Manajemen Resiko Jurnalistik

Admin JSN
05 November 2022 | 05.04 WIB Last Updated 2022-11-04T22:42:03Z
Manajemen Resiko Jurnalistik , Ilustrasi gambar bersama Kepala BPBD  Pasuruan Ridwan Haris, Wabup Pasuruan  KH Mujib Imron
ARTIKEL I JATIMSATUNEWS.COM: Jurnalistik 
Menurut Herman RN dalam buku Jurnalistik Praktis (2018), jurnalistik adalah bagian dari keterampilan mengumpulkan, menulis, menganalisis, serta menyebarkan informasi.

Secara harfiah, jurnalistik bisa diartikan sebagai keterampilan menulis dan menyebarkan informasi kepada khalayak luas.

Lebih mengerucut pada lingkup kewartawanan atau jurnalisme, Wikipedia menyebut sebagai kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Pengertian jurnalisme dalam konsep media, berasal dari perkataan journal, artinya catatan harian mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat kabar.

Berkaitan dengan jurnalistik bagi seorang wartawan atau jurnalis maka jurnalistik bisa diartikan sebagai kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik. 

Sebuah kegiatan yang memerlukan kompetensi untuk melaksanakan tugasnya secara sempurna dari mulai mengumpulkan bahan berita, mencari fakta hingga menyajikan dalam bentuk berita yang bisa dikonsumsi masyarakat luas.  Menjadi rujukan informasi bagi siapapun yang membutuhkan bahan terkait berita yang telah ditulis seorang jurnalis atau wartawan. 

Manajemen Resiko

Dalam konteks ini,  memahami resiko yang akan dihadapi oleh pelaku jurnalistik mutlak diperlukan agar dia dapat melaksanakan tugas dengan tenang,  nyaman dan aman. Untuk itu dia harus mengenal medan sebelum terjun ke gelanggang dengan melaksanakan manajemen resiko yang tepat. 

Apa itu manajemen  resiko? 

Adalah segala proses kegiatan yang dilakukan semata untuk meminimalkan bahkan mencegah terjadinya risiko kegiatan. Di dalamnya ada kegiatan identifikasi, perencanaan, strategi, tindakan, pengawasan dan evaluasi terhadap hal-hal negatif yang kemungkinan akan menimpa usaha.

Dengan pemahaman yang baik terhadap resiko atau hal negatif kegiatan jurnalistik maka keamanan karya jurnalistik juga jurnalisnya akan didapatkan. Wartawan aman demikian pula tulisannya bisa terbaca,  sampai kepada sasaran tanpa kendala. 

Manajemen Resiko Jurnalistik bagi Jurnalis

Sesudah memahami apa itu kegiatan jurnalistik dan manajemen resiko maka bagi wartawan atau jurnalis perlu memahami Manajemen resikonya ketika dia akan melakukan kegiatan jurnalistik. Mulai dari pengumpulan bahan berita hingga penayangan berita agar jurnalis tidak tersandung masalah apapun terkait berita yang telah ditulisnya. 

Memulai hal tersebut maka jurnalis perlu membuat catatan outline sebelum memberitakan. Sesuai dengan manajemen resiko secara umum,  yakni identifikasi, perencanaan, strategi, tindakan, pengawasan dan evaluasi.

Sebelum  memanajemen resiko harus dipahami dan disadari oleh jurnalis apa yang akan menjadi  resiko pekerjaannya sehingga dia bisa mempersiapkan perencanaan menghadapi.  Membuat manajemen resiko yang tepat untuk kegiatan jurnalistik jurnalis. 

Resiko dan Memanajemen Resiko Jurnalistik 

Setiap pekerjaan pasti memiliki resiko didalamnya tanpa terkecuali, baik itu resiko yang ringan maupun resiko yang berat. Berikut merupakan resiko yang mungkin didapatkan dalam dunia jurnalistik, saya simpulkan dari yang paling berat dahulu. 

1. Kematian,  Jurnalis adalah sebuah profesi yang kental dengan resiko kematian. Ketika melakukan tugas liputan di lapangan yang sedang terjadi kerusuhan semisal Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 atau bencana alam banjir dan longsor Malang Selatan di bulan yang sama, seorang wartawan atau jurnalis harus siap menghadapi hal-hal yang tidak terduga, termasuk kematian.

