapat mempersiapkan mereka menjadi seseorang yang mempunyai identitas baik didalam masyarakat lokal maupun global, dan mempunyai visi untuk membangun dunia bersama dalam budaya global.
Salah satu cara agar anak dapat menerima materi pelajaran (untuk TK materi pelajaran menggunakan tema), adalah melalui teladan selain praktik dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi pembiasaan.
Guru Paud memiliki peran penting dalam Wawasan Kebangsaan dimana menurut pandangan guru paud bahwa menerapkan wawasan Kebangsaan kepada anak usia dini harus dimulai dari penerapan pengetahuan dan pembelajaran tentang bangsa dan negara Dimulai.
Memperkenalkan Pancasila Sebagai Ideologi Negara, tidak ada salahnya sejak dini Anda mulai memperkenalkan pancasila sebagai ideologi negara ini.
Anda bisa mulai mengenalkannya dengan memberitahukan bunyi kelima sila. Beri tahu buah hati Anda bahwasanya kelima sila tersebut harus dihafal dan dipahami. Guru RA bisa membiasakan menghafal bunyi 5 sila setiap hari sejenak sebelum pelajaran.
Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Jika sudah dilakukan dihafalkan, bukan tidak mungkin kecintaan anak kepada negara akan semakin bertambah.
Selain itu, Ini penting untuk dilakukan karena setiap nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Para pendiri bangsa Indonesia telah menyusun dasar negara yakni Pancasila. Tentu, setiap warga negara Indonesia harus mengamalkan betul semua sila yang ada di dalam Pancasila.
Nilai-nilai luhurnya menjadi pondasi dalam diri setiap anak agar kelak ketika anak itu dewasa memiliki karakter kebangsaan.
nak usia dini yang masih berada dalam usia emas juga akan sangat mudah menangkap dan mempraktikkan suatu hal. Oleh karena itu wajib bagi setiap orangtua mengenal nilai Pancasila dalam keseharian anak.
Tentu bukan memperkenalkan secara teoritis. Anak-anak bisa mulai mengenal Pancasila melalui aktivitas sehari-hari.
Aktivitas yang menjadi modal awal untuk mengenalkan nilai-nilai luhur Pancasila pada anak bisa diterapkan dalam 5 sila. Antara lain
1. Anak rutin diajak mengenal tempat ibadah juga beribadah bersama.
Sila pertama Pancasila mengandung nilai Ketuhanan. Di dalamnya memberikan tugas kepada Guru RA untuk mengenalkan dan mengajarkan anak tentang agama.
Untuk anak yang masih berusia dini, salah satu cara termudah mengenalkan anak dengan agama dan Tuhan YME adalah dengan mengunjungi tempat ibadah dan mengajaknya beribadah bersama.
Kerjasamakan dengan orang tua. Akan lebih baik jika rutin orangtua ajak beribadah di tempat ibadah sesuai agama masing-masing. Cara lain yang bisa orangtua ajarkan pada anak sebagai penanaman Pancasila sila pertama ini adalah membiasakan berdoa di setiap aktivitas anak. Baca basmalah setiap akan memulai sesuatu, juga doa lainnya.
Misalnya sebelum makan, tidur, atau bermain. Jangan lupa orangtua selalu mengingatkan untuk berdoa terlebih dahulu. Mengenalkan anak pada kitab suci juga menjadi salah satu pengamalan sila ke 1 Pancasila untuk anak kita yang masih berusia dini.
2. Berkunjung ke rumah saudara, teman, kerabat, juga orang-orang yang kita kenal.
Salah satu pengamalan sila ke 2 ialah berkunjung ke rumah saudara, teman, atau tetangga. Ini merupakan salah satu cara menumbuhkan nilai Pancasila pada anak usia dini.
Sila kedua yang mengandung makna kemanusiaan yang beradab, berarti menugaskan kepada orang dewasa termasuk guru agar senantiasa menanamkan karakter simpati dan empati dalam diri anak.
Cara yang dapat dilakukan guru misalnya meminta anak menghibur temannya yang sedang menangis, menolong teman jika melihatnya terjatuh atau kesusahan, dan lain sebagainya. Mengjak membantu sesama, akan mengasah rasa empati anak.
Pembiasaan-pembiasaan ini lambat laun akan menjadikan anak-anak tersebut tumbuh dengan jiwa kemanusiaan yang tinggi.
3. Ajak anak bermain bersama, menjauhkan dari kesendirian. Kebersamaan adalah kunci dari persatuan.
Pada pengamalan sila ke 3 Pancasila terkandung makna persatuan. Karena itu guru wajib membiasakan anak untuk rukun. Seperti yang dilakukan guru-gurunya ketika sedang bersama kawan, tertawa jauh dari perselisihan.
Anak dibiasakan dengan sikap ini. Rukun dengan semua orang. Baik rukun dengan teman bemain, atau dengan cara mengajak teman bermain bersama tanpa membedakan status sosial.
