ARTIKEL I JATIMSATUNEWS.COM: Jadi, Anda ingin jadi cerpenis? Baiklah, Sobat. Tak ada seorang pun yang berhak melarang Anda, juga diri Anda sendiri. Setiap orang berhak menentukan pilihan dan jalan hidupnya.
Anda boleh memutuskan untuk menjadi apa saja: menteri, guru, penulis, jaksa. Bukan soal menjadi atau tidak menjadi—bagaimana kita setia menjalani proses demi proses jauh lebih penting setelah sebuah keputusan diambil.
Untuk itu, sebelum Anda yakin memutuskan menjadi cerpenis, pertanyaannya adalah mengapa Anda ingin jadi cerpenis? Kita bertanya kepada diri sendiri, dan jujur menjawab pertanyaan itu. Jawabannya tidak perlu diumumkan dan diiklankan di media sosial.
Niat, dorongan, motivasi bisa cukup beragam.
Mungkin Anda ingin dikenang sebagai sastrawan besar, seperti Sutan Takdir Alisjahbana, Wildan Yatim, Danarto, Umar Kayam. Atau Anda menulis cerpen untuk mencari duit. Ini pun wajar dan tidak salah. Pilihan menjadi penulis profesional Anda jadikan penopang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Alasan lainnya, Anda berhasrat menjadi penulis karena Anda dilahirkan untuk menulis. Hasrat ini terasa sangat kuat menerobos pintu obsesi sehingga keputusan menjadi penulis cerpen tidak bisa diganggu gugat.
Dorongan untuk menulis dan terus menulis—terkadang tidak tahu mengapa Anda butuh menulis dan harus menulis—terasa kuat menguasai pikiran.
Atas semua dorongan itu Anda lantas berbisik dalam hati.
“Saya merasa bahagia setelah merampungkan satu buah tulisan.”
Lalu lahirlah tulisan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Anda tidak peduli tulisan itu dibaca orang atau tidak, dimuat di koran atau dicampakkan, dipuji atau dicibir. Proses kerja menulis itu sendiri adalah kenikmatan dan kebahagiaan tiada tara. Anda adalah ibu yang melahirkan tulisan dari rahim pikiran dan imajinasinya.
Sobat, Anda patut bersyukur jika termasuk penulis seperti itu. Tidak setiap manusia dianugerahi Tuhan bakat dan dorongan yang kuat untuk menulis.
Dengan demikian apakah sebuah bakat yang besar dan istimewa akan memberi selembar tiket untuk memasuki gerbang keberhasilan? Bisa ya, bisa tidak.
Semua bergantung pada kerja keras dan ketekunan kita.
Bakat yang kuat tidak menjamin seseorang menjadi penulis yang tangguh dan berkualitas. Ia memerlukan disiplin latihan yang ketat. Sebaliknya, disiplin latihan yang ketat dan keteguhan mental akan mengatasi minimnya bakat menulis.
Bakat, kerja keras, latihan ketat, mental tangguh merupakan bahan dasar yang harus diracik sedemikian rupa agar kita tidak terjebak pada jalan pintas.
Menjadi plagiat adalah jalan pintas bagi penulis yang tidak tangguh mentalnya.
Sekarang, Anda sudah mengetahui mengapa ingin jadi cerpenis. Simpan jawaban itu dalam hati. Lalu, apa yang perlu segera kita kerjakan? []