Artikel I
JATIMSATUNEWS.COM: Setiap individu dalam anggota keluarga pasti mengharapkan kehadiran seorang anak dalam keadaan sehat dan tidak kekurangan sesuatu apapun. Namun, dalam kehidupan ini pasti ada suatu hal yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan dan harapkan.
Kehadiran buah hati dengan sebuah keistimewaan yang dimiliki memberikan kesempatan kepada orang tua untuk merawatnya melebihi anak-anak pada umumnya.
Anak yang mempunyai keistimewaan dan memiliki perbedaan yang signifikan dengan anak pada umumnya dikenal dengan istilah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Turner & Hamner (1990) mendefinisikan anak berkebutuhan khusus sebagai mereka yang memiliki perbedaan dari anak-anak pada umumnya dalam beberapa hal, misalnya pada emosional, kognitif, fisik dan sensoriknya. Salah satu jenis anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan gangguan autism.
Anak autis pada umumnya akan mengalami kesulitan dalam melakukan segala aktivitas kehidupannya tanpa arahan dan pendampingan langsung dari orang lain disekitarnya. Anak autis juga tidak mampu untuk berinteraksi dengan baik, apalagi jika dilakukan interaksi dua arah dengan lawan bicaranya. Hal ini memberikan tantangan bagi orang tua maupun orang-orang terdekat yang mendampingi anak tersebut.
Maka dari itu, saat ini telah dikembangkan suatu model komunikasi yang juga digunakan sebagai metode pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus, yaitu media visual agar memudahkan orang tua maupun pendamping dalam memahami apa yang diinginkan dan dirasakan oleh anak autis. Salah satu kekuatan yang dimiliki oleh anak autis adalah kemampuan mereka dalam memroses informasi secara visual lebih baik dibandingkan dengan pemberian informasi secara verbal. Penggunaan media visual juga membuat komunikasi, interaksi, dan atensi anak autis menjadi lebih baik dengan menggunakan beberapa prinsip agar optimal, yaitu terstruktur, terpola, terprogram, konsisten, kontinyu serta dengan prinsip kasih sayang (Hermansyah, 2009).
Akan tetapi, pada kenyataannya saat ini masih banyak pihak yang belum mengetahui bahwa media visual dapat digunakan sebagai metode utama yang efektif diterapkan untuk berinteraksi dengan anak yang mengalami gangguan autism. Bagi orang tua yang sudah mempercayakan pihak Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk memberikan pendidikan kepada anak istimewa mereka, pasti sudah sedikit banyak mengetahui bahwa media visual sering digunakan dan menjadi suatu metode yang memberikan kemudahan dalam berinteraksi dengan anak autis.
Namun orang tua yang tidak menyekolahkan anak mereka karena beberapa alasan, belum tentu paham akan cara atau metode yang tepat dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, masih sering ditemukan para orang tua yang kurang memahami cara untuk menghadapi anaknya yang memiliki keterbatasan.
Media visual ini terbukti sangat bermanfaat bagi anak berkebutuhan khusus guna kelangsungan hidupnya. Jika menerapkan penggunaan media visual secara konsisten pada anak autis, maka dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Media visual yang biasa digunakan berupa gambar benda sekitar, warna, bentuk, huruf, angka, dan kata kerja. Penggunaan media visual ini dilakukan dengan beberapa tahapan.
Dimulai dengan pemberian stimulus berupa perintah dan arahan yang berulang kali kepada anak dengan tetap memperhatikan bahwa pada umumnya anak autis akan memiliki fokus yang pendek. Kemudian pengenalan dan pemberian stimulus dilakukan secara konsisten hingga mereka mulai memahami dan mengerti tentang arahan dan perintah yang diberikan secara bertahap dengan menggunakan media visual tersebut. Dalam fenomena yang terjadi di salah satu SLB di Kota Malang, pemberian stimulus secara berulang kali dan konsisten dilakukan dengan rentang waktu kurang lebih selama dua minggu untuk setiap bentuk-bentuk gambar yang baru dikenal sampai anak mulai mengerti tentang gambar tersebut.
Selain itu, media visual juga telah berhasil meningkatkan keterampilan bahasa dan komunikasi anak autis sehingga kemampuan yang dimiliki mengalami peningkatan. Dalam bidang pendidikan juga memberikan kemudahan bagi guru dalam mengkondisikan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung karena peserta didik menjadi lebih predictable ketika diberi bantuan visual, baik berupa jadwal kegiatan maupun media pembelajaran yang digunakan di kelas.
Dalam hal ini, media visual dapat menjadi rekomendasi utama bagi guru dan orang tua agar anak berkebutuhan khusus seperti autis ini dapat lebih memahami perintah dan arahan yang diberikan serta menunjang perkembangan keterampilan bahasa dan komunikasi mereka.
Ika Mufidatun Nisa’/ Shaquilla Aura Khalyla