Proposal Pandangan Atas Terbentuknya Peradaban Islam di Nusantara Dalam Diskursus Klaim Barus dan Aceh (Artikel 3 dari 5 Artikel)

15 Agustus 2022 | 18.58 WIB Last Updated 2022-08-16T04:25:25Z

OlehMursal Asmir, S.Ag, SH, MA

Flash On Artikel 1

ARTIKEL I JATIMSATUNEWS.COM:Terdapat permasalahan bahwa titik awal Peradaban Islam Nusantara tersebut menjadi diskursus, yang sepertinya tidak berkesudahan dan berkepanjangan. Diskursus tersebut memanas kembali setelah Presiden Joko Widodo pada 24 Maret 2017, meresmikan Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara yang terletak di pinggir pantai Barus. Namun sebenanya diskursus itu sudah ada dan banyak terjadi sebelum diresmikannya Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara.

Intelektual dan Budayawan Azyumardi Azra tidak menyetujui keputusan tersebut, karena peresmian Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara dipandang politis dan hal tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Sementara itu Aceh dalam hal ini diwakili oleh Samudra Pasai, dipandang sebagai titik pertama kedatangan Islam di Nusantara. Secara akademis,  hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan karena ada bukti berupa teks dan peninggalan sejarah lainnya. Dan hal yang penting lagi, bahwa masyarakat Indonesia mengetahui secara umum bahwa titik persebaran ajaran agama Islam ke Nusantara tersebut berawal dari Aceh, bukan dari Barus Sumatera Utara.

 

Tinjauan Teori Peradaban Populer

Teori sangat berguna untuk menjelaskan gambaran mengenai sebuah fenomena. Keberadaan teori tidak saja berisi konsep, namun lebih luas dari hal tersebut. Teori secara mendasar menggabarkan hal asasi mengenai suatu hal. Teori merupakan inti sari dari pemikiran dan pengalaman yang kemudian menjelma menjadi suatu ajaran atau paham. Terdapat dalil dan pernyataan penting dalam bangunan sebuah teori. Pembentukan teori didasari oleh pengentahuan, pengalaman empiris dan susunan logika yang sistematis.

Dalam pembahasan mengenai peradaban terdapat beberapa teori yang populer. Seperti teori Toynbee yang menjelaskan keberadaan agama dan peradaban. Berdasarkan pendapat Toynbee bahwa agama dan peradaban harus dipisahkan secara tajam. Agama hanya mengurusi hal yang berhubungan dengan kehidupan sesudah kematian. Sementara itu peradaban itu sendiri berkaitan dengan jawaban atas tantangan sosial yang terjadi ditengah masyarakat. Agama bukan sumber lahirnya peradaban, namun sebaliknya peradabanlah yang melahirkan agama.

Selanjutnya terdapat teori populer dari Samuel P. Hutington yang menggambarkan adanya benturan peradaban yang mulai terjadi semenjak adanya kehidupan sosial manusia. Dewasa ini, benturan tersebut terus terjadi sesuai dengan dialektika bahwa antara satu budaya dengan budaya lain akan terjadi benturan hingga diprediksi akan menghilangkan suatu budaya tertentu atau membentuk budaya baru. Penjelasan mengenai benturan budaya tersebut memposisikan perkembangan kebudayaan terjadi konflik. Berdasarkan prediksinya Hutington menggambarkan di masa depan benturan peradaban tersebut akan membentuk hanya beberapa peradaban yang dihitung beberapa peradaban yaitu antara 8-10 peradaban.

Melihat konsep perkembangan kebudayaan sesuai dengan pandangan Francis Fukuyama, maka hal yang mengerikan ditampilkan. Jika Hutington membuat prediksi bahwa titik seimbang akan terdapat 8-10 kebudayaan yang mendominasi dunia. Namun Fukuyama lebih maju lagi dalam melanjutkan proses dialektika kebudayan bahwa akhir dari perkembangan kebudayaan tersebut adalah kehancuran kebudayaan tersebut. Kehancuran tersebut terjadi karena adanya hasrat dari satu budaya yang bersumber dari hasrat manusia-manusia yang mengimpikan pengakuan dari orang lain. Hingga hasrat untuk mendominasi dan kontrol terhadap yang lain.

Secara mendasar, juga terdapat teori peradaban dari Ibnu Khaldun. Khaldun menggambarkan bahwa sejarah bisa memuat kebohongan dengan beberapa sebab seperti adanya asumsi yang tidak beralasan terhadap kebenaran atau karena tidak memahami realitas nyata yang sedang berlangsung. Diketahui bahwa Ibnu Khaldun dipandang sebagai orang yang meletakkan dasar konsep dan teori mengenai sejarah dan kebudayaan.

Terdapat teori umum akan penyatuan dua atau lebih kemudian. Proses tersebut digambarkan dalam bentuk asmiliasi, akulturasi dan akomodasi. Asmilisasi budaya berarti proses terjadinya dua budaya atau lebih dengan upaya menyesuaikan antara satu budaya dengan budaya lainnya tanpa menghilangkan identitas budaya bawaan dari suatu budaya. Akulturasi budaya berarti proses terbentuknya suatu budaya dari pertemuan kultur antara beberapa budaya, proses akulturasi tersebut akan membawa dampak kaburnya budaya bawaan dari budaya sebelumnya hingga terciptanya varian budaya baru dari proses kulturasi tersebut. Sementara itu proses akomodasi budaya berarti terjadi tawar menawar antara satu budaya dengan budaya lainnya, hingga terjadi titik keseimbangan antara dua budaya hingga bisa berlanjut dalam proses mengideologikan dan kemudian membudayakan akomodasi tersebut.

