Gus "Amak", Baihaqi Kadmi, tokoh agama Grati, ketua FPK Kab Pasuruan menyaksikan pemotongan tumpeng.
Terlihat, duduk di kursi tamu kehormatan, Kapolsek Grati, Koramil Grati, Kapolresta Pasuruan, Kapolres Pasuruan, Kepala dinas pariwisata kabupaten Pasuruan, Kasatpol PP kabupaten Pasuruan, Dewan Kesenian Daerah Pasuruan, Dewan Kesenian Nasional, BPBD kabupaten Pasuruan dan Kepala OPD terkait.
Acara dimulai dari jam 13.00 WIB. Kirab budaya berarak dari pasar Utara Sumberdawesari menuju Danau Ranu. Segala macam hasil bumi dibawa dalam usung-usungan yang dihias dengan apik. Aneka macam makanan khas dan jajanan tempo dulu ikut ditata, ditampilkan, penonton berjubel di sepanjang jalan. Cuaca cerah.
Setelah dilarung mengelilingi Danau Ranu, makanan dan hasil bumi itu dibagikan ke para pengunjung yang hadir.
Ikhyak, salah satu panitia acara mengkonfirmasi mengatakan tujuannya.
"Tujuan diadakannya acara ini adalah sebagai bentuk syukur atas berkah yang di berikan Tuhan, memohon perlindungan kepada Tuhan dari segala bencana dan marabahaya, serta untuk mengangkat dan mempertahankan budaya," jelas lelaki yang juga pengurus FPK, Forum Pembauran Kebangsaan Pasuruan ini.
Tak berakhir, jelang malam, acara berlanjut dengan pertunjukan wayang kulit dengan dalang Ki Narto Sabdo asal Tosari di monumen Yon Zipur 10 desa Sumberdawesari.
Menyuguhkan lakon 'Tumuruning Wahyu Tri Manggala'. Berkisah tentang epik Mahabharata. Wahyu Tri Manggala dilhami dari cerita dengan tokoh Raden Abimanyu, Dewi Utari, Dewi Banowati, Raden Gatutkacaca, Begawan Anoman dan Prabhu Baladewa.
Dalam pertunjukannya, sang dalang menyelipkan harapan agar para panitia dan perangkat desa juga mendapat wahyu dari Yang Maha Kuasa untuk melaksanakan pengabdian terbaik kepada warganya.
Walaupun perdana, rangkaian acara Kirab Budaya dan Sedekah Desa ini terhitung sukses, rencana panitia akan menggelar tiap tahun, menjadi agenda rutin.
Lee