Flash On Artikel 1
ARTIKEL I JATIMSATUNEWS.COM:Terdapat
permasalahan bahwa titik awal Peradaban Islam Nusantara tersebut menjadi
diskursus, yang sepertinya tidak berkesudahan dan berkepanjangan. Diskursus
tersebut memanas kembali setelah Presiden Joko Widodo pada 24 Maret 2017,
meresmikan Tugu Titik Nol Peradaban Islam
Nusantara yang terletak di pinggir pantai Barus. Namun sebenanya diskursus itu
sudah ada dan banyak terjadi sebelum diresmikannya Tugu Titik Nol Peradaban Islam
Nusantara.
Intelektual
dan Budayawan Azyumardi Azra tidak menyetujui keputusan tersebut, karena
peresmian Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara dipandang politis dan hal
tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Sementara itu Aceh
dalam hal ini diwakili oleh Samudra Pasai, dipandang sebagai titik pertama
kedatangan Islam di Nusantara. Secara akademis, hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan
karena ada bukti berupa teks dan peninggalan sejarah lainnya. Dan hal yang
penting lagi, bahwa masyarakat Indonesia mengetahui secara umum bahwa titik
persebaran ajaran agama Islam ke Nusantara tersebut berawal dari Aceh, bukan
dari Barus Sumatera Utara.
Tinjauan Teori Peradaban Populer
Teori
sangat berguna untuk menjelaskan gambaran mengenai sebuah fenomena. Keberadaan
teori tidak saja berisi konsep, namun lebih luas dari hal tersebut. Teori
secara mendasar menggabarkan hal asasi mengenai suatu hal. Teori merupakan inti
sari dari pemikiran dan pengalaman yang kemudian menjelma menjadi suatu ajaran
atau paham. Terdapat dalil dan pernyataan penting dalam bangunan sebuah teori.
Pembentukan teori didasari oleh pengentahuan, pengalaman empiris dan susunan
logika yang sistematis.
Dalam
pembahasan mengenai peradaban terdapat beberapa teori yang populer. Seperti
teori Toynbee yang menjelaskan keberadaan agama dan peradaban. Berdasarkan
pendapat Toynbee bahwa agama dan peradaban harus dipisahkan secara tajam. Agama
hanya mengurusi hal yang berhubungan dengan kehidupan sesudah kematian.
Sementara itu peradaban itu sendiri berkaitan dengan jawaban atas tantangan
sosial yang terjadi ditengah masyarakat. Agama bukan sumber lahirnya peradaban,
namun sebaliknya peradabanlah yang melahirkan agama.
Selanjutnya
terdapat teori populer dari Samuel P. Hutington yang menggambarkan adanya
benturan peradaban yang mulai terjadi semenjak adanya kehidupan sosial manusia.
Dewasa ini, benturan tersebut terus terjadi sesuai dengan dialektika bahwa
antara satu budaya dengan budaya lain akan terjadi benturan hingga diprediksi
akan menghilangkan suatu budaya tertentu atau membentuk budaya baru. Penjelasan
mengenai benturan budaya tersebut memposisikan perkembangan kebudayaan terjadi
konflik. Berdasarkan prediksinya Hutington menggambarkan di masa depan benturan
peradaban tersebut akan membentuk hanya beberapa peradaban yang dihitung
beberapa peradaban yaitu antara 8-10 peradaban.
Melihat
konsep perkembangan kebudayaan sesuai dengan pandangan Francis Fukuyama, maka
hal yang mengerikan ditampilkan. Jika Hutington membuat prediksi bahwa titik
seimbang akan terdapat 8-10 kebudayaan yang mendominasi dunia. Namun Fukuyama
lebih maju lagi dalam melanjutkan proses dialektika kebudayan bahwa akhir dari
perkembangan kebudayaan tersebut adalah kehancuran kebudayaan tersebut.
Kehancuran tersebut terjadi karena adanya hasrat dari satu budaya yang
bersumber dari hasrat manusia-manusia yang mengimpikan pengakuan dari orang
lain. Hingga hasrat untuk mendominasi dan kontrol terhadap yang lain.
Secara
mendasar, juga terdapat teori peradaban dari Ibnu Khaldun. Khaldun
menggambarkan bahwa sejarah bisa memuat kebohongan dengan beberapa sebab
seperti adanya asumsi yang tidak beralasan terhadap kebenaran atau karena tidak
memahami realitas nyata yang sedang berlangsung. Diketahui bahwa Ibnu Khaldun
dipandang sebagai orang yang meletakkan dasar konsep dan teori mengenai sejarah
dan kebudayaan.
Terdapat
teori umum akan penyatuan dua atau lebih kemudian. Proses tersebut digambarkan
dalam bentuk asmiliasi, akulturasi dan akomodasi. Asmilisasi budaya berarti
proses terjadinya dua budaya atau lebih dengan upaya menyesuaikan antara satu
budaya dengan budaya lainnya tanpa menghilangkan identitas budaya bawaan dari
suatu budaya. Akulturasi budaya berarti proses terbentuknya suatu budaya dari
pertemuan kultur antara beberapa budaya, proses akulturasi tersebut akan
membawa dampak kaburnya budaya bawaan dari budaya sebelumnya hingga terciptanya
varian budaya baru dari proses kulturasi tersebut. Sementara itu proses
akomodasi budaya berarti terjadi tawar menawar antara satu budaya dengan budaya
lainnya, hingga terjadi titik keseimbangan antara dua budaya hingga bisa
berlanjut dalam proses mengideologikan dan kemudian membudayakan akomodasi
tersebut.
