Oleh : Irfan Khanafi
Universitas Negeri Malang
Email: kokohan97@gmail.com
ARTIKEL I JATIMSATUNEWS.COM:
Abstrak
Tujuan dari Pendidikan di SMK adalah untuk menciptakan tenaga kerja terampil pada level 2. Berdasarkan data dari BPS, saat ini tingkat pengangguran terbuka dari lulusan SMK masih sangat tinggi, walaupun dua tahun ini menunjukkan tren yang menurun.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Negeri 1 Wonorejo dalam upaya memenuhi kebutuhan dunia kerja ditinjau dari indikator 1) Manejemen; 2) Kerjasama; 3) Keterkaitan; 4) Hasil dan; 5) Digitalisasi BKK. Indikator yang digunakan berdasarkan Indikator yang digunakan dalam menilai Kinerja Bursa kerja Khusus SMK yang di susun Oleh dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Manajemen bursa kerja khusus SMK Negeri 1 Wonorejo dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja ketercapaiannya berada pada kategori sedang dengan nilai sebesar 75; 2) Dilihat dari indikator Kerjasama berada pada kategori sangat tinggi dengan nilai sebesar 87,5; 3) Indikator keterkaitan berada pada kategori sangat tinggi dengan nilai sebesar 83; 4) Indikator Hasil berada pada kategori sangat tinggi dengan nilai sebesar 95; dan 5) Digitalisasi BKK berada pada kategori sedang dengan nilai sebesar 75.
Kata Kunci: Bursa Kerja Khusus, SMK, Dunia Kerja
PENDAHULUAN
Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea 4 menyatakan bahwa Tugas Negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu Negara wajib mencerdasakan kejidupan bangsa, salah satunya melalui proses pendidikan. Semua Negara menyakini bahwa dengan pendidikan Negara itu akan bisa mencapai kemajuan dan keberadapan. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus di penuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi, (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Sejalan dengan itu, pemerintah mendirikan sekolah sekolah baik sekolah umum atau menengah kejuruan untuk menjawab tantangan kompetensi yang dibutuhkan di dunia industri. Saat ini perbandingan SMK dan SMA sebesar 70 : 30 . Namun semakin banyaknya pertumbuhan jumlah SMK terutama SMK yang dididirikan oleh masyarakat menjadi masalah baru bagi pemerintah.
Masalah tersebut adalah semakin banyaknya jumlah lulusan yang dihasilkan oleh SMK yang kesulitan mencari lapangan pekerjaan. Meningkatnya pengangguran yang kompeten menjadi tanggung jawab pemerintah.
Laporan Badan Pusat Statistik menunjukkan, terdapat 248,05 ribu orang yang menjadi pengangguran di Jawa Timur pada Agustus 2021. Tercatat, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mendominasi tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Timur tersebut, yaitu sebesar 9,54%.
Tetapi saat ini menunjukkan tren penurunan jika dibandingkan periode Agustus 2020 dan Februari 2021. Masing-masing TPT lulusan SMK pada dua periode tersebut masing-masing 11,89% dan 10,41%. TPT tertinggi di Jawa Timur berikutnya adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), yakni sebesar 8,85%. Jumlah ini justru naik dibandingkan periode Februari 2021 yang sebesar 7,57%.
Menurut BPS, tingginya TPT di Jawa Timur menjadi sinyal bahwa titik temu antara tawaran tenaga kerja lulusan SMK/SMA di provinsi ini dengan permintaan tenaga kerja di pasar kerja masih menjadi masalah. Sehingga banyak lulusan SMK/SMA yang menganggur. Sebaliknya, TPT terendah terdapat pada pendidikan SD ke bawah. Persentase TPT jenjang pendidikan ini mencapai 3,15% pada Agustus 2021.
Kemudian, TPT lulusan universitas pada Agustus 2021 sebesar 5,17%. Angka ini menunjukkan tren penurunan dibandingkan Februari 2021 dan Augustus 2020 yang masing-masing sebesar 5,59% dan 6,08%.