Bukan hanya tentara saja yang rela mati demi bangsa dan negara, wartawan juga harus rela mati demi berita. Oleh karena itu, jika ada wartawan yang takut mati karena sedang mencari suatu informasi atau berita di lapangan, tandanya ia tidak sungguh-sungguh menjadi wartawan.

Akan tetapi perlu disadari pula bahwa kematian adalah catatan pasti,  siapapun dengan cara yang telah dituliskan Allah,  Tuhan semesta alam pasti mengalami ini.  Jadi jangan takut,  kalau belum ketentuan tak akan ada cerita kematian.

Menajemen hal ini,  bukan lolos dari kematian,  akan tetapi menghadapi daerah dengan  resiko kematian ini maka beberapa hal perlu dilakukan.

A. Identifikasi daerah yang akan anda terjuni, amati secara singkat misal sedang ada di lokasi. Cari sisi paling aman untuk melakukan tindakan liputan. 

B. Rencanakan kegiatan sebaik dan seaman mungkin. Misal menentukan titik terbaik mengambil gambar,  mencari orang yang tidak membahayakan untuk diwawancarai,  artinya jangan wawancara orang yang sedang emosi atau terlibat kerusuhan,  misal merencanakan wawancara dengan polisi yang sedang melempar gas air mata. 
strategi, tindakan, pengawasan dan evaluasi.

C. Atur Strategi Liputan. Sesudah membuat perencanaan jurnalis harus pandai mengatur strategi.  Sebuah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu. Misal mengambil posisi terbaik dari yang sudah direncanakan untuk liputan,  usahakan bisa memantau keseluruhan,  jangan ikut masuk di area konflik, karena itu akan menjadikan konsentrasi pecah.  Yakni menghadapi serangan dan mengamankan diri,  tentu sulit mengambil angel yang bagus dalam situasi seperti ini. 

D. Lakukan Tindakan  Tepat.  Sesudah Strategi dibuat lakukan tindakan yang menurut jurnalis paling tepat. Misal mengambil gambar di tempat aman atau wawancara dengan saksi mata kejadian di tempat yang aman pula. 

Lakukan sesuai kemampuan,  misal tidak bisa berenang ya jangan nyebur ke laut atau sungai tanpa pelampung meskipun gambar paling bagus bisa didapat dari lokasi penyelamatan di tengah laut atau sungai tersebut. 

Hal ini pernah terjadi beberapa tahun lalu,  beberapa jurnalis meliput kapal tangier terbakar,  dikira sudah aman dia masuk untuk melihat. Tanpa diduga kapal tersebut oleng, karam.  Mereka yang tidak bisa berenang ikut tenggelam  pula. 

Hal yang paling bisa dilakukan  wartawan dalam situasi sulit adalah mengamankan dirinya dengan mengenakan pakaian paling aman,  misal memakai helm, Full masker oksigen dan baju anti peluru kalau di darat. Kalau bertemu perairan paling tidak gunakan pelampung kalau tidak ada snorkle. 

E. Pengawasan Terhadap Pekerjaan, Pada saat melakukan kegiatan peliputan penulisan atas suatu peristiwa lakukan pula pengawasan. Ini sebetulnya bisa efektif kalau ada yang mengawasi,  sehingga sewaktu-waktu bisa mengambil tindakan bila saat kegiatan tersebut harus berhadapan dengan resiko.  

Akan tetapi,  bila jurnalis itu sendiri maka hal paling mungkin yang bisa dilakukan ya mengawasi diri sendiri.  Awasi dirimu agar tidak mengundang bahaya atau melakukan kegiatan beresiko tinggi bagi keselamatan. Misal ketika sedang berada di area liputan anda merasa dalam bahaya,  segeralah menghindar. 

F. Lakukan Evaluasi,  Sesudah melaksanakan 5 poin tadi maka telaah seluruh pekerjaan yang telah anda lakukan. Kalau dirasa tak ada masalah lakukan seperti itu lagi ketika anda melakukan liputan. Akan tetapi kalau masih ada ketidak mampuan melaksanakan maka harus dilakukan koreksi.  Mungkin pada poin perencanaannya, atau strateginya yang kurang tepat bahkan bisa jadi tindakannya.  Misal ambil gambar di tengah area lemparan gas air mata tanpa pelindung, evaluasinya adalah tidak lagi hunting di tengah area konflik tanpa pengamanan diri. 

