MALANG I JATIMSATUNEWS.COM: Ingin melakukan study banding ke sesama madrasah, ini tujuan awal serombongan Kepala Madrasah yang ada di jenjang Aliyah Kabupaten Bojonegoro berkunjung ke Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Ar-Roihan yang mengusung brand Integrated Islamic Elementary School at Lawang Malang. Dengan sebuah kekhususan mempelajari pengajaran inklusi di sekolah tersebut.
Sebuah bangunan dengan lebih 100 guru dan ratusan siswa di Jl. Monginsidi 2 Lawang Kabupaten Malang. Sekolah yang dipimpin oleh perempuan berhijab Lailil Qomariyah dengan siswa dari berbagai kalangan dan keadaan. Bahkan menjadi khas karena memiliki hampir seratus siswa berkebutuhan khusus yang diasimilisasi dengan siswa pada umumnya. Pembelajaran bersama hanya pendampingannya berbeda.
"Kami dampingi Anak Berkebutuhan Khusus itu dari serah terima jam pertama masuk sekolah hingga pulang sekolah. Ada guru khusus untuk anak-anak demikian,"cetus Lailil saat interaksi dengan peserta study banding.
Tiga orang mengajukan pertanyaan antara lain Kepala MA AtTamwir Bojonegoro Surono, Kepala MAM 1 Sumberrejo Muhtarom dan Kepala MA AL Munawar Dwi. Pertanyaan semua mengarah pada bagaimana pelaksanaan pengajaran konklusi hingga bisa mencapai kesuksesan bahkan menorehkan prestasi.
Kisah pendirian sekolah dituturkan Lailil. Pertama 30 anak, tahun ke-2 40, ke-3 60 seterusnya mengalami peningkatan. "Pelayanan untuk ABK bersifat pribadi.15 anak dengan 2 guru. Selalu ada buku penghubung sebagai salah satu pelayanan pada anak. Apupun keadaan anak guru cepat melaporkan kepada orang tua. Inilah poin plus di MIT Ar Roihan," papar Lailil.
Tak ditutupi, selanjutnya dia juga menyebut mula pendirian. Dari perjuangan menempati, membeli gedung senilai 3 M hingga menjalankan roda pembelajaran dengan terus menambah fasilitas yang dibutuhkan. Makin diminati masyarakat hingga saat ini.
Selanjutnya, MIT Ar Roihan terus berkembang. Kini untuk menjadi siswa di tempat tersebut bahkan hingga inden sekian tahun sebelum masuk.
Tentang antusias Madrasah ikut memberikan pendidikan pada ABK, dengan penuh takdzim perempuan cantik ini menyebut sebagai kiriman Allah.
"Ketika sudah menerima anak ABK, tiap anak ABK diterima karena kiriman Allah. Jadi tidak ada yang ditolak,"papar Laili. Menuai aplause dari peserta.
Menanggapi, Ketua KKM sekaligus ketua rombongan Kepala MAN I Bojonegoro Saifuddin Yulianto menyebut acara yang diadakan adalah untuk membuka wawasan, menemukan gagasan menerapkan di masing-masing lembaga pendidikan.
"Misalnya soal perlakuan pada anak didik kurang beruntung. Bantuan bisa diberikan pada siswa usia Aliyah berupa beasiswa meskipun bagi sebagian orang sudah dianggap tidak yatim mengingat usia," cetus Kepala Madrasah MAN I Bojonegoro seraya mencontohkan keadaan siswa di madrasahnya.
"Hal-hal seperti inilah yang perlu kita luruskan. Membantu siapapun yang butuh uluran, terutama untuk pendidikan," imbuh H. Saifuddin di hadapan peserta Study Banding dan civitas MIT Ar Roihan.
Diakhiri dengan foto-foto. Kepala Madrasah dan pengawas saling memberikan komentar.
"Tidak hanya murid yang perlu belajar, gurupun demikian," cetus Aning pengawas perempuan yang ikut serta.
"Semua punya potensi," ujar pengawas Mahfudhoh
"Terharu," tukas salah Pengawas Samsuri.
Jabat tangan, salim salam menutup perjumpaan.
Ans