Menghadapi era globalisasi ke depan, masalah ketenagakerjaan akan semakin komplek seiring dengan laju pertumbuhan SMK, di mana. jumlah angkatan kerja baru terus meningkat sedangkan jumlah lapangan kerja yang tersedia sangatlah terbatas.
Prediksi ke depan akan terjadi pergeseran pendayagunaan sumber daya alam ke sumber daya manusia, dimana setiap kita dituntut profesional dalam bidangnya agar dapat tercapai apa yang diinginkan terutama dalam menghadapi persaingan di segala bidang kehidupan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ikut bertanggung jawab terhadap penyiapan SDM yang terampil dapat dijadikan mitra yang strategis dalam upaya bersama terhadap pengurangan angka pengangguran.
Pembentukan bursa kerja khusus (BKK) bagi SMK menjadi pilihan strategis dalam membantu menangani masalah pengangguran kompeten yang dihasilkan oleh SMK.
SMK negeri 1 Wonorejo merupakan salah satu SMK yang telah memiliki Bursa Kerja Khusus (BKK) yang berusaha menjembatani antara sekolah dan dunia industry dalam hal informasi lowongan pekerjaan dan transfer teknologi.
Khusus di bidang penyaluran tenaga kerja SMK Negeri 1 wonorejo telah mejalin kerjasama dengan beberapa perusahaan baik diwilayah kabupaten Pasuruan atau diluar Kabupaten Pasuruan. Bagaimanapun majunya sistem pendidikan di sebuah SMK kalau tidak diimbangi dengan terserapnya alumni kedunia kerja, maka sistem itu akan menjadi sia sia.
Karena pada hakekatnya SMK di buka untuk memberikan kesempatan belajar dan bekerja bagi mereka yang menginginkan setelah lulus mendapatkan pekerjaan,bukan menjadi pengngguran yang kompeten. SMK bukan hanya mengutamakan input, proses dan output, tapi SMK juga harus mengedepankan Outcomes.
Dapat disimpulkan bahwa salah satu fungsi yang menonjol dari sistem antar kerja pada BKK adalah pelayanan perantaraan kerja guna menyalurkan pencari kerja pada jabatan tertentu di sebuah lembaga/institusi baik di sektor formal maupun sektor informal.
BKK SMK Negeri 1 wonorejo tidak terlepas dari manejemen dalam melaksanakan kinerjanya setiap hari untuk mencapai visi misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Manejemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan(wijayanti, 2008: 1).
Manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan (wijayanti, 2008: 1).
Pengertian manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pebgarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksudmaksud yang nyata. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah dilakukan (Hilda Nurul Hikmi, 2018).
Berdasarkan beberapa definisi yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).
Manajemen merupakan sebuah kegiatan; pelaksanaannya disebut manajing dan orang yang melakukannya disebut manajer. Manajemen dibutuhkan setidaknya untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas Kegiatan penelitian dilakukan pada BKK SMK Negeri 1 Wonorejo Kabupaten Pasuruan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian mengggunakan instrumen yang dugunakan dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian lomba BKK SMK jawa Timur. Indikator yang digunakan untuk menentukan penilaian kinerja BKK SMK adalah 1) Manejemen; 2) Kerjasama; 3) Keterkaitan; 4) Hasil; dan 5) Digitalisasi. Manejemen meliputi sub indikator; a) Perencanaan; b) Organisasi; c) Ketatausahaan; 4) Customer service; 5) Evaluasi; dan 6) Kewirausahaan. Indikator yang kedua adalah Kerjasama, dengan sub indikator; a) Legalitas MOU; b) Standar iduka; c) Jumlah Iduka; d) Kontinuitas; e) Variasi; dan f) UMKM.
Indikator ke-3 (tiga) adalah Keterkaitan yang meliputi sub indikator; a) Linieritas magang,/Prakerin dengan standar Iduka; b) Linieritas Kompetensi Keahlian dengan pekerjaan; dan c) Kerjasama Program UMKM dan platform digital. Indikator ke-4 (empat) adalah Hasil dengan sub Indikator; a) Efektifitas kegiatan BKK; b) Hasil tracer study dalam tiga tahun terakhir; c) Efektifitas pengembangan tenaga pelaksana BKK; dan d) Efektifitas penyerapan Lulusan tiga tahun terakhir (rata –rata); dan Indikator yang ke-5 (lima) adalah Digitalisasi BKK meliputi; a) Aplikasi BKK; b) User friendly aplikasi; dan c) keamanan Aplikasi.