6 poin manajemen resiko di atas "Menghindari Kematian" adalah referensi untuk melakukan hal yang serupa ketika menghadapi resiko jurnalis yang lain. 


2. Dalam Tekanan Tuntutan. Jurnalis itu bekerja dalam industri yang bersifat menuntut. Bekerja di bidang jurnalistik tidaklah sama dengan seorang pegawai kantor dengan jam kerja yang pasti. Sebagai seorang jurnalis dituntut untuk selalu siap dan siaga.

Kapanpun, dimanapun, apapun yang sedang anda lakukan, dan bagaimanapun perasaan anda pada saat itu,  harus dikalahkan  demi mendapatkan berita yang ekslusif dari tempat kejadian secara langsung.

 Sifat menuntut ini mengharusnya jurnalis cakap dalam hal waktu, kecepatan, ketepatan, dan tentunya tenaga.

3. Siap mempunyai banyak musuh. Pekerjaan wartawan adalah memberitakan, maka tentunya bukan hanya berita yang baik-baik saja, melainkan ada berita yang tidak enak atau berita buruk. Hal tersebut dapat memicu adanya pro kontra dari berbagai macam pihak yang membaca ataupun mendengarkan berita yang disampaikan. Dari hal tersebut banyak yang merasa tidak setuju dengan apa yang ditulis dan diberitakan oleh seorang jurnalis.

Meminimalkan musuh ini maka sebagai wartawan jangan lupakan kaidah bahwa menulis berita adalah menyampaikan informasi saja. Bukan ikut beropini.  Sehingga pembaca tidak perlu baper atau pada anda akan tetapi dia lebih melihat karya berita. Kalaupun dia emosi bukan pada wartawan tetapi pada isi berita.  Misal soal gas air mata yang dilempar polisi.  Ini kalau wartawan menulis ironinya di sana tamat riwayatnya. Contoh,  "Dengan sadis polisi melempari supporter Arema menggunakan gas air mata secara membabi buta."

Kalau anda menulis demikian pasti anda akan dicari polisi. Kalimat dengan sadis dan  secara membabi buta adalah opini anda.  Itu akan membuat orang tersulut amarah pula pada polisi. Kalau situasi makin keruh buntutnya anda akan ditangkap pula karena dianggap memicu kerusuhan lewat tulisan. 

Dimata orang lain mungkin wartawan hanyalah sekedar profesi yang dalam kesehariannya memegang gawai untuk mencatat peristiwa, atau gambar atau jawaban demi jawaban dari narasumber yang merupakan buah hasil dari pertanyaan lontarannya. Akan tetapi, dibalik itu semua banyak orang yang tidak mengetahui sisi lain dari profesi seorang wartawan. Kebanyakan dari mereka tidak tahu bahwa terdapat resiko besar yang harus diterima seorang wartawan, sebuah resiko dari yang paling ringan hingga mencabut nyawanya. 

Wasana Kata

Berdasarkan uraian di atas 2 hal penting ingin saya sampaikan berkaitan dengan manajemen resiko jurnalis. 

Pertama,  amankan diri anda ketika liputan.  Baik dari kostum hingga pengambilan tempat sampai tindakan jika berada di wilayah rawan.  Baik konflik maupun bencana. Pastikan nyawa anda tak tergadai. Dengan menyadari bahwa mati itu pasti bagaimanapun jalannya,  sehingga anda tidak surut langkah karena takut pun tidak sembrono menantang maut. 

Kedua,  amankan tulisan anda dari opini pribadi. Gunakan kalimat informatif untuk menyampaikan berita.  Hindari kalimat bermakna provokatif. Terutama ketika memberitakan kasus,  jangan sampai ada ucapan keberpihakan.  Wartawan adalah penyampai bukan narasumber. Hanya narasumber yang boleh beropini. 

2 hal tersebut kalau sudah dilakukan wartawan,  kemungkinan menghadapi resiko dalam pekerjaan akan terkoreksi dengan sendirinya.

"Melangkahlah dengan menyebut nama Tuhanmu,  sehingga syahid jika terjadi sesuatu. Kabarkan kebenaran dengan kebaikan sehingga akan banyak kawan kau dapatkan."

Anis Hidayatie  untuk Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut, Menjadi Jurnalis yang Berani,  Berkarakter dan Profesional, LPM Fenomena 2022. UNISMA
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Manajemen Resiko Jurnalistik

Trending Now