LITERASI I JATIMSATUNEWS.COM: Mengupas buku berjudul "Mendidik Dengan Cinta" karya Ning Evi Ghozaly, satu ungkapan dari pernyataanya Konsultan Pendidikan level nasional itu telah sukses membuat komunitas literasi, Komalku, Komunitas Menulis Buku Indonesia terpana kagum. Bahkan terus menjadi perbincangan hingga saat ini, Minggu 17/7/2022.
Sebuah pernyataan yang disampaikannya saat Launching Virtual Bincang Menulis Buku Road to Perpuskot 24 Senin, 11/7/2022 lalu.
Selain tentang isi buku yang disampaikan dengan bahasa komunikatif dan menjadi salah satu kekuatan buku menjadi sangat laris, adalah jumlah orang yang memberikan pengantar dalam buku tersebut. Tak tanggung-tanggung, kalau biasanya hanya satu atau dua, untuk buku Mendidik Dengan Cinta ini ada 20 orang tokoh termasuk Gus Mus, atau KH Mustofa Bisri.
Dr. K.H. Ahmad Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus adalah pimpinan Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang. Gus Mus pernah menjadi Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada tahun 2014 hingga 2015 karena menggantikan KH. Sahal Mahfudz yang wafat. Terkenal sebagai budayawan dan pemuisi hingga saat ini.
Di dalam buku Mendidik Dengan Cinta dia menuliskan kalimat yang tercetak mencolok di sampul buku, "Pertama-tama mencintai Allah adalah hambaNya, maka Ia mengutus rasul-rasul yang Ia cintai dan Ia didik sendiri dengan cinta untuk pada giliranya mereka mendidik umat dengan cinta pula. Mendidik memang harus dengan cinta."
Sebuah kalimat yang kemudian menjadi ruh kupasan buku. Berisi pengalaman Ning Evi Ghozaly, menangani permasalahan anak didik selama kurun 10 tahunan.
Menurut Ning Evi penyusunan buku terbilang cukup lama, sekitar 5 tahunan. Ini karena penerbit harus mengumpulkan tulisan-tulisan karya Ning Evi Ghozaly dari beranda Facebook selama bertahun-tahun pula.
"Saya menulis pengalaman di Face book, lalu penerbit menghubungi. Meminta izin untuk membukukan. Perjalanan panjang mereka lakukan untuk proses pembukuan buku Mendidik dengan Cinta. Sekitar 5 tahunan," papar Ning Evi Ghozaly di hadapan peserta bincang buku virtual dari seluruh Indonesia.
Sebuah proses lumayan panjang dengan hasil sangat maksimal. Terbukti begitu terbit bukunya laris bak kacang goreng. Terutama ketika sang perempuan putri KH Ghozaly Gading Pesantren Malang itu mengadakan pelatihan-pelatihan di banyak daerah di Indonesia.
"Kalau peserta pelatihan 500 orang maka buku itu biasanya ya laku sejumlah itu. Penerbit yang membuka booth penjualan dan mengatur semua. Saya hanya mengembangkan materi dengan mengembangkan apa yang ada dalam buku Mendidik Dengan Cinta," papar Ning Evi, pengelola Yayasan Pendidikan Global Madani yang juga pengawas dan direktur penjamin mutu di beberapa sekolah, pesantren dan perguruan tinggi.
Sebuah penjelasan yang mampu memantik semangat menulis anggota Komalku, Komunitas Menulis Buku yang sebagian besar anggotanya adalah penulis dari seluruh Indonesia.
"Jangan pernah berhenti menulis. Sebab dengan menulis, kita tidak hanya dapat mengikat ilmu dan kenangan tapi juga bisa menebar kebaikan," pungkas pengurus LP Maarif NU PBNU ini.
"Wah, Ning Evi sangat keren. Ini akan memotivasi kami untuk terus menulis," cetus Riami, salah satu peserta G Meet launching yang aktif menyimak pemaparan Ning Evi disepakati peserta lainnya.