Cerpen: Y.P.B.Wiratmoko
CERPEN I JATIMSATUNEWS.COM: Menjelang senja, tiga dara dari Utara, bersama dengan tiupan angin dingin di penghujung bulan Februari, tanpa mengetuk pintu tiba-tiba mereka telah memasuki rumah kami dan duduk di kursi ruang tamu sambil tersenyum manis, seorang di antara mereka berkata.
"Kung, mohon maaf, tolonglah kami".
"Lo, kalian ini siapa?"
'Saya Dewi Korona".
"Saya Dewi Omikron".
"Saya Dewi Delta".
"Waduh, kok seperti nama-nama virus?"
Mereka saling berpandangan satu sama lain dan bersama-sama menatapku dengan penuh belas kasihan.
"Tetapi kenapa kalian masuk ke rumahku tanpa permisi?" Tanyaku.
"Maaf ya Kung. Sepanjang jalan desa ini semua rumah pemiliknya pakai masker dan menolak kami untuk sekedar bermalam 3 hari saja. Karena rumah Akung yang masih buka aku bisa memastikan bahwa Akung adalah orang yang baik. Maka kami masuk saja. Kami takut keburu malam. Sekali lagi kami bertiga mohon maaf ya Kung?" Kata Dewi Korona.
"Iya Kung, boleh kan kami menumpang bermalam di rumah Akung?" Kata Dewi Omikron.
"Boleh ya Kung?" Kata Dewi Delta.
'"Ya, sudahlah jangan ribut. Nanti kalau didengar banyak orang tidak baik. Masih saudara kok ribut? Kalian masih saudara bukan?"
"Benar, kami masih saudara, kakak beradik", jawab mereka serentak.
Rasa belas kasihku kepada mereka sangat besar. Aku pikir tiga dara yang menyebut diri mereka berasal dari Tanah Utara ini adalah anak orang asing yang sedang berkelana mencari tumpangan untuk menginap di kala malam hari tiba.
"Okelah!" Kataku.
Sementara istriku sibuk menyiapkan dan memberi mereka makan dan minum saat itu, dan ini berlangsung selama tiga hari tiga malam. Mereka mengucapkan banyak terima kasih.
Pada malam hari pertama hidungku mulai tersumbat tidak nyaman untuk bernapas. Setelah bangun tidur aku batuk-batuk hingga sore hari. Menjelang malam tulang persendianku terasa ngilu otot-ototku terasa pendek dan kaku seperti akan terjadi kram. Beberapa obat antiseptik dan vitamin telah kuminum. Agak reda memang. Tetapi badan masih terasa sakit semua. Masih beruntung tidak disertai sakit kepala dan panas dingin. Hanya meriang.
Tenggorokanku mulai terasa sakit pada hari kedua mereka menginap dan aku hanya diam saja. Malu ada tamu.
Malam ketiga mereka menginap, pagi-pagi benar mereka mohon pamit. Mengucapkan terima kasih atas kebaikan keluarga kami. Tetapi sebelum meninggalkan rumah kami tiga dara itu hanya minta dibuatkan wedang daun sirih. Kebetulan kami punya serbuk daun sirih yang sudah kering yang dibeli oleh anak kami Regina Ryaningtyas beberapa bulan lalu dari Jogorogo. Mereka memintanya tanpa gula dan sedikit garam dan sebelum diminum untuk disaring terlebih dahulu. Aku pun turut meminumnya. Setelah itu mereka mohon diri untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Sejak kepergian mereka kemarin pagi, sakit di tenggorokanku mulai hilang. Batukku berangsur tipis aku bersyukur kepada Tuhan. Ternyata kebaikanku untuk memberi tumpangan kepada tiga anak dara dari Tanah Utara itu membawa berkat bagiku juga bagi keluarga kami secara melimpah.
#cerpen_ypb
/ 1 Maret 2022