 

 

Peradaban Nusantara

Nusantara digambarkan sebagai sekumpulan atau gugusan pulau yang dihuni oleh beragam suku bangsa. Peradaban masalulu nusantara sebenarnya masih menjadi misteri yang harus diperjelas. Karena tidak kejelasan tersebut, maka “dongeng” bahwa bangsa Nusantara sebagai peradaban Atlantis atau peradaban Lemuria berkembang dan menjadi populer dalam masyarakat. Terlalu banyak klaim peradaban yang kemudian timbul di masyarakat sebab ketidak jelasan asal usul peradaban Nusantara tersebut.

Kalau mengikuti teori orang yang datang ke Indonesia terdapat banyak teori, ada yang menyebutkan dari Out Of Taiwan, hal tersebut berarti orang yang ada di Nusantara berasal dari Taiwan. Kalau melihat dari Teori Out of Africa, maka dapat dikatakan orang yang berasal dari hulu sungai nil di Afrika datang ke Nusantara yang ini sekitar 40.000 Sebelum Masehi. Atau teori terdahulu yaitu teori melayu tua dan teori melayu muda yang mengatakan bahwa orang yang mendiami kepulauan nusatara ini datang dari daratan Asia. Kalau mengikuti pernyataan kontroversi Ridwan Saidi, bahkan orang yang mediami Nusantara ini malah ada yang berasal dari suku maya Amerika dan dari Samarkand di Asia tengah. Dengan demikian, terlalu banyak teori mengenai asal-usul orang yang menghuni nusantara ini.

Nusantara tersebut secara geografis strategis dan menjadi jalur perdagangan dan menjadi sumber bahan untuk diperdagangkan. Menjadi jalur perdagangan, maka didapati adanya jalur sempit (Chock Point) Selat Malaka, dimana berbagai menjadi jalur perdagangan antara kebudayaan China dengan India, Arab dan Afrika. Dengan demikian terbuka kemungkinan akan adanya peradaban awal dijalur sempit Selat Malaka tersebut.

Selain jalur perdagangan, juga terdapat beberapa komoditas dagang yang berasal dari Nusantara. Sebut saja Gaharu, Barus/kamper, beraneka ragam rempah. bahkan diduga kuat komuditas termahal tersebut ada emas, walaupun tidak ada yang menyebutkan hal tersebut, penulis menduga kuat hal tersebut. Pulau Andalas biasanya juga disebut sebagai pulau emas. Banyak sumber emas bahkan sumber tersebut terus tumbuh seiring peristiwa seismik seperti gempa yang justru mengumpulkan emas secara alami. Emas merupakan salah satu motif purba seseorang melakukan kejahatan menurut Plato. Berdasarkan hal tersebut, maka bisa diduga sudah ada sebuah keteraturan masyarakat nusantara dahulu kala. Karena tidak mungkin ada perdagangan ditengah suasana yang tidak ada keteraturan didalamnya

 

Syahadat, Titik Awal Ide Peradaban Islam

Awal dari seseorang bisa dikatakan telah masuk islam dan menjadi muslim adalah dengan mengucapkan syahadat tersebut. Sementara itu peradaban islam bisa disebut sebagai sebuah peradaban ketika orang tersebut telah bersaksi “La Ilaha Illa Allah” dan “Muhammad Rasul Allah”. Hal tersebut persaksian yang mencakup dimensi keyakinan yaitu meyakini di dalam hati mengenai ide ketauhidan dan mengakui bahwa Muhammad sebagai utusan Allah. Tidak cukup dengan keyakinan dalam hati, maka syahadat tersebut ditegaskan dalam ucapan. Pun selanjutnya akan syahadat tersebut akan diterjemahkan dalam sikap dalam kehidupan sehari-hari.

Penterjemahan syahadat tersebut dalam kehidupan sehari-hari lebih eksistensifnya adalah mengatur pola tutur kata, cara bersikap, cara bertindak yang mengacu terus kepada syahadat tersebut. Maka yang bisa disebut dengan peradaban Islam tersebut adalah persaksian bahwa dia telah bertuhan satu yaitu Allah dan mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Seseorang yang telah bersyahadat akan berusaha mengikuti tatacara yang telah ditentukan oleh Allah yang disampaikan melalui utusannya yaitu Nabi Muhammad.

Pijakan dari peradaban Islam tersebut akan mengacu pada ketentuan dalam Al-Quran, Hadist dan beberapa instrumen hukum yang timbul belakangan seperti Ijtimak Ulama, Qiyas, Istihsan dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, maka peradaban islam terikat dengan ketentuan norma, nilai dan bahkan hukum yang berasal dari sumber-sumber ajaran islam.

Sifat dan nilai akhir yang diharapkan dalam peradaban islam adalah menghasilkan nilai dan norma yang membawa rahmat bagi alam semesta. Alam semesta dalam hal ini bukan hanya sesama makhluk hidup seperti manusia, juga membawa rahmat kepada alam sekitarnya seperti lingkungan yang biasanya dianggap sebagai benda mati dan bisa dieksploitasi sesuka hati.

 

Penutup

Menggambarkan pandangan tersebut, maka penulis berharap akan menjadi alat analisis dalam mengurai permasalahan penelitian mengenai diskursus klaim antara Barus dengan Aceh mengenai titik awal peradaban islam di Nusantara ini.

 

Wassalam.

 

'image.png' gagal diupload.


*Penulis Merupakan KASI PAIS Depag Agam dan Direktur Eksekutif pada lembaga kajian Batuta Institue






Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Proposal Pandangan Atas Terbentuknya Peradaban Islam di Nusantara Dalam Diskursus Klaim Barus dan Aceh (Artikel 3 dari 5 Artikel)

Trending Now