Beberapa dari kita memang kadang kesulitan memahami apa perbedaan tulus dan ikhlas.
Selanjutnya dalam perjalanan ini, seorang hamba harus terus menerus berupaya memperbaiki niatnya dan meluruskannya. Hal ini karena apa yang dilakukan dapat berbuah kebaikan. Hmmm seperti sebuah bangunan yang kemudian membutuhkan renovasi bila usang dimakan waktu.
Maka dalam konteks ini adalah perbaikan niat. Tiap hamba perlu mujahadah atau kesungguhan yang luhur dengan mencurahkan segala daya upaya yang dimilikinya. Hal ini karena sulitnya meluruskan niat itu sendiri.
Sampai-sampai Sofyan Ats Tsauri berkata begini :
"Tidak ada 1 perkara yang paling berat bagiku untuk aku obati, daripada meluruskan niatku. Karena niat itu bisa berubah-ubah." (Hilyatul Auliya 7/5 dan 62)
Dalam beramal harus ditunjukkan semata karena Allah. Yaitu ikhlas karena mengharapkan ridha-Nya.
Ibadah tanpa keikhlasan akan tertolak. Lalu bagaimana bila ibadah itu tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW Alaihi Wasallam?
Seorang ahli hikmah mengatakan bahwa : "Memberi sesuatu karena adanya sebab, seperti : kasihan, prihatin, iba, dan sebagainya belum bisa dikatakan atau dikategorikan sebagai ikhlas. Namun tidak lebih sebagai suatu bentuk ketulusan hati saja, yang bisa menjadi pemuas hawa nafsu atau ego keibaan kita. Namun memberi atas dasar rasa kasihan atau iba pun sudah cukup baik, namun akan jauh lebih baik bila mampu berlaku ikhlas."
Ada perbedaan antara ikhlas dan tulus. Nah ini poinnya yang ingin saya jabarkan melalui tulisan ini.
Ikhlas berarti merelakan sesuatu yang terasa berat.
Sedangkan tulus adalah kerelaan hati karena faktor adanya rasa senang, atau tidak ada beban.
Selanjutnya ikhlas memiliki kedudukan atau derajat yang lebih tinggi di mata Tuhan. Maka adalah suatu kekeliruan bila kita menganggap adanya rasa berat dalam hati diartikan sebagai tidak ikhlas. Justru ikhlas berarti merelakan sesuatu yang terasa berat dan semuanya dilakukan hanya mencari ridho sang Maha Pencipta.
Ikhlas merupakan solusi positif menghadapi kondisi bangsa yang terpengaruh oleh berbagai bencana, yang diakibatkan oleh campur tangan manusia sendiri. Konon melalui bencana ini pun kita masih digembleng oleh Allah untuk menjadi orang yang ikhlas dalam menerima segalanya. Termasuk di dalamnya ikhlas memberi bantuan kepada korban banjir misalnya.
Bencana pada bangsa ini telah membuka lebar bagi penduduknya untuk berlaku ikhlas. Semoga kita termasuk orang-orang yang ikhlas. Aamiin Aamiin Aamiin.
Dalam konteks ini kita bisa bercermin kepada Khalifah Abu Bakar radhiyallahu anhu, tentang bagaimana menjadi pribadi yang ikhlas.
Alkisah, ketika Salam berpulang ke Rahmatullah. Setiap diri terpuruk dan semua mata mengalirkan air bening sebagai bentuk beratnya beban kesedihan yang mereka pikul. Di tengah suasana mencekam itu, Abu Bakar radhiyallahu anhu datang dan dengan suara lantang kemudian berkata :
"Barangsiapa menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhammad telah wafat dan barangsiapa menyembah Allah maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tak akan pernah mati." Kemudian beliau membacakan Quran surat al-imron ayat 144.
Nah, akhirnya cukup sekian thread dari tulisan yang saya buat. Semoga setelah mengetahui perbedaan antara ikhlas dan tulus, kita semua semakin bijak dalam menjalani kehidupan. Aamiin Aamiin Aamiin.
Sumber bacaan dari ipusnas, dalam buku berjudul cara Allah menolong hambaNya oleh Masyuda Al-Mawwaz
Qoni