ads H Makhrus

 

Pasang iklan disini

 


Sambo dan Manusia Raja Tega

Admin JSN
12 Oktober 2022 | 08.14 WIB Last Updated 2022-10-12T01:14:44Z
 

Sambo dan Manusia Raja Tega
Achmad Saifullah Syahid 


Artikel I
JATIMSATUNEWS.COM: Polisi itu alat Pemerintah ataukah negara? Sebagaimana Apartur Sipil Negara (ASN), dulu dinamakan Pegawai Negeri Sipil (PNS), menjadi abdi Pemerintah ataukah negara? Atau lebih teknis: ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten itu mengabdi kepada Bupati ataukah kepada negara?

Aparatur Sipil Negara digaji seumur hidup. Ada uang pensiun. Hidup mereka diabdikan untuk negara. Tidak cemas besok bisa beli beras atau tidak. Soal gaji mencukupi atau tidak itu teknis psikologis bagaimana seseorang mengolah mentalnya dan memaknai kebutuhan dan keinginan.

Kompensasi itu sama sekali tidak berarti ketika seseorang hanya mengerti satu hal: kejarlah keinginanmu. Gaji berapa pun yang selalu kurang bukan persoalan institusi atau lembaga. Ini problematika khas manusia. Seorang penganggur pun bisa nyungsep hidupnya ketika ia tidak mampu mengendalikan kuda liar keinginan.

Apalagi mereka yang bekerja di tempat “basah”. Satuan pundi-pundi mata uangnya miliar hingga triliun. Pokoknya sak hohah, kata orang Jawa. Ia bisa menjadi Rambo, eh Sambo, si raja tega yang merakusi keinginannya.

Kuda liar keinginan hanya mengenal satu kata: rakus alias nggragas. Wal geduwal gak peduli suwal kabeh diuntal. Atmosfer individualisme dan kapitalisme yang sangat kental compatible menumbuh suburkan kerakusan. 

Gaji dua juta masih sangat kurang karena ia berpijak di keinginan sepuluh juta. Yang gajinya sepuluh juta merasa kecut karena yang diangankan seratus juta. Yang sudah menguasai beberapa pulau belum puas jika tidak nguntal deretan pulau dari Sabang hingga Merauke. 

Pemburu kuda liar keinginan menyebut semua itu adalah usaha meraih bahagia. Apakah bahagia itu? Adalah ketika orang lain terpesona oleh aksesoris sosial, budaya, politik, atau agama yang ditampilkannya. Puncak bahagia adalah ketika kekuasaannya tidak bergeming oleh apa pun dan siapa pun. 

Yang tidak rakus adalah manusia purba seperti sahabat saya. Yang pasti ia bukan seorang polisi. Pulang bawa rezeki dua ratus ribu ia bilang, “Al-hamdulillah, cukup untuk makan anak dan istri.” 

Lain hari melorot jadi seratus ribu, ia bergumam, “Al-hamdulillah, dicukup-cukupkan.” 

Hari berikutnya terjun bebas jadi lima puluh ribu, ia tersenyum, “Al-hamdulillah, mudah-mudahan cukup. Gusti Allah mboten sare.”

Bahkan saya sering menerima kompensasi sebanyak 2 M: Maturnuwun Mas.—Achmad Saifullah Syahid 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Sambo dan Manusia Raja Tega

Trending Now