ads H Makhrus

 

Pasang iklan disini

 


Lebaran, Tradisi Menyita Tenaga dan Menguras Dana namun Selalu Dinanti Tiap Keluarga

Admin JSN
26 Mei 2022 | 19.57 WIB Last Updated 2022-05-26T12:58:44Z
Keluarga dan masyarakat Indonesia menyambut kedatangan siapa saja yang bersilaturahmi sepanjang Idul Fitri.

PONOROGO I JATIMSATUNEWS.COM: Di balik rasa gembira yang melimpah-ruah, Lebaran juga menyita tenaga dan menguras banyak dana. Mengapa?

Karena, tuan rumah tidak hanya menyediakan kebutuhan konsumtif, tetapi juga menyiapkan uang saku kepada anak-anak kecil. Memang, tidak ada aturan pasti berapa jumlah uang per anak.

Tetapi, yang saya temukan adalah ketika anak kecil yang datang berkunjung tergolong anak dari keluarga terhormat, atau dihormati, atau juga keluarga dekat, maka makin banyak yang diterimanya. Jika anak-anak "biasa" memperoleh masing-masing 2000 rupiah, maka anak tergolong "khusus" tersebut bisa memperoleh 5000 rupiah dalam sekali kunjungan.

Bisa dibayangkan, berapa yang harus disiapkan oleh tuan rumah jika yang datang berpuluh-puluh bahkan beratus anak, termasuk yang khusus tersebut.

Saya pernah mendengar dari tetangga rumah mertua yang menyiapkan uang 5000-an sebanyak 10 juta, dan biasa habis dalam empat-lima hari. Artinya, pengeluaran dalam satu hari bisa 2 juta rupiah, alias sama dengan 400 anak berkunjung.

Hebatnya, di daerah ini tidak dikembangkan pikiran negatif, misalnya orang tua yang membawa kelima anaknya bersilaturahmi tidak dianggap sebagai tindakan yang bermaksud "nderep" (menuai padi saat panen). Justru, tuan rumah kian senang menerimanya.

Tidak hanya itu, jika mulai hari 1-3, hanya kerabat dan tetangga dekat yang bersilaturahmi. Kemudian, pada hari ke-4 hingga ke-7 yang bersilaturahmi adalah kerabat jauh, atau anak tetangga dekat yang sudah pindah ke luar kota. Itu sebabnya, pada hari ke-4 sudah mulai menyiapkan makanan berat, soto atau rawon. Lalu, pada hari ke-6 dan ke-7 makanan beratnya sudah berganti dengan ketupat dan opor ayam.

Selain dari kegiatan silaturahmi, Idul Fitri di wilayah Ponorogo, juga di beberapa daerah lain di Indonesia, identik dengan ziarah kubur. Beberapa makam para awliya', seperti makan Syeikh Muhammad Hasan Besyari dan Putranya, Syeikh Ishaq Besyari di Coper Kidul, tergolong banyak diziarahi. Kegiatan ini menambah semaraknya aktifitas masyarakat tiap Idul Fitri.

Idul Fitri bukan hanya kegiatan ritual-spiritual, tetapi juga ritual-sosial dan ritual-kultural. Keislaman dan Keindonesiaan yang menggambarkan kenusantaraan sangat kental dalam tradisi Idul Fitri.

(Fauzan Zanrif)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Lebaran, Tradisi Menyita Tenaga dan Menguras Dana namun Selalu Dinanti Tiap Keluarga

Trending Now