Manajemen yang baik pada BKK SMK akan berdampak pada efektivitas dari seluruh rencana dan kegiatan BKK untuk mencapai tujuannya. Berdasarkan definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa sebuah organisasi tentunya memiliki rencana dan tujuan yang ingin dicapai, oleh karena itu BKK sebagai sebuah organisasi membutuhkan pengelolaan atau manajemen yang baik untuk mencapai tujuannya.
Kemitraan mengandung pengertian suatu kesepakatan hubungan kerjasama antara dua atau beberapa pihak untuk mencapai tujuan bersama. Kemitraan dapat berjalan dengan baik jika masing-masing pihak yang bekerjasama saling menghormati prinsip-prinsip kemitraan dan semua pihak yang terlibat saling diuntungkan (win-win). Apabila salah satu pihak merasa dirugikan, maka tujuan kemitraan tidak terpenuhi lagi.
Kemitraan dapat berjalan dengan baik jika dilakukan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut; 1) Saling menguntungkan; 2) Saling memperkuat; 3) Saling memerlukan; 4) Kesamaan perhatian; 5) Keterbukaan (transparency); 6) Kesamaan komitmen (Purnamawati & Yahya, 2019)
Keterkaitan adalah adanya hubungan yang sama dan sejajar antara SMK dan Iduka. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan linieritas adalah kesesuaian antara konsentrasi keahlian siswa dengan bidang magang atau Prakerin atau konsentrasi keahlian dan bidang pekerjaan yang dimasukinya.
Hasil yang dimaksud dalam penelitian ini adalah efektifitas kegiatan BKK, yaitu pelaksanaan kegiatan BKK yang meliputi Tracer Study, Pencairan lowongan pekerjaan, pembimbingan, Pendampingan, penawaran kepada pengguna tenaga kerja, verifikasi pengiriman dan penempatan tenaga kerja, pameran bursa kerja (job fair) center test dan pengembangan program kewirausahaan serta sharing praktek baik.
Digitalisasi BKK adalah penggunaan teknologi dalam pelaksanaan manejemen BKK di SMK negeri 1 Wonorejo. Penggunaan teknologi ini misalnya dalam hal pendataan alumni, tracer study, mapping minat bakat siswa, pencarian lowongan pekerjaan, penyebaran lowongan pekerjaan, aply lamaran pekerjaan dan pelaporan hasil tracer study.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan deskriptif
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di BKK SMK Negeri 1 Wonorejo. Data berasal dari hasil Tracer study pada bulan September – Oktober 2022. Dan hasil dari penilaian Lomba Kinerja BKK tingkat Provinsi Jawa Timur tahu 2022 di SMK Negeri 1 Wonorejo yang dilakukan oleh Asesor dari pengawas SMK.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pengurus BKK SMK Negeri 1 Wonorejo dan manejemen SMK Negeri 1 Wonorejo, yang berjumlah 17 orang.
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner, pedoman wawancara, dan lembar dokumentasi.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Sementara itu untuk analisis data yang diperoleh dengan wawancara akan dianalisis menggunakan analisis interaktif empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Manejemen BKK
Dari hasil penelitian didapatkan prosentase untuk manejemen BKK di SMK Negeri 1 Wonorejo tergolong sedang dengan nilai sebesar 75. Ketercapaian dari masing masing Sub indikator dalam Manejemen adalah sebagai berikut. Perencanaan mencapai nilai 4. Dalam perencanaan ini BKK SMK Negeri 1 Wonorejo memiliki 5 perencanaan yaitu dalam hal Prgram kerja, Visi misi BKK, motto BKK, Logo BKK dan memiliki program Inovasi kewirausahaan.
