SAPA TOKOH I JATIMSATUNEWS.COM: Adalah Pak Mustakim, salah satu jama'ah Umroh Malang Selatan yang menyimpan cerita unik. Keinginan yang besar untuk bisa ibadah di Tanah Suci menjadikan kepikiran yang besar. Gara-gara uang pendaftaran tidak segera diambil oleh juru pendaftaran, beliau tidak bisa tidur selama tiga hari.
Ceritanya, beberapa saat setelah ibadah umrah dibuka kembali untuk jama'ah, khususnya warga Muslim dari Indonesia, biro Umroh juga memberikan kesempatan kepada jama'ah untuk meneruskan kembali rencana ibadahnya. Selama pandemi, banyak rencana keberangkatan jama'ah yang terpaksa dibatalkan demi keamanan. Setelah peluang dibuka kembali, maka calon jama'ahpun bersiap kembali untuk melanjutkan rencana mereka. Tidak terkecuali Pak Mustakim.
Pada suatu hari, tepatnya hari sabtu siang, pihak biro mengadakan rapat koordinasi untuk mensosialisasikan rencana keberangkatan. Calon jama'ahpun mayoritas hadir untuk mengetahuinya. Termasuk Pak Mustakim.
Setelah mendapatkan penjelasan, akhirnya Pak Mustakim dan salah satu karibnya mantab untuk segera berangkat. Akhirnya waktu itu juga beliau berdua mempersilahkan kepada juru pendaftaran untuk mengambil biaya pendaftaran. Akhirnya disepakati hari senin pengambilannya.
Karena beberapa hal, si tukang pendaftaran tidak bisa datang pada hari senin yang telah ditetapkan. Selasa, kembali ada kesibukan sampai hari rabu sehingga belum juga bisa mengambil uang pendaftaran. Sampai-sampai sang karib Pak Mustakim menelpon. Tukang pendaftaran berjanji kalau hari kamis akan diusahakan datang.
Tepat hari kamis, tukang pendaftaran datang untuk mengambil uang pendaftaran. Diawali dari rumah karib Pak Mustakim. Setelah itu baru menuju ke rumah Pak Mustakim ditemani karibnya. Setelah tiba di rumah beliau, ternyata beliau tidak ada di rumah. Beliau masih ke kebun untuk mencangkul. Akhirnya anaknya yang diminta untuk memanggil beliau oleh istrinya.
Setelah menunggu beberapa saat, pak Mustakim datang dari kebun. Setelah mandi dan berpakaian rapi, beliau menemui tukang pendaftaran dan karibnya di ruang tamu. Beliau nampak senyam-senyum dengan wajah ceria. Setelah menyalami kedua tamunya dilanjutkan perbincangan beberapa saat. Lalu sang istri diperintahkan untuk mengambil uang.
Ternyata, uang persediaan untuk membayar biaya Umroh itu hanya dimasukkan dalam tas plastik (kresek). Lalu diberikan pada tukang pendaftaran dan dibuatkan kwitansi bukti pembayaran. Setelah selesai dilanjutkan perbincangan kembali.
"Bapake niku tigang dinten mboten saget sare lho. Mulai senin ngantos wau dalu." (Bapaknya tiga hari tidak bisa tidur lho. Mulai senin sampai tadi malam). Kata istrinya.
"Lho, kenging punopo budhe? (Lho, kenapa tante). Tanya juru daftar.
" Mboten ngertos, lha wong dalu kulo tangleti. Wis bengi, kok ora ndang turu...! Jawabe namung, wis turua disek. Aku tak rokokan disek. Ngoten niku ngantos énjing. Sampek telas pinten-pinten conthong." (Tidak tahu, waktu sudah malam saya tanya. Sudah malam, kok tidak cepat tidur? Jawabnya hanya, sudah tidurlah dulu. Saya mau merokok dahulu. Begitu itu sampai pagi. Sampai habis beberapa kotak). Jawab istri Pak Mustakim.
" Lha jih, kenging punopo pak?. (Iya, kenapa pak). Tanya juru daftar.
" Enggih, kulo mboten saged tilem. ". (Ya, saya tidak bisa tidur). Jawab Pak Mustakim.
" Lho, kenging punopo panjenengan kok ngantos mboten saget saré?. (Lho, kenapa kok bapak sampai tidak bisa tidur). Tanya juru daftar lagi.
" Lha enggih, cirose jenengan senin badhe mriki. Kulo rantos-rantos kok mboten rawuh-rawuh. Kulo namung mikir, opo gak sido umroh iki?. (Iya, katanya anda senin mau kesini. Saya tunggu-tunggu kok tidak datang. Saya hanya berpikir, apa tidak jadi ya umrohnya). Jawab Pak Mustakim.
"Yaa Allaah... Berarti amergi kulo lambat dugi mriki? Mboten enggal mundhut arto pendaftaran? Ngapunten menawi ngoten jih, Pak."( Yaa Allaah, berarti karena saya terlambat datang kesini? Tidak segera mengambil uang pendaftaran? Mohon maaf kalau begitu ya, Pak). Kata juru daftar merasa bersalah.
"Jih, Pak Takim pancen susah sanget. Jenengan mboten enggal mriki. Nopo malih kolowingenane wonten tamu malah ngeden-ngedeni. Cirose, ati-ati lho, saiki akeh penipuan biro Umroh." (Ya, Pak Takim memang susah sekali. Anda tidak segera kesini. Apalagi kemarin ada tamu yang menakut-nakuti. Katanya, hati-hati lho. Sekarang banyak penipuan biro Umroh). Kata karib Pak Takim.
" Oh... Yaa Allaah. Sepindhah malih ngapunten jih, Pak Takim." (Oh.,yaa Allooh. Sekali lagi mohon maaf ya, pak Takim). Timpal Juru daftar semakin merasa bersalah.
"Terus, sakmenika dospundi? Sampun mboten susah jih?. (Terus, sekarang bagaimana? Sudah tidak susah lagi ya). Tanya juru daftar memastikan.
"Alhamdulillah, mboten. Sampun tenang. Matur sembah nuwun." (Alhamdulillaah, tidak. Sudah tenang). Jawab Pak Takim.
"Alhamdulillaah, menawi ngoten." (Alhamdulillaah, kalau begitu). Timpal sang juru daftar.
Setelah beberapa saat berikutnya, perbincangan berakhir. Sang Juru daftar mohon pamit pulang. Sambil terus kepikiran atas keterlambatan datang mengambil uang pendaftaran. Sampai-sampai membuat seseorang tidak bisa tidur.
Refan Purba