Oleh: Y.P.B.Wiratmoko
ARTIKEL I JATIMSATUNEWS.COM: Setiap kali musim tanam tiba petani selalu diresahkan oleh hama tikus. Terutama petani yang berada di tepi-tepi hutan dan di lereng-lereng pegunungan.
Tikus merupakan hewan liar. Termasuk jenis hewan pengerat yang suka makan biji-bijian, hidup liar di hutan-hutan luas maupun di lereng-lereng pegunungan yang banyak tersusun tumpukan batu-batu alam. Di situlah tikus-tikus itu bersembunyi dan akan menyerang tanaman petani pada saat musim tanam tiba.
Tetapi bukanlah petani Ngawi jika tidak mampu mengusir hama tikus dari sawah-sawah mereka. Cara mereka mengusir tikus tak lagi menggunakan racun pembasmi tikus melainkan menggunakan predator alami yaitu burung hantu yang dikenal sebagai burung malam yang suka memakan serangga terutama ular dan tikus.
Di daerah Gayam dan sekitarnya di dekat Gunung Lawu, Ngawi, para petani telah mengembangkan kelestarian hidup dari burung-burung hantu pemakan serangga, terutama ular dan tikus ini. Mereka secara serentak bersama-sama mendirikan rumah-rumah kecil dengan tiang pancang yang dibuat dari bambu, paralon, maupun tiang besi yang ditancapkan di tengah-tengah sawah mereka dengan jarak yang telah diatur bersama-sama sebagai rumah burung hantu.
Sebut saja Saman seorang petani Desa Gayam, Kendal, Ngawi. Dia telah bertahun-tahun memelihara burung hantu di dalam kotak kotak kecil dengan tiang sekitar 3 meter di sawahnya untuk mengusir hama tikus yang menyerang padi di sawahnya. Semula ia dan kawan-kawan petani lainnya menggunakan racun tikus untuk mengusir tikus-tikus yang menyerang padi di sawah mereka, tetapi biayanya cukup banyak dan tikus-tikus yang dipasangi jebakan dan racun itu tidak kunjung punah tapi justru bertambah banyak.
Kemudian ia mengusir tikus-tikus di sawah mereka dengan menggunakan rekaman suara kucing tetapi hasilnya juga nihil. Ketika ia pulang dari daerah Sragen Jawa tengah ia mendapatkan pengalaman tentang membasmi hama tikus menggunakan predator alami yaitu burung hantu ini.
Pengalaman itu ditularkan kepada tetangga petani yang lain, mereka beramai-ramai membeli anak-anak burung hantu yang sudah bisa terbang dari daerah Sragen dan sekitarnya lalu dipelihara di sawah-sawah mereka.
Burung-burung hantu inilah yang setiap malam akan beroperasi mengurangi populasi tikus di sawah-sawah mereka. Dengan pengalaman praktis layaknya teknologi tepat guna membasmi tikus menggunakan predator alami burung hantu ini, sawah mereka sudah banyak berkurang dari serangan hama tikus. Mereka bisa bernapas lega.
Pengalaman Saman yang cerdas, sangat baik untuk diterapkan di sawah-sawah. Mengusir tikus dengan predator burung hantu akhirnya meluas hampir di area persawahan yang ada di wilayah Kabupaten Ngawi bahkan di kabupaten-kabupaten sekitarnya seperti Magetan, Ponorogo, Madiun, Nganjuk dan sebagainya. Mereka telah menggunakan cara alami mengusir tikus dengan predator burung hantu ini.©27(31.12.2021.ypb)