ARTIKEL I JATIMSATUNEWS.COM: Sore itu ruang Roudhoh sudah penuh dengan jama'ah yang hendak mengikuti sholat jama'ah Asar. Jama'ah larut dalam heningnya dzikir. Mendadak dari sebelah barat depan, ada suara seseorang yang memberikan instruksi sesuatu. Rupanya lelaki itu mengambil air zamzam di wadah/bak air ke gelas plastik yang tersedia di samping tiang masjid. Lalu beliau membagikannya kepada jama'ah di sekitar tiang itu.
Bukan itu saja, ternyata selanjutnya beliau mengajak kepada jama'ah di samping wadah zamzam itu untuk ganti yang mengambil air dan membagikan secara estafet kepada jama'ah yang membutuhkan minum di sekitarnya. Ternyata banyak juga yang mengambil air gelas itu dan meminumnya.
Setelah itu, lelaki yang berjenggot dan agak gemuk itu mendekati tiang yang lain dan memprovokasi jama'ah yang ada di samping tiang untuk mengambil air zamzam dan membagikan ke jama'ah sekitar. Banyak juga yang mengambilnya dan meminumnya. Demikian seterusnya sampai suasana agak gaduh karena pembagian air zamzam itu.
Tidak itu saja, beberapa saat kemudian, lelaki yang berjubah dan berkopiah putih itu kembali keliling. Kali ini bukan membagikan air zamzam namun mengoleskan minyak wangi ke pakaian jama'ah. Beberapa saat kemudian beliau memberikan botol kecil minyak wangi itu kepada jama'ah di dekatnya dan memintanya untuk mengoleskan kepada jama'ah sekitarnya. Demikian seterusnya.
Dari sepenggal kisah ini ada pelajaran yang bisa kita petik.
Pertama, sebisa mungkin kita proaktif untuk mencari amal kebaikan dimana saja dan kapan saja.
Mengambil air dari wadahnya, menawarkan dan membagikan pada orang sekitar, sepertinya hal sepele, namun manfaatnya ternyata besar. Buktinya, banyak juga yang mau meminumnya. Mengoleskan minyak wangi ke pakaian sepertinya sangat remeh namun besar manfaatnya untuk keharuman dan kekhusyukan ibadah.
Bisa jadi, jama'ah sekitar tempat wadah air itu sebenarnya haus namun tidak mengambil sendiri karena tidak tahu kalau di dekatnya ada wadah air. Atau, dia tidak mau berpindah karena takut tempatnya akan ditempati orang lain karena tempat itu sering menjadi rebutan jama'ah. Bisa jadi juga, mau minta tolong pada jama'ah lain merasa sungkan karena semua larut dalam dzikir. Bisa jadi juga ada jama'ah yang lupa memakai pengharum ketika berangkat atau tidak punya. Maka perlu ada yang memberikan pengharum kepadanya.
Ini menjadi pelajaran bagi kita, dalam setiap sesuatu itu kemungkinan ada peluang kita jadikan ladang amal kita. Sehingga kita berusaha untuk selalu mencari celah kebaikan di dalamnya dimanapun dan kapanpun.
Kedua, dalam hidup ini perlu ada seseorang yang mengajak untuk berbuat kebaikan.
Seandainya tidak ada lelaki tadi, tentunya kebaikan yang begitu besar tidak ada yang melakukannya. Mungkin jama'ah enggan, atau takut menyalahi aturan atau karena memang kurang faham bahwa mengambil dan membagikan air zamzam itu menjadi ladang amal. Mungkin juga jama'ah kurang faham bahwa pengharum itu penting dalam ibadah. Oleh karena itu, dalam hidup ini perlu ada yang penyeru/provokator kebaikan dan pemberi contoh sehingga kebaikan itu sama-sama difahami dan diamalkan. Walloohu a'lam bishshowab.
Refan Purba