PASURUAN I JATIMSATUNEWS.COM: Hari jumat menjadi momen banyak pengunjung bagi pengelola Museum Kabupaten Pasuruan. Setelah dikunjungi puluhan bocah-bocah TK berikut giliran 30 siswa siswi SDN Beji 1 datang berkunjung, Jumat 23/9/2022.
Mereka adalah perwakilan dari Kecamatan Beji yang didampingi oleh 2 orang guru. Datang siang hari sekitar pukul 01.00 siang, mengenakan seragam Pramuka lengkap kehadiran siswa siswi itu disambut hangat, dipandu oleh Anang Hindarto selaku kurator Museum dan Karno selaku pengelola Cagar Budaya dan Koleksi Museum.
Dibantu beberapa petugas museum yang lain, nampak siswa-siswi tersebut sangat antusias dan semangat dalam mengikuti penjelasan dari petugas.
Mengenalkan tentang sejarah, budaya dan beberapa artefak benda-benda Cagar Budaya petugas juga menunjukkan beberapa Koleksi yang ada di Museum.
Sesi yang paling membuat siswa pengunjung nampak terpikat adalah ketika petugas mengenalkan artefak candi.
"Ini adalah Artefak candi jawi yang ada di Prigen dan ini adalah Artefak candi Belahan yang ada di Gempol," cetus Petugas Museum Karno sambil menunjukkan Artefak-artefak yang memikat itu.
Diketahui, Candi Jawi terletak di desa Candi Wates Kecamatan Prigen, Candi ini dibuat pada tahun 1300 Masehi merupakan bangunan suci, yang diperkirakan sebagai tempat penderma Kertanegara raja terakhir Singasari (abad 13 M).
Arsitekturnya merupakan perpaduan Hindu dan Budha yang bagian puncak berbentuk stupa. Terletak di Desa Candiwates Jalan Tretes, Pandaan yang dapat ditempuh 40 menit dari Surabaya. Tinggi Bangunan Candi 24,50 meter, panjang 14,20 meter dan lebar 9,50 meter, terbuat dari batu andesit.
Sedangkan Candi Belahan terletak di suatu desa terpencil di Pasuruan. Secara administrasi, candi bersejarah ini masuk dalam kawasan Desa Wonosuryo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Mengingat lokasinya yang berada di lereng Gunung Pananggungan, perjalanan menuju Candi Belahan tidaklah mudah, karena harus melewati jalan desa yang rusak, berliku, dan terjal.
Awalnya pada Candi Belahan terdapat arca yang diyakini sebagai arca Prabu Airlangga yang berwujud Dewa Wisnu dengan empat tangan, yaitu tangan kiri bagian belakang memegang sangka, sedangkan tangan kanan belakang menggenggam cakra, semacam senjata berupa roda bergerigi yang dapat mengakhiri segala kehidupan. Sementara kedua tangan yang lain membentuk sifat mudra, tulus bersemedi. Namun arca tersebut telah lama runtuh, dan hanya meninggalkan relungnya saja.
"Anak-anak terlihat sangat menikmati panduan yang kami sampaikan,"cetus Petugas Museum Karno.
Sementara itu guru Heri selaku pendamping dari SDN Beji 1 merasa puas dengan pelayanan dan pemanduan yang begitu jelas yang disampaikan pada saat kunjungan. Sedikit saran darinya agar koleksi ditambah lagi biar Museum yang sudah baik bisa tambah lebih baik lagi.
"Museum Kabupaten Pasuruan Luar Biasa!Yes yes yes," cetus guru Heri diikuti teriakan siswa siswi didiknya yang ikut berkunjung.
Ans