Pada Sub Indikator Organisasi mencapai 4 point yang meliputi BKK sekolah memiliki Struktur organisasi BKK, SK Tim BKK dan job diskripsi tim BKK. Struktur Tim BKK antara lain Pelindung, Pembina, penanggung jawab, koordinator, petugas IT, petugas IPK, Administrasi dan pendaftaran serta pewawancara dan bimbingan jabatan .
Sub Indikator ketatausahaan mencapai skor 3 point, meliputi BKK sekolah memiliki ruang BKK,Tanda daftar BKK, Papan nama BKK, Soft copy dan hardcopy dokumen kegiatan BKK 2 tahun terakhir da Dokumen pengembangan Program BKK di era Pandemi COvid 19. Pada sub indikator ini tidak mendapatkan nilai tertinggi yaitu 4 karena ada beberapa hal diantaranya papan nama yang tidak sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan oleh kemenaker yaitu 100 cm x 80 cm.
Sub indikator ke 3 yaitu layanan pelanggan mencapai skor 3 point, meliputi sekolah hanya memiliki tujuh atau lebih layanan pelanggan yaitu dalam hal Dokumen SOP, Buku tamu, Banner panduan layanan, Brosur informasi layanan, Informasi layanan di WEB sekolah /BKK, informasi layanan sosial media dan survey kepuasan pelanggan.
Dalam sub indikator ini SMK tidak mendapatkan nilai sempurna karena Dokumen SOP kurang lengkap, hanya dokumen layanan lowongan pekerjaan dan alur rekrutmen. Kemudian media sosial hanya WA grup, Instagram, facebook, belum ada telegram untuk menampung seribu alumni dan belum memiliki youtube. Kemudian Survey kepuasan pelanggan jumlah responden masih kurang yaitu minimal ¾ dari komulatif jumlah lulusan selama 3 tahun terakhir.
Sub Indikator evaluasi mencapai skor 4 point yaitu ada evaluasi program kerja BKK, Tracer study,serta ditindaklanjuti dengan adanya dokumen yang lengkap. Sub indikator terakhir adalah kewirausahaan mendapat skor 3, yaitu ada data alumni (5%) yang berwirausaha dibuktikan dengan nama, alamat, no hp, jenis usahanya, serta foto alumni di depan usaha yang dimilikinya.
Hasil ini menjadi indikator bahwa manajemen sekolah yang baik akan menghasilkan lulusan yang mudah diterima oleh stakeholder sekolah sebagaimana yang terungkap dalam penelitian (Iktiari & Purnami, 2019), (Li & Wang, 2021), (Rojaki et al., 2021), (Suherman et al., 2022) bahwa manajemen yang baik melibatkan dukungan banyak aspek antara lain semua elemen sekolah dan dukungan sistem informasi yang baik.
2. KERJASAMA
Indikator kerjasama tergolong sangat tinggi dengan mendapatkan nilai 91,6. Sub indikator pertama yaitu legalisir mendapatkan skor 4 point, yaitu ada dokumen MOU dengan Mitra DUDI meliputi Prakerin, atau pelaksanaan Rekrutmen dalam 3 tahun terakhir serta kerjasama dalam bentuk lain. Bentuk kerjasama lain misalnya, guru tamu, pemagangan guru,sinkronisasi kurikulum dan bantuan dalam bentuk peralatan atau beasiswa.
Sub Indikator ke 2 adalah standard IDUKA mendapatkan skore 3 point yaitu kerjasama yang dilakukan dengan DU/DI tingkat nasional, dibuktikan dengan table rekapitulasi. Untuk mendapatkan 4 point harus memliki kerjasama dengan DUDI internasional.
Sub Indikator ke 3 adalah jumlah MOU, mendapatkan skore 4 point, yaitu SMK memiliki kerjasama (MOU) dengan DU/DI meliputi Prakerin dan rekrutmen sebanyak > 100, dibuktikan dengan table rekapitulasi. SMK memiliki 165 MOU baik dengan DU/DI, UMKM dan Perguruan Tinggi.
