Komedian Abioso dengan santriwati Waha yang viral di hadapan Erick Tohir dan Gus Wildan
PASURUAN I JATIMSATUNEWS.COM: Selain Erick Tohir dan kesopanan santri Wahid Hasyim yang sempat viral, host acara talkshow pada acara tersebut juga menjadi perbincangan hingga hari ini, Minggu 23/1/2022.
Menurut salah seorang yang ikut hadir waktu itu Abioso - nama kelompok host yang mengawal acara- mampu membawakan suasana dengan lancar. Elegan dengan guyonan menawan.
Terlihat pada celetukan ketika Erick Tohir bertanya pada salah satu santri yang diundang ke pentas.
"Apa cita-citanya?"
Jeda waktu karena sang santriwati berpikir untuk menjawab, abioso seolah membantu dengan memberikan jawaban yang membuat ratusan peserta tersenyum.
"Jadi istri menteri BUMN," cetus Abioso sebelum sang Santri menyebut ingin mempunyai Pondok pesantren.
Tentang Abioso wartawan Jatimsatunews berhasil wawancara dengan personil untuk mendapatkan informasi profilnya.
ABIOSO adalah sekumpulan pemuda yang suka bersendagurau saat belajar atau nyantri di sebuah Pondok Pesantren, tepatnya di Pondok Pesantren NGALAH, yang bertempat di desa Pandean, Sengonagung, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.
ABIOSO yang semula hanya sekedar segerombolan santri tongkrongan dan kerap bersendagurau di sela-sela santai usai mengaji, sampai kemudian menjadi sekumpulan santri yang kerap tampil mengisi acara hiburan dalam setiap acara-acara di pondok pesantren tempat mereka nyantri, yang dalam hal ini adalah menghibur/melawak di depan ribuan santri di Pondok Pesantren Ngalah.
Tepatnya pada hari Sabtu, tanggal 23 Maret 2002, ABIOSO lahir sebagai komunitas komedi di Pondok Pesantren Ngalah, Yayasan Darut Taqwa. Yang digawangi oleh AMIN, SARIP, dan MAMAD, serta beberapa teman yang lainnya. Kala itu di awal terbentuknya komunitas ini masih bernama GKD (Gelombang Komedi Daruttaqwa) beranggotakan Amin, Fadhol (Sarip), Mubin, Ima, Wildan, Trubus, Wakhid, Zaky, Nuhi, dan Mamad.
Kemudian, singkat cerita, GKD sempat gonta-ganti nama, mulai dari nama GKD menjadi GKD Super Bejo, ganti lagi menjadi GKD ABIOSO (bergabungnya Erik saat itu). Hingga pada akhirnya bermetamorfosa menjadi nama ABIOSO, hingga saat ini.
Berbicara tentang nama ABIOSO, sebenarnya bukanlah sebuah akronim ataupun singkatan layaknya nama group lawak kebanyakan, namun nama ABIOSO diambil dari salahsatu tokoh pewayangan Jawa, yakni ABIYOSO/ABIYASA (jika dikaitkan dengan filosofis arabnya yakni Abiyahsyallah).
Abiyasa dikenal pula dengan nama Resi Wiyasa (Mahabharata). Ia putra Resi Palasara dari pertapaan Retawu, dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basuketi, raja Wirata. Abiyasa memiliki sifat dan perwatakan; pandai, sangat cerdas, arif, bijaksana, alim, sholeh, berwibawa, limpad, dan linuwih. Ia juga memiliki berbagai keistimewaan antara lain; ahli bertapa, ahli nujum, ahli pengobatan (tabib), banyak memiliki ilmu kesaktian, ahli tata negara, dan tata pemerintahan. Abiyasa juga mendapat anugrah Dewata berumur panjang.
Untuk mengisi kekosongan tahta kerajaan Astina karena meninggalnya Prabu Wicitrawirya, Abiyasa diboyong oleh Dewi Durgandini ke Astina dan dijadikan raja dengan gelar Prabu Kresnadwipayana. Dewi Ambika janda, Prabu Citragada, dan Dewi Ambiki/Ambalika janda, Prabu Wicitrawirya kemudian dikawinkan dengan Abiyasa. Dari perkawinan tersebut Abiyasa memperoleh dua orang putra, yaitu Drestarasta dari Dewi Ambika, dan Pandu dari Dewi Ambiki. Abiyasa juga kawin dengan Dewi Datri, penyanyi kidung Weda di pertapaan Srungga, dan berputra Yamawidura. Setelah menobatkan Pandu menjadi raja Astina, Abiyasa kembali ke pertapaan Retawu.
Abiyasa/Resi Wiyasa juga dikenal sebagai pujangga besar dengan karyanya, Kisah kepahlawanan Mahabharata yang terdiri dari seratus ribu (100.000) seloka dan dibagi dalam delapan belas (18) buku yang dinamakan Parwa. Singkat cerita, kemudian Abiyasa meninggal setelah berakhirnya perang Bharatayuda, tepatnya satu pekan setelah kelahiran Parikesit, putra Abimanyu dengan Dewi Utari.
Ia moksa kembali ke alam Nirwana dengan menaiki kereta cahaya.
Berbicara tentang Pelawak Santri, yakni ABIOSO. Di kalangan pesantren, seorang santri menjadi komedian bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan, bukan pula sesuatu hal yang dicita-citakan. Karena lumrahnya seorang santri semestinya menjadi Ustadz atau seorang Dai untuk menyampaikan dakwah. Namun mereka bertolak belakang dari kewajaran tersebut, yakni mereka justru memilih menjadi seorang komedian/pelawak.
Walaupun demikian, mereka meyakini meski tidak bisa menjadi Ustadz ataupun seorang Dai untuk berdakwah, dengan cara melawak/berkomedi mereka berusaha selalu menyampaikan pesan-pesan kebajikan walau hanya satu kelucuan.
Ini yang menjadi inspirasi Abioso terus berkomedi.