LITERASI | JATIMSATUNEWS ONLINE:
Siang ini setelah kuselesaikan membaca novel "Selamat Tinggal" karya Tere Liye, aku termenung. Membuatku sedikit menyesal kenapa novel yang aku beli berbulan-bulan yang lalu, hanya menjadi penghias salah satu sudut rak buku. Rasanya penulis satu ini tidak pernah kehabisan ide dalam menuangkan pemikirannya dalam sebuah tulisan, yang membuatku selalu berdecak kagum.
Novel "Selamat Tinggal" Tere Liye sangat dekat dengan kehidupan kita. Mungkin keburukan-keburukan itu pernah kita lakukan, baik karena ketidaktahuan ataupun memang disengaja, yang ternyata telah menjadi candu. Namun bukan berarti tidak ada cara untuk memperbaikinya dan menebus keburukan-keburukan silam. Jadi, daripada inspirasi itu hanya berhenti disini, alangkah baiknya kalau dibuat ulasan dalam bentuk tulisan.
Novel dengan tebal 350 halaman ini menceritakan tentang Sintong, mahasiswa abadi fakultas sastra di sebuah universitas ternama. Ia bercita-cita menjadi seorang penulis. Disamping menjalankan kewajiban sebagai mahasiswa, ia juga menjalankan sebuah toko buku bajakan milik pakliknya.
Novel ini juga dibumbui dengan kisah asmara si pemeran utama yang juga tidak berjalan mulus. Seorang gadis yang menjadi cinta pertama Sintong, ternyata lebih memilih pemuda lain yang lebih berpangkat, yang membuat dunia Sintong seolah runtuh. Menjadi salah satu alasan baginya untuk menunda tugas akhir.
Merupakan awal titik balik bagi Sintong ketika ia sudah berdamai dengan masa lalunya. Perlahan demi perlahan, Sintong mulai menata kembali hidupnya. Diawali dengan menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa, yaitu mengerjakan tugas akhir.
Sintong mengangkat tema penelitian tentang Sutan Pane, seorang penulis yang menghilang puluhan tahun lalu. Ini yang menjadi salah satu hal menarik dalam novel ini. Pembaca bak diajak berkelana dan memecahkan teka-teki dalang dibalik hilangnya seorang penulis legendaris.
Dalam proses mencari jawaban, Sintong sadar bahwa apa yang dilakukan selama ini, menjual buku bajakan, adalah hal yang keliru. Akhirnya dengan mengumpulkan keberanian, Sintong mulai meninggalkan dunia buku bajakan, meskipun dengan resiko dibenci oleh pakliknya.
Novel ini juga menceritakan tentang dunia bajakan lainnya yang sangat dekat dengan dunia kita. Seperti cinta pertama Sintong yang terlibat dalam sindikat obat-obatan palsu, kebiasaan orang-orang menggunakan barang kw, film bajakan dan sebagainya.
Dalam novel ini, Tere Liye mengajak kita untuk lebih menghargai penulis dengan cara membeli buku original. Tanpa kita sadari, dengan membeli buku bajakan dapat membuat penulis merugi. Saat ini, tak jarang ditemui penulis yang tingkat kesejahteraannya masih rendah.
Hidup adalah kesesuaian antara perkataan, tulisan, dan perbuatan. Apalah arti kehormatan seorang manusia saat tiga hal ini tidak sesuai. Apalah arti martabat seorang manusia ketika hal tersebut bertolak belakang. (hal. 337)
Sebagai pembaca yang cerdas, yuk mulai sekarang membaca buku original. Apabila masih suka membaca buku bajakan atau mencari di internet versi pdf yang bukan dari platform resmi (ilegal), segeralah bertaubat. Terakhir, mengutip pernyataan Tere Liye dalam novel Selamat Tinggal sebagai motivasi untuk hijrah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Mari tutup masa lalu yang kelam, mari membuka halaman yang baru. Jangan ragu-ragu. Jangan cemas. Tinggalkan kebodohan dan ketidakpedulian. "Selamat Tinggal" suka berbohong, "Selamat Tinggal" kecurangan, "Selamat Tinggal" sifat-sifat buruk lainnya.
Semoga bermanfaat.
Afifatul Khoirunnisak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?