Saya perempuan, bisa merasakan betul penderitaan itu. Berada dalam satu bangsal dengan penderita penyakit mematikan membuat saya mengerti apa yang mereka alami. Sedih berkepanjangan, memikirkan terus bagaimana bisa dia menderita penyakit itu, mencari sumber kesalahan, dimana letaknya, yang membuat mereka harus menderita penyakit itu.
Banyak penyebab sebelum terkena, seperti kasus kanker payudara yang menimpa perempuan mulia istri teman saya itu, meski sampai hari ini masih berupa dugaan saja belum bisa diambil kesimpulan bulat tentangnya. Sebagaimana ditulis alodocter.com,
Kanker payudara terjadi karena sel-sel di payudara tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Sel-sel ini membelah dengan cepat dan berkumpul membentuk benjolan, lalu bisa menyebar ke kelenjar getah bening atau ke organ lain.
Belum diketahui apa penyebab sel-sel tersebut berubah menjadi sel kanker, namun para ahli menduga adanya interaksi antara faktor genetik dengan gaya hidup, lingkungan, dan hormon, sehingga sel menjadi abnormal dan tumbuh tidak terkendali.
Genetik, ini satu faktor yang pernah menjadi alasan seorang pesohor, Angelina Jolie pernah membuat pilihan sulit dalam hidupnya dengan melakukan operasi pengangkatan payudara dan rahim untuk menghindari risiko kanker yang turun dari mendiang sang ibu.
Dilansir oleh nakita.grid.id Angelina Jolie memutuskan untuk melakukan operasi pengangkatan payudara dan rahim setelah tes darah yang dilakukannya menyatakan bahwa ia berpotensi besar, 87% menderita kanker payudara, dan 50% menderita kankerrahim.
Lalu bagaimana bila sudah terkena? Meratapi dan menyesali yang sudah menimpa bukanlah solusi bijak. Apalagi menyerah pada keadaan. Saudara perempuan saya pernah ' kena semprot ' perawat senior tentang hal ini. " Kenapa ibu sedih? Ibu takut mati? Tak usah takut bu, usia bukan penyakit yang punya, tapi yang kuasa. Banyak penderita bisa melawan, sembuh pula, kalau ibu berpikir tentang kematian, baguslah itu bisa jadi sarana pertobatan. Tapi kalau menyangka mati itu akan segera menimpa ibu, pikirlah ulang. Banyak orang yang baik-baik saja lalu mati mendadak, sementara yang mengidap penyakit mematikan malah bisa disembuhkan. Jadi ibu mau pilih yang mana, jalani pengobatan atau memilih menyerah untuk kematian yang belum tentu segera diberikan Tuhan?"
Kalimat perawat itu membuat mata saudara perempuan saya berbinar, bersedia menjalani pengobatan dengan telaten dan sabar. Pola hidup, pola makan, dia jalani sesuai anjuran dokter.
Semangat, itu yang dibutuhkan penderita kanker payudara dan saya pikir inipun berlaku untuk pengidap penyakit lain. Hal lain diluar tindakan medis yang harus dijalani. Perawat itu mampu membangkitkan semangat hidup saudara saya itu hingga bisa menjalani hari-harinya seperti orang kebanyakan meski ada satu penyakit berat bersarang di tubuhnya.
Ada lagi satu hal penting untuk penderita kanker payudara. Dukungan orang tercinta. Terutama pasangan. Suami dengan rasa sayang akan membuatnya mampu bertahan dan berjuang melewati rangkaian pengobatan. Sebab yang diderita adalah salah satu bagian tubuh yang merupakan asset perempuan, yang karenannya perempuan bisa merasa seksi untuk suami.
Rasa minder dengan kondisi tubuh bisa membuat seorang istri terpuruk, enggan menjalani pengobatan berkelanjutan. Maka suami dengan rasa cinta dan perlakuan penuh sayang sangat dibutuhkan.
Ini seperti dituturkan sahabat saya. Suami dari penderita kanker payudara,
" Kami sedang belajar, siap tidak siap kami pasti berpisah. Entah dia yg duluan ataupun mungkin aku , saat ini kami sedang belajar untuk saling menguatkan, memberinya motivasi, dia hrus sembuh.
Sering kucium keningnya setiap dia cerita tentang beberapa teman-temannya yang sama-sama menjalani pengobatan ternyata sudah mendahuluinya. Kukatakan, kita semua akan mati, begitupun aku dan anak kami nantinya."
Awesome, standing applaus saya berikan padanya, lelaki seperti itulah yang dibutuhkan perempuan, bukan malah meninggalkan sendirian dengan alasan memenuhi kebutuhan sentuhan. Telah bertahun lelaki itu dilayani istri, memberinya kepuasan, kini saatnya dia menunjukkan empati untuk sakitnya. Menahan diri dari pemenuhan kebutuhan seksual.
Lebih lanjut dia mengatakan, "Hubungan kami saat ini saling menyayangi tanpa seks. Dia tak boleh stres dan banyak pikiran. Kalaupun sekarang dia kubiarkan masak, mencuci, mengurus bunga, itu tak lain biar dia ada kegiatan dan sedikit lupa dengan sakit yang di alaminya."
Cinta, saya lihat cinta yang sungguh besar di matanya untuk sang istri. Itulah energi kekuatan. Hingga saya menulis artikel ini kondisi kesehatan istrinya makin membaik. Sudah bisa dia tinggal untuk urusan pekerjaan ke luar pulau, sesuatu yang saat awal jatuh sakit dahulu dia tak kan lakukan. Bahkan cuti rela dia ambil demi merawat istri.
Semangat, dukungan pasangan, motivasi untuk sembuh, rasa disayangi dan dipedulikan itulah hal yang sungguh perempuan butuhkan untuk bisa berjuang melawan kanker payudara. Dengan sangat mengutamakan kekuatan CINTA, sebagai sumber utama dari seluruh rasa ingin sembuh itu. Disamping tentu saja tanpa mengabaikan penanganan medis yang harusnya dia jalankan. Salam semangat untuk hidup sehat.