Sub indikator ke 4 mendapatkan skore 3 point yaitu Kerjasama dengan DUDI cukup kontinyu, jalinan kerjasama cukup lama (dalam dua tahun terakhir). SMK Negeri 1 wonorejo telah cukup lama menjalin kerjasama dengan dudi. Namun mendapatkan 3 point karena beberapa MOU hanya menjalin selama satu tahun dan beberpa saja yang sampai tiga tahun tidak semuanya 3 tahun.
Sub indikator ke 5 adalah variasi MOU, mendapatkan skore 4 point. Karena sekolah telah memiliki 8 sampai Sembilan kerjasama, yaitu dalam bidang, kelas industry, Prakerin/PKL, Rekrutmen, Diklat bagi guru, Sinkronisasi kurikulum, guru tamu, bantuan peralatan, beasiswa, dan teaching factory.
Sub indikator ke 6 adalah UMKM mendapatkan skore 4 point yaitu ada dokumen MOU dengan mitra UMKM > 1 tahun. SMK negeri 1 wonorejo memiliki 49 pasangan UMKM disekitar SMK dan beberapa UMKM didaerah lain yang merupakan mitra kewirausahaan. Kebanyakan mereka memprroduksi suatu produk dan SMK mengemas ulang dengan diberi label S1WON sebagai label kewirausahaan SMK Negeri 1 Wonorejo.
Dalam penelitian yang lain juga menyarankan agar Program kerjasama antara SMK dengan DU/DI perlu dipertahankan dengan keterlibatan seluruh komponen dan stakeholder agar keterkaitan dan kesepadanan dalam menghasilkan lulusan yang berkompeten dapat terealisasi sesuai dengan tujuan SMK.
Langkah yang dilakukan dalam mengikat hubungan kerjasama sekolah dengan DU/DI, dengan sistem MOU yang disepakati harus disosialisasi antar kedua belah pihak agar keduanya dapat menjalankan hak dan kewajiban sesuai kesepakatan (Azizah et al., 2015)
3. KETERKAITAN
Pada indikator keteraitan BKK SMK Negeri 1 Wonorejo tergolong sangat Tinggi yaitu mendapatkan nilai 91,6. Sub indikator pertama yaitu linieritas magang/prakerin dengan standard iduka mendapatkan skore 4 point.
Jumlah siswa SMK yang melaksanakan Prakerin pada IDUKA yang linier sejumlah > 75% dibuktikan dengan tabel linieritas. Linieritas prakerin atau PKL di SMK Negeri Wonorejo mencapai 100%, karena semua siswa yang PKL sesuai dengan konsentrasi keahlian masing masing.
Sub Indikator ke 2 yaitu linieritas kompetensi keahlian dengan pekerjaan mendapatkan skore 3 point. Yaitu jumlah lulusan yang diteima di dudi sejumlah < 75 % linier dibuktikan dengan tabel linieritas. Keterserapan alumni SMKN Wonorejo yang bekerja linier sesuai jurusannya hanya 69 %, selebihnya mereka bekerja tidak sesuai dengan jurusannya, misalnya alumni Teknik kendaraan ringan bekerja sebagai Pramuniaga pada mini market, Bekerja sebagai operator produksi dan packing.
Sub Indikator ke 3 adalah ketersediaan program pelaksanaan kewirausahaan. Mendapatkan 4 point. Yaitu dalam program kerja ada kegiatan kewiraushaan untuk kelas XII dan alumni . da nada bukti pelaksanaan kegiatan kewirausahaan dibuktikan dengan daftar hadir, dan foto pelaksanaan kegiatan. Pada SMK Negeri 1 wonorejo, kegiatan kewirausahaan tidak hanya dilakukan oleh siswa kelas XII saja, melainkan siswa Kelas X , XI dan XII.
Dengan adanya kerjasama antara dengan UMKM, dan seiring dengan berkembangya UMKM maka hal ini akan memliki dampak yang positif pada lingkungan sekitar karena mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1 hingga 19 pekerja. Dengan kemampuan UMKM yang terbukti memang mampu menyerap tenaga kerja hal ini berpengaruh pada penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan (Setiawan & Suman, 2020). Hal positif yang ditimbulkan juga akan berdampak pada pengurangan pengangguran pada lulusan SMK
4. HASIL
Indikator hasil tergolong dalam kriteria sangat tinggi yaitu mendapatkan nilai 95. Sub Indikator pertama yaitu efektifitas kegiatan BKK mendapatkan 4 Point, yaitu BKK melaksanakan semua komponen dalam hal tracer study, lowongan kerja, pembimbingan, pendampingan, penawaran kepada pengguna tenaga kerja, verivikasi pengiriman dan penempatan tenaga kerja, pameran bursa kerja (job fair), center test dan mengembangkan program kewirausahaan.
