1. Pembuka
Kita sajikan pembuka secara menarik, menantang, memantik rasa ingin tahu pembaca. Kendati demikian pembuka harus memberikan gambaran secara umum tentang topik tulisan. Oleh karena itu, sebelum menungkan gagasan ke dalam tulisan kita sudah memiliki gambaran yang utuh tentang
topik tulisan.
Contoh paragraf pembuka:
“Nyepeda”, antara Kebutuhan, Gaya-gayaan, dan Cerita tentang “Siluman”
Tayang di Kompasiana[dot]com
Kalau bersepeda adalah tren dan setiap orang sepakat bahwa fenomena bersepeda adalah tren, maka ia tak ubahnya tren batu akik, burung Kenari, atau bunga Gelombang Cinta.
Sesaat saja menyita perhatian lantas senyap jadi asap diterbangkan angin.
Kalau bersepeda adalah kebutuhan dan setiap orang sepakat bahwa fenomena bersepeda adalah kebutuhan, yang berangkat dari kesadaran akan kesehatan, penghematan bahan
bakar fosil, perlawanan terhadap asap kendaraan bermotor, atau sekadar ngirit uang bensin di tengah kelesuan ekonomi, maka ia bisa bertahan agak lama.
Kalau bersepeda adalah peneguhan bagi identitas sosial kelas menengah atas dan setiap orang sepakat bahwa bersepeda adalah sejenis gengsi kelas yang ditunjukkan oleh harga sepeda yang mahal dan digandrungi oleh mereka yang sepaham, maka ia berjangka waktu sangat pendek akibat golongan kelas ini mudah larut dalam arus kemunculan fenomena tren-tren berikutnya. ...
Paragraf pembuka juga bisa berisi konteks fakta dan realitas tentang topik tulisan. Konteks tulisan pada paragraf pembuka akan memberikan pijakan dan ruang lingkup yang jelas. Fakta dan realitas yang ditampilkan bisa berasal dari pengalaman sehari-hari, kumpulan data hasil riset, atau pendapat ahli atau, quote seorang tokoh.
Berikut contoh paragraf pembuka yang berangkat dari pengamatan saya tentang game online yang
merampas waktu anak-anak.
“Circularitas Innaalillaah”
Tayang di CakNun[dot]com
Setelah shalat Maghrib, setiap hari Sabtu malam Ahad, anak-anak di kampung saya berkumpul di teras rumah. Jenjang pendidikan mereka beragam, mulai sekolah dasar hingga
sekolah menengah lanjutan. Inisiatif berkumpul ini spontan. Acaranya pun
sederhana: dibaan, sholawatan, lalu ngobrol bareng.
Yang diobrolkan tema sehari-hari yang dialami anak-anak. Misalnya, bagaimana menyikapi game online yang bukan saja merampas waktu, tetapi merenggut hampir semua kesempatan bersosialisasi secara manusiawi antar teman. Bahkan perilaku yang nekat
meminta (paksa) uang untuk membeli topup game online menjadi kebiasaan yang “lumrah” di kalangan mereka yang kecanduan...
Paragraf pembuka diupayakan yang menarik minat pembaca. Kalau pembuka dirasa terlalu teknis
menyampaikan urusan data, angka dan persentase, kita dapat menyiasatinya dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pembaca.
Berikut ini contohnya:
“Dua Persoalan Mendasar Pendidikan, Sampai Kapan Sanggup Bertahan?”
Tayang di Kompasiana[dot]com – Artikel Utama.
Seandainya kamu bisa bertemu Fir'aun apa yang akan kamu perbuat? Ini pertanyaan bukan untuk latihan menulis fiksi. Disampaikan saat proses belajar bersama siswa sekolah dasar kelas lima, kawan saya terbilang nekat. Pertanyaan yang tidak lazim itu bisa mendatangkan protes orangtua, sesama guru, bahkan menggelisahkan Kepala Sekolah.
Siswa jangan diajak berkhayal yang tidak-tidak. Lebih baik membuat pertanyaan tertutup yang jawabannya pasti. Siswa tidak kesulitan menemukan jawaban karena sudah tersedia di
buku pelajaran.
Silakan berlatih dan melakukan eksperimen. Model pembuka seperti apa yang Anda gunakan untuk menyapa pembaca.
Achmas Saifullah Syahid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?