Jangan lupa pula untuk mengajarkan anak tentang kebersamaan. Misalnya sesekali mengajak siswa makan kue bersama di kelas, halaman atau tempat lain yang menyenangkan. Selain membuat anak-anak senang, hal ini juga membelajari siswa kita tentang makna penting dari kebersamaan.
4. Beri kesempatan untuk memilih sesuatu sesuai keinginan
Musyawarah untuk mufakat menjadi makna dan pengamalan sila ke 4 Pancasila. Tugas guru adalah memberikan kebebasan atau kesempatan untuk anak dalam menentukan keinginannya.
Salah satu cara sederhana menanamkan nilai Pancasila sila keempat ini misalnya menanyakan kepada siswa tentang menu makanan yang ingin disantap jika makan ada acara bersama.
Atau bisa juga dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk memilih pakaian yang ingin mereka pakai saat karnaval. Dari dua contoh kebiasaan ini, menjadi dasar guru untuk membiasakan anak berpendapat dan mendengarkan pendapat orang lain.
5. Berbagi dengan teman
Dalam pengamalan sila ke 5 Pancasila, keadilan menjadi makna penting. Guru dapat menbiasakan anak untuk berbagi dengan orang lain.
Contoh sederhana ialah berbagi mainan atau makanan dengan teman. Mengingatkan anak untuk:
a. Bersikap adil terhadap semua teman
b. Tidak membedakan teman
c. Senantiasa untuk mau bermain bersama dengan semua teman.
Ini menjadikan siswa kita terbiasa untuk hidup adil dalam segala hal.
Memahami nilai-nilai Pancasila memang tidak bisa dengan mudah diajarkan pada anak, terlebih lagi pada anak usia dini. Butuh frekuensi tinggi untuk sampai pada tahap tersebut, sehingga hasilnya akan terlihat ketika dia menjadi orang dewasa kelak.
Ketelatenan dan kebiasaan yang diterapkan guru di sekolah dan kerjasama dengan orangtua di rumah akan membuat anak terbiasa hidup dengan berpegang teguh pada nilai-nilai luhurnya. Sehingga wawasan kebangsaan pada anak usia emas dapat ditanamkan sejak dini.
Muhammad Zaini dalam hal ini, telah mendapatkan penanaman 5 sila tersebut, sehingga sosoknya bisa menjadi teladan ketika dia telah menjadi orang besar. Tetap membumi, tidak berdiri di menara gading meski punya jabatan. Merakyat, mau berbaur, tersentuh dan secara alami mendengarkan dan memenuhi aspirasi rakyat.
Menjadi sosok seperti itu butuh waktu. Ibundanya, keluarganya, guru-gurunya saya yakin berperan besar dalam pembentukan karakter seorang Muhammad Zaini hingga seperti ini. Wawasan kebangsaannya mengalir alami, tercermin dari 5 sila yang dengan mudah saya mendapatkan dokumentasinya. Tidak perlu saya meminta pada beliau, semua mudah saya temukan jejak digitalnya. Jejak paling jujur yang tidak mungkin membohongi orang. Media sosial, media mainstrame mencatat banyak kegiatan-kegiatannya yang mencerminkan Muhammad Zaini sebagai sosok yang berwawasan kebangsaan.
Guru-guru IGRA Pohjentrek dalam hal ini, saya yakin telah melaksanakan penanaman tersebut. Memberi teladan, juga mengajak melakukan kegiatan positif sebagaimana terlihat pada foto-foto ilustrasi di atas.
Maka adalah sebuah keinginan yang tidak muluk jika berharap Guru IGRA adalah pioneer dalam penanaman wawasan kebangsaan kepada anak usia emas. Keteladanan, pembiasaan telah menjadi karakter yang juga menjadi materi pelajaran.Tinggal meningkatkan lagi, memantapkan lagi untuk menjadikan 5 sila tersebut dipraktekkan dalam pembelajaran juga kehidupan sehari-hari.
Guru Igra Pohjentrek bersama Dewan Muhammad Zain Insya Allah, Bismillah akan mengambil peran penting tersebut. Sebagai penyemai jiwa kebangsaan pada generasi penerus bangsa Indonesia tercinta ini. Bismillah, atas nama Allah sang Maha Pencipta cita-cita mulia, mewujudkan generasi Indonesi yang berakhlakul karimah, berwawasan kebangsaan dapat tercapai berkat jembatan tangan ikhlas guru guru Igra Pohjentrek dalam mendidik anak-anak bangsa.
Salam kebangsaan, berjuang untuk bangsa lewat pengajaran berwawasan kebangsaan di bumi pertiwi NKRI.
Disampaikan Anis Hidayatie pada acara sosialisasi wawasan kebangsaan dengan PDI Perjuangan di RA Hidayatul Mubtadi in.