Sub indikator ke 2, hasil tracer study dalam tiga tahun terakhir mendapatkan 4 point , yaitu melakukan proses rekrutmen lebih dari 15 kali dan program mengembangkan kewirausahaan dibuktikan dengan agenda kegiatan. SMK Negeri 1 Wonorejo rata rata mengadakan rekrutmen sebanyak 18 kali setahun yang dilakukan baik di SMK maupun di industry.
Sub indikator ke 3 adalah efektifitas pengembangan tenaga pelaksana BKK, mendapatkan 3 point. Yaitu BKK pernah pernah melakukan pengembangan SDM (pelatihan, lokakarya, studi banding) 2 kali dalam setahun dibuktikan dengan kelengkapan administrasinya. BKK SMK Negeri 1 wonorejo untuk tahun 2022 hanya melaksanakan satu kali bintek untuk pengelola BKK dan satu kali studi banding ke luar sekolah.
Sub indikator ke 4 adalah penyerapan lulusan 3 tahun terakhir yang bekerja (rata-rata) mendapatkan 4 point yaitu penyerapan lulusan sebesar 80% dari rombongan belajar dibuktikan dengan kelengkapan administrasi. rata rata keterserapa alumni selama tiga tahun sebesar 83%.
Sub Indikator ke 5 adalah penyerapan lulusan 3 tahun terakhir yang berwirausaha (rata rata) memperoleh 4 point. Yaitu Alumni atau lulusan yang berwirausaha > 15% dari rombongan belajar. Rata rata alumni yang berwirausaha sebesar 18% dari rombongan belajar.
(Ansori, 2015) Sesuatu yang dikerjakan untuk pengembangan sumber daya manusia di lembaga pendidikan pasti ada suatu tujuan yang ingin dicapai. Di antara tujuan pengembangan SDM menurut pendapat Martoyo adalah untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi kerja dalam melaksanakan dan mencapai sasaran program-program kerja yang telah ditetapkan.
5. DIGITALISASI BKK
Digitalisasi BKK di SMK Negeri 1 Wonorejo tergolong sedang yaitu mendapatkan nilai 75. Masing masing sub indiakator adalah, indikator petama yaitu, kelengkapan aplikasi mendapatkan point 3. Kemudian user friendly dari aplikasi mendapatkan 3 point. Sub indiaktor ketiga adalah keamanan aplikasi mendapatkan 3 point, dan terakhir jenis aplikasi mendapatkan 3 point.
Teknologi informasi dan Komunikasi adalah seperangkat alat perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk menyimpan informasi. Alat teknologi informasi membantu dalam memberikan orang-orang informasi yang tepat pada waktu yang tepat.
Pekerja dalam organisasi menggunakan teknologi informasi untuk menyelesaikan berbagai tugas dan ini dapat mencakup; mentransfer informasi yang memfasilitasi pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi, meningkatkan layanan pelanggan, dan banyak lagi.
Dalam era informasi ini, sangat penting untuk mengelola sistem informasi untuk memastikan akurasi dan efisiensi. Sistem informasi manajemen (MIS) melibatkan perencanaan, pengembangan, manajemen, dan penggunaan alat-alat teknologi informasi untuk membantu pekerja dan orang-orang dalam melakukan semua tugas yang berhubungan dengan pengolahan informasi dan manajemen (Anshori, 2020)
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa manejemen BKK SMK Negeri 1 Wonorejo dalam upaya memenuhi kebutuhan dunia kerja pada Indikator manejemen dapat diaktegorikan sedang yaitu mencapai nilai 75. Yang meliputi sub indikator; a) Perencanaan; b) Organisasi; c) Ketatausahaan; 4) Customer service; 5) Evaluasi; dan 6) Kewirausahaan.
