PASURUAN I JATIMSATUNEWS.COM: Suasana lebaran di desa Sidogiri Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan, sebuah rumah tampak ikut merayakan meski kondisi mengkhawatirkan. Tinggal ambruk saja bila waktunya tiba. Kondisi yang lapuk di sana sini, semakin tak mampu menahan derasnya hujan dan angin ketika datang, ambrol, bocor merupa pemandangan biasa yang terjadi di rumah Ruqoyah.
"Sebetulnya takut, tapi mau bagaimana lagi," keluh wanita dengan dua putra yang telah menjadi orang tua tunggal sejak anaknya berusia 7 tahun, 9/5/2022 .
Rumah Ruqoyyah sangatlah memprihatinkan, jauh dari kata layak huni. Mencolok perbedaannya dibanding dengan rumah-rumah di sekitarnya, padahal dahulu kondisi tetangga setali tiga uang, sama-sama mengenaskan.
Rumah-rumah di sekitar tempat tinggal Ruqoyyah mendapatkan perhatian dari pemerintah berupa alokasi dana bantuan bedah rumah. Menjadi lebih layak dan indah dipandang. Tertinggal satu,milik Ruqoyyah saja. Rumah itu luput dari perbaikan.
Entah apa sebabnya, rumah Ruqoyyah tak mendapatkan bantuan itu, padahal menurut Kades setempat sudah sama-sama diajukan.
"Saya juga tidak mengerti, bagaimana ceritanya rumah bu Ruqoyyah terlewatkan. Padahal kondisinya sangat tidak layak," papar Kades yang mengaku sudah mengupayakan agar rumah tersebut mendapat bantuan tapi belum berhasil.
Menilik kondisi rumah, dari luar memang tampak utuh, akan tetapi bila menyentuh dindingnya baru terasa tembok tersebut sangatlah rapuh. Apalagi bila melihat kondisi di dalam rumah yang atapnya langsung genting dengan banyak lubang. Bocor di mana-mana bila musim hujan.
Ruqoyyah sangat takut dengan kondisi rumahnya itu bila hujan atau angin besar. Kemungkinan besar roboh memampang, membuatnya nekat untuk kesekian kali datang ke Kades sambil menangis memoho bantuan.
"Desa ingin membantu namun tidak memiliki dana," papar istri Kades tentang kedatangan Ruqoyyah ke rumahnya yang meminta bantuan.
Belum ada yang bisa dilakukan, hingga kini rumah tersebut tetap ditempati Ruqoyyah dengan dua anak lelakinya yang sudah beranjak dewasa. Hakam dan Makin.
Ruqoyyah sendiri pekerjaannya serabutan. Apapun dilakukan demi menghidupi dan menyekolahkan anaknya. Si Sulung yang sudah besar masih belum mempunyai pekerjaan tetap, masih belum bisa melepaskan ibunya dari derita. Demikian pula anak nomor 2 Makin, dia fokus kuliah dengan program beasiswa di sebuah kampus Surabaya, masih bergantung pula pada sang ibu untuk kehidupan sehari-hari.
Memperbaiki rumah dari kocek pribadi sangatlah tidak mungkin, untuk makan saja susah apalagi untuk benah-benah. Harapannya ada uluran tangan, membantu memperbaiki rumahnya. Entah dari manapun, yang penting dia tidak lagi ketakutan tinggal di rumahnya yang sewaktu-waktu bisa roboh atau ambruk.
Ans