Peradaban Nusantara
Nusantara
digambarkan sebagai sekumpulan atau gugusan pulau yang dihuni oleh beragam suku
bangsa. Peradaban masalulu nusantara sebenarnya masih menjadi misteri yang harus
diperjelas. Karena tidak kejelasan tersebut, maka “dongeng” bahwa bangsa
Nusantara sebagai peradaban Atlantis atau peradaban Lemuria berkembang dan
menjadi populer dalam masyarakat. Terlalu banyak klaim peradaban yang kemudian
timbul di masyarakat sebab ketidak jelasan asal usul peradaban Nusantara
tersebut.
Kalau
mengikuti teori orang yang datang ke Indonesia terdapat banyak teori, ada yang
menyebutkan dari Out Of Taiwan, hal tersebut berarti orang yang ada di
Nusantara berasal dari Taiwan. Kalau melihat dari Teori Out of Africa, maka
dapat dikatakan orang yang berasal dari hulu sungai nil di Afrika datang ke
Nusantara yang ini sekitar 40.000 Sebelum Masehi. Atau teori terdahulu yaitu
teori melayu tua dan teori melayu muda yang mengatakan bahwa orang yang
mendiami kepulauan nusatara ini datang dari daratan Asia. Kalau mengikuti
pernyataan kontroversi Ridwan Saidi, bahkan orang yang mediami Nusantara ini
malah ada yang berasal dari suku maya Amerika dan dari Samarkand di Asia
tengah. Dengan demikian, terlalu banyak teori mengenai asal-usul orang yang
menghuni nusantara ini.
Nusantara
tersebut secara geografis strategis dan menjadi jalur perdagangan dan menjadi
sumber bahan untuk diperdagangkan. Menjadi jalur perdagangan, maka didapati
adanya jalur sempit (Chock Point) Selat Malaka, dimana berbagai menjadi jalur
perdagangan antara kebudayaan China dengan India, Arab dan Afrika. Dengan
demikian terbuka kemungkinan akan adanya peradaban awal dijalur sempit Selat
Malaka tersebut.
Selain
jalur perdagangan, juga terdapat beberapa komoditas dagang yang berasal dari
Nusantara. Sebut saja Gaharu, Barus/kamper, beraneka ragam rempah. bahkan
diduga kuat komuditas termahal tersebut ada emas, walaupun tidak ada yang
menyebutkan hal tersebut, penulis menduga kuat hal tersebut. Pulau Andalas
biasanya juga disebut sebagai pulau emas. Banyak sumber emas bahkan sumber
tersebut terus tumbuh seiring peristiwa seismik seperti gempa yang justru
mengumpulkan emas secara alami. Emas merupakan salah satu motif purba seseorang
melakukan kejahatan menurut Plato. Berdasarkan hal tersebut, maka bisa diduga
sudah ada sebuah keteraturan masyarakat nusantara dahulu kala. Karena tidak
mungkin ada perdagangan ditengah suasana yang tidak ada keteraturan didalamnya
Syahadat, Titik Awal Ide
Peradaban Islam
Awal
dari seseorang bisa dikatakan telah masuk islam dan menjadi muslim adalah
dengan mengucapkan syahadat tersebut. Sementara itu peradaban islam bisa
disebut sebagai sebuah peradaban ketika orang tersebut telah bersaksi “La Ilaha
Illa Allah” dan “Muhammad Rasul Allah”. Hal tersebut persaksian yang mencakup
dimensi keyakinan yaitu meyakini di dalam hati mengenai ide ketauhidan dan
mengakui bahwa Muhammad sebagai utusan Allah. Tidak cukup dengan keyakinan
dalam hati, maka syahadat tersebut ditegaskan dalam ucapan. Pun selanjutnya
akan syahadat tersebut akan diterjemahkan dalam sikap dalam kehidupan
sehari-hari.
Penterjemahan
syahadat tersebut dalam kehidupan sehari-hari lebih eksistensifnya adalah
mengatur pola tutur kata, cara bersikap, cara bertindak yang mengacu terus
kepada syahadat tersebut. Maka yang bisa disebut dengan peradaban Islam
tersebut adalah persaksian bahwa dia telah bertuhan satu yaitu Allah dan
mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Seseorang yang telah
bersyahadat akan berusaha mengikuti tatacara yang telah ditentukan oleh Allah
yang disampaikan melalui utusannya yaitu Nabi Muhammad.
Pijakan
dari peradaban Islam tersebut akan mengacu pada ketentuan dalam Al-Quran,
Hadist dan beberapa instrumen hukum yang timbul belakangan seperti Ijtimak
Ulama, Qiyas, Istihsan dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, maka peradaban
islam terikat dengan ketentuan norma, nilai dan bahkan hukum yang berasal dari
sumber-sumber ajaran islam.
Sifat
dan nilai akhir yang diharapkan dalam peradaban islam adalah menghasilkan nilai
dan norma yang membawa rahmat bagi alam semesta. Alam semesta dalam hal ini
bukan hanya sesama makhluk hidup seperti manusia, juga membawa rahmat kepada
alam sekitarnya seperti lingkungan yang biasanya dianggap sebagai benda mati
dan bisa dieksploitasi sesuka hati.
Penutup
Menggambarkan
pandangan tersebut, maka penulis berharap akan menjadi alat analisis dalam
mengurai permasalahan penelitian mengenai diskursus klaim antara Barus dengan
Aceh mengenai titik awal peradaban islam di Nusantara ini.
Wassalam.
*Penulis
Merupakan KASI PAIS Depag Agam dan Direktur
Eksekutif pada lembaga kajian Batuta Institue