Indikator yang kedua adalah Kerjasama, tergolong sangat tinggi dengan perolehan nilai 91,6. Dengan sub indikator; a) Legalitas MOU; b) Standar iduka; c) Jumlah Iduka; d) Kontinuitas; e) Variasi; dan f) UMKM.
Indikator ke-3 (tiga) adalah Keterkaitan tergolong pada kategori sangat tinggi yaitu 91. Meliputi sub indikator; a) Linieritas magang/Prakerin dengan standar Iduka; b) Linieritas Kompetensi Keahlian dengan pekerjaan; dan c) Kerjasama Program UMKM dan paltform digital.
Indikator ke-4 (empat) adalah Hasil tergolong pada kategori sangat tinggi yaitu memperoleh nilai 95, dengan sub Indikator; a) Efektifitas kegiatan BKK; b) Hasil tracer study dalam tiga tahun terakhir; c) Efektifitas pengembangan tenaga pelaksana BKK; dan d) Efektifitas penyerapan Lulusan tiga tahun terakhir (rata –rata) dan
Indikator yang ke-5 (lima) adalah Digitalisasi BKK tergolong dalam kategori sedang dengan memperleh nilai 75, yang meliputi; a) kelengkapan Aplikasi BKK; b) User Friendly aplikasi; dan c) Keamanan Aplikasi; dan d) jenis Aplikasi.
REFERENSI
Anshori, S. (2020). “Civic-Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan PKn dan Sosial Budaya” Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Sebagai Media Pembelajaran. Jurnal Ilmu Pendidikan PKN dan Sosial Budaya, 4(1), 277–286.
Ansori. (2015). Konsep Teoretis Pengembangan Sumber daya Manusia. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 3(April), 49–58.
Azizah, AR Murniati, & Khairuddin. (2015). Strategi Kerjasama Sekolah Dengan Dunia Usaha Dan Dunia Industri (Du/Di) Dalam Meningkatkan Kompetensi Lulusan Pada Smk Negeri 3 Banda Aceh. Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 11(2), 148–158.
Hilda Nurul Hikmi, A. T. J. (2018). Pengaruh Motivasi Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap Disiplin Kerja Serta Dampaknya pada Kinerja Pegawai. Repository. Unpas.Ac.Id, 18–76.
Iktiari, R., & Purnami, A. S. (2019). Manajemen Praktek Kerja Industri untuk Meningkatkan Keterserapan Lulusan SMK pada Dunia Usaha dan Dunia Industri. Media Manajemen Pendidikan, 2(2). https://doi.org/10.30738/mmp.v2i2.3719
Li, Y., & Wang, J. (2021).
Evaluating the Impact of Information System Quality on Continuance Intention Toward Cloud Financial Information System. Frontiers in Psychology, 12(August), 1–12. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.713353
Purnamawati, & Yahya, M. (2019). Model kemitraan smk dengan dunia usaha dan dunia industri. Diambil dari https://123dok.com/document/qo59pgmy-strategi-humas-menjalin-kerjasama-dunia-usaha-industri-yogyakarta.html
Rojaki, M., Fitria, H., Martha, A., Sama, K., Usaha, D., & Industri, D. (2021). Manajemen Kerja Sama Sekolah Menengah Kejuruan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3).
Setiawan, R. D., & Suman, A. (2020). Peran UMKM Dalam Upaya Pemberantasan Pengangguran dan Kemiskinan: Pelajaran Dari Penerapan JATIMNOMICs Di Blitar. Suparyanto dan Rosad (2015, 5(3), 248–253.
Suherman, A. I., Suharyanto, S., & Sauri, S. (2022). Manajemen Program Penyelarasan Kurikulum SMK 2013 dengan Industri, Dunia Usaha dan Dunia Kerja (IDUKA) dalam Meningkatkan Keterserapan Tenaga Kerja Lulusan SMK Kota Bandung. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(2). https://doi.org/10.54371/jiip.v5i2.430
wijayanti. (2008). Manajemen organisasi kesenian, 5–20.