Kalau di kampung saya adalah kebiasaan memberikan makanan bernama Punjungan. Punjung ini niatnya buat ngundang tamu, tapi pakai makanan gitu. Jadinya pas acara nikahan ada tamunya.
Seiring dengan virus covid-19 yang mulai mereda dan pandemi yang kian berlalu, maka tentu saja kegiatan masyarakat mulai dilakukan kembali. Berbagai aktivitas masyarakat bahkan mulai digalakkan secara besar-besaran, hmm. Di mana masih tetap menggunakan protokol kesehatan dan insya Allah aman. Seperti sekolah-sekolah yang mulai masuk dan orang-orang hajatan yang mulai menjamur dimana-mana.
Dua tahun berlalu sejak akhir 2019 yang lalu, orang hajatan bahkan nyaris tidak ada. Hingga tidak ada pula orang yang biasanya memberi makanan untuk mengundang tamu, selain daripada undangan yang berupa kertas.
Hmmm ... terasa seperti mati lampu ya Sayang!
Well, karena di kampung saya ternyata hal tersebut merupakan hal yang lumrah, di mana yang namanya adalah punjungan atau mengundang dengan memberikan makanan kepada para calon tamu. Maka yang diharapkan kehadirannya adalah untuk memberi doa dan restu kepada kedua mempelai pengantin. Nantinya pada saat walimatul urus atau perayaan pesta pernikahan yang juga diharapkan mau memberikan sokongan berupa uang juga, hahahaha..
Sebenarnya seberapa penting sih memberikan punjungan atau mengundang tamu dengan makanan untuk acara pernikahan?
Karena punjungan ini sifatnya adalah berupa benda, alias makanan yang bisa dimakan dan tentu orang yang makannya merasa harus mengembalikan biaya pembuatan makanan tersebut. Istilahnya, kesadaran kalau ini bukan makanan gratis, karena kita harus memberikan amplop tempel kepada mempelai.
Kadang amplop tempel diberikan kepada orang tua mempelai sih. Oke karena hal ini sudah menjadi tradisi tersendiri, maka saya tidak tahu ini penting atau tidak. Akan tetapi nyatanya setiap orang yang memiliki hajatan pernikahan di kampung saya selalu menggunakan punjungan untuk mengundang tamu-tamunya.
Hal ini karena pada perkembangannya yang namanya undangan memakai kertas sudah tidak berlaku atau hampir tidak dipergunakan lagi. Alasannya adalah kebanyakan orang-orang enggan untuk hadir dalam pesta atau tamu-tamu undangan untuk datang pada pesta pernikahan kalau hanya diberikan undangan berupa kertas. Nah loh!
Alasan simpelnya menggunakan punjungan atau undangan berupa makanan adalah sebagai berikut :
1. Mengundang dengan makanan dinilai lebih excited, sehingga para tamu mau tidak mau harus datang dalam pesta pernikahan dengan menggunakan tentu saja membawa amplop yang berisi uang.
2. Mengundang dengan makanan atau punjungan terkadang diibaratkan sebagai sedekah makanan. Hal ini karena belum tentu orang yang punya hajat tersebut– kalau tidak ada acara– tidak mungkin memberi makanan hahaha.
3. Mengundang dengan makanan atau punjungan seperti telah meneruskan tradisi yang telah terjadi secara turun-temurun dan secara tidak langsung meniadakan undangan kertas tadi.
Jadi itulah kesimpulan saya mengenai punjungan atau cara mengundang tamu dengan makanan dalam acara pesta pernikahan atau pesta-pesta yang lainnya. Bagaimana pendapat Anda tentang hal ini?
Jalan-jalan ke pasar
Ada pakdhe jualan nugget
Udah berlalu ajah tuh kesasar
Adanya nambahin budget
Kalau sekarang makna dari makan disaat kondangan kan sudah bergeser maknanya, semacam rahasia umum 'bisa balik modal' entah beneran balik atau tidak. Pernikahan ternyata menjadi tidak sesimpel itu.
Qoni