ARTIKEL I JATIMSATUNEWS.COM: Merayakan idul fitri di setiap daerah tak lepas dari kekhasan yang berlaku di tempat tersebut. Mulai dari jam kunjung hingga kuliner sampai makna bertamu. Hal yang berlaku pula di Ponorogo dalam budaya santri memaknai idul Fitri.
Bagi komunitas santri, perayaan Idul Fitri tidak sekedar sebagai bukti kemenangan melawan hawa nafsu pasca Bulan Ramadhan. Secara kultural, idul fitri memiliki makna silaturrahmi dan ziyarah makam nenek moyang dan para guru.
Kegiatan silaturrahmi di masing-masing daerah dilakukan secara berbeda, mulai dari yang berpola formal seperti melakukan pertemuan Bani tertentu, atau dilakukan secara informal seperti mendatangi sanak keluarga.
Kegiatan silaturrahim yang demikian menjadi tali temali persaudaraan kian merekat, bahkan terkadang terhubungkan dengan keluarga yang sudah lama terputus.
Di Kabupaten Ponorogo dan beberapa wilayah di sekitarnya, kegiatan silaturrahim bukan hanya sekedar sebuah tradisi, melainkan perayaan besar.
Saya sebut dengan perayaan besar, karena kegiatan silaturrahim di daerah ini cukup menyita tenaga dan juga dana.
Setiap rumah yang dihuni oleh anggota keluarga yang terbilang tua usia dan silsilahnya, menyiapkan berbagai jenis makanan, kue, dan minuman.
Kian tua usia dan silsilahnya, semakin banyak pula tetamu bertandang untuk bersilaturrahmi. Apalagi, orang tetua itu adalah guru masyarakat desa tertentu.
Tetamu yang datang bukan hanya sanak kerabat, tetapi juga para muridnya. Bahkan, terkadang karena banyak tetamu yang singgah, tidak sedikit orang lain yang mungkin tak memiliki hubungan langsung juga akan turut bersilatur rahim.
"Ngalap Berkah" begitu biasanya masyarakat menyebutnya. Itulah sebabnya, jam berkunjung juga di atur.
Seperti di wilayah Coper Kidul, Desa Coper, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. Jam istirahat tuan rumah antara jam dhuhur sampai ashar. Pada jam-jam itu, semua rumah tutup pintu. Tidak menerima tamu, agar tuan rumah bisa beristirahat.
Jam istirahat seperti ini diperlukan bagi tuan rumah, sebab kegiatan silaturrahim biasanya hingga hari ke-7. Tradisi yang sudah berpuluh-puluh tahun dilaksanakan bahkan bisa jadi sudah ratusan tahun dilaksanakan di wilayah ini.
Oleh: Fauzan Zenrif