JAKARTA I JATIMSATUNEWS.COM: Setelah berjalan kaki selama 17 hari dari Lumajang ke Jakarta, akhirnya tiga warga Sumberwuluh kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang ini pertama mengadu ke Komnas HAM RI.
Tiga warga Sumberwuluh-Lumajang yang menuntut keadilan ke Jakarta pasca erupsi Semeru akhirnya diterima oleh KOMNAS HAM RI di Jakarta. Mereka mengaku senang telah sampai di Jakarta dengan harapan mendapat keadilan oleh pihak-pihak yang berwenang.
Pengaduan tiga orang korban erupsi Gunung Semeru ini yakni terkait tentang dampak penambangan pasir di Sungai Regoyo, Lumajang Jawa Timur.
Pengaduan ini diterima secara langsung oleh Komisioner Komnas HAM RI Beka Ulung Hapsara di Kantor Komnas HAM RI Jakarta Pusat (Senin, 11/7/2022).
Ketiga korban erupsi Gunung Semeru yakni Pangat, M. Kholiq dan Masbud, di dampingi tim pemdamping hukum dari LBH Damar Indonesia Dimas dan dari YLBHI, Ghozi.
Dalam pertemuan ini, mereka menyampaikan pembuatan tanggul melintang di daerah aliran sungai (DAS) yang menjadi bagian dari aktivitas penambangan pasir CV Duta Pasir Semeru ini menyebabkan aliran lahar pada saat erupsi Gunung Semeru Tahun 2021 lalu menjadi berbelok ke pemukiman warga hingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa dan tertimbunnya kawasan pemukiman oleh material erupsi.
Mereka rela berjalan kaki demi menuntut keadilan dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi, usai suaranya tak didengar Bupati Lumajang, Thoriqul Haq dan jajarannya, serta anggota DPR yang ada di Lumajang.
Dikutip dari Suara.com, Dimas Yemahura Alfarauq, tim advokasi warga dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Damar Indonesia mengatakan, ketiga warga yang berjalan kaki itu merupakan korban terdampak erupsi Gunung Semeru pada 4 Desember 2021. Bencana tersebut mengakibatkan sebanyak 160 rumah hancur di dua dusun di desa Desa Sumberwuluh, yakni Dusun Kamar Kajang dan Dusun Kampung Renteng.
Namun dalam temuannya, diduga sekitar 160 rumah warga yang terdampak akibat kelalaian manusia atau human error dari sebuah perusahaan tambang CV Duta Pasir Semeru.
"Tapi di balik itu semua, harus ketahui bahwa di sana ada dugaan human error, akibat kesalahan prosedur pertambangan yang ada di sana dan dugaan pembiaran dari aparat terkait dari pemerintah Lumajang yang selama ini tidak pernah (mendengar) aspirasi dari masyarakatnya," kata Dimas kepada wartawan di Kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (11/7/2022).
Dimas menjelaskan kalau human error itu diduga terjadi karena sejumlah tanggul melintang yang dibangun CV Duta Pasir Semeru di tengah aliran sungai. Aliran sungai itu berada di dekat Desa Sumberwuluh.
Akibatnya saat gunung Semeru mengalami erupsi, diduga aliran material seperti pasir tertahan di tengah tanggul yang melintang. Namun lama-kelamaan, tidak terbendung, sehingga membuatnya tanggul yang berada di pinggiran sungai jebol dan akhirnya meluap ke perkampungan.
Mereka pun berharap dengan aksi ketiga warga berjalan kaki bisa mendapat perhatian dari masyarakat, khususnya dari Presiden Joko Widodo.