MALANG I JATIMSATUNEWS. COM: "Siapapun bisa melafadzkan kalimat thayyibah, termasuk burung kakak tua sekalipun, juga bisa meniru ucapannya manusia dan kalimat thayyibah. Akan tetapi, apakah ucapan itu memiliki nilai tersendiri di hadapan Allah Swt. Maka, inilah bedanya orang yang ngaji di pesantren dan mengaji di YouTube."
Demikian disampaikan KH. M. Ihya' Ulumuddin dalam ceramahnya, Minggu 9/1/ 2022 di Pondok Pesantren Nurul Haromain Ngroto Pujon Malang yang disebut dengan kegiatan "Taushiah Syahriah".
Kegiatan tersebut berlangsung pada setiap bulan, tepatnya pada hari Minggu malam Senin di setiap awal bulan. Pengisi utama adalah Murobbi Ruhina KH. M. Ihya' Ulumuddin pengasuh ponpes yang dipasrahkan oleh Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh semua santri yang sudah bermasyarakat, baik santri dari luar pulau Jawa, lingkup jawa hingga santri awail, santri yang sudah berkeluarga namun menetap di lingkungan ponpes sekaligus menjadi pengurus Ma'had.
Selanjutnya kyai juga menyebut inilah bedanya hewan dan manusia.
"Banyak di zaman sekarang ini orang yang pandai perihal persoalan agama, tapi tidak paham posisinya agama kapan harus disampaikan dan diamalkan di depan halayak umum serta di lingkup terbatas. Teringat ketika saat saya mengaji di Rusaifah, Pondoknya Abuya Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki Al-Hasani. Kebetulan ketika itu saya sedang melakukan takbiratul ihram setinggi dada. Tanpa saya sadari, beliau memukul tangan saya dari belakang, kemudian beliau --Abuya Sayyid Muhammad -- berdawuh jangan sampai ummat dibingungkan dalam urusan beribadah ataupun beragama. Maklum, di daerah dimana tempat saya shalat itu, rata-rata umat Islam melakukan takbiratul ihram sejajar telinga. Jadi Abuya memang tidak menginginkan hal yang saya lakukan meski sudah benar menurut riwayat hadist terkesan kurang baik dianggapan masyarakat yang ditempati sholat tersebut", lanjut Sang Kyai.
Pada kesempatan yang sama Kyai menerangkan pentingnya memiliki Rabithah, yaitu magnet terhadap para guru yang telah menyampaikan ilmunya Allah yang bersambung pada Rasulullah Saw. Agar ketika di Padang Mahsyar umat tetap berkumpul. Bukan hanya berkumpul seperti pada saat ini saja, tapi tetap berkumpul hingga ketika dimana semua umat manusia hendak memasuki pintu syurga.
Supaya posisi umat tetap bergandengan tangan untuk memasukinya. Sebab, ketika manusia akan masuk syurga, kelak akan bergandengan tangan dengan orang-orang shalih yang selalu bersamanya sejak di dunia.
Dijelaskan pula oleh Sang Kyai, Ibadah sosial itu merupakan upaya untuk meniru Allah pada salah satu sifat-Nya yaitu Arrahman dan Arrahim.
Konsep memanusiakan manusia merupakan contoh implementasi terhadap salah satu sifat Allah. Upaya membantu manusia merupakan tarbiyah dari Nabi Muhammad Saw. Seperti halnya menata sandal, membuang sampah di masjid, membuang duri di jalan, mendo'akan umat muslim agar terhindar dari bala', dan lain sebagainya.
"Jadi, orang muslim yang paling baik ialah yang saling tolong menolong terhadap sesama orang muslim atau pada sesama manusia," jelas KH. M. Ihya' Ulumuddin sebelum menutup kegiatan dengan pembacaan do'a.
Moh. Ghufron/Peserta KKN'21-22 berbasis pesantren di PP. Nurul Haromain