Keterangan gambar Gus Baha'( putih) dan ayahanda Kyai Nursalim. Gambar diambil dari You tube Channel Ngaji
PUISI I JATIMSATUNEWS.ONLINE:
Abd Al Haris Al Muhasibiy
Sekali waktu ngobrol biasa di beranda.
Di rumah Gus Ali bersama putranya.
Sambil ketawa dan juga canda ria.
Namun terselip kata hikmah dari Gus Ali yang mulia.
Sekali waktu Kiyai Nur Salim usai ceramah katanya.
Diberi amplop tentu dengan isi entah berapa.
Namun yang jadi perhatian bagi kita sifat "lomo".
Kedermawanan Kiyai Nur Salim pada sesama.
Sebab justru uang yang diterima Kiyai Nur Salim diberikan orang kaya.
Sungguh cara hidup yang dermawan luar biasa.
Entah tanpa pikir spontan kutunjuk putranya.
Seharusnya meniru abah Kiyai Nur Salim yang mulia.
Sambil ketawa Gus Mahasin bisa juga membela.
Katanya sih belum punya...........entah apa maksudnya.
Boleh jadi ini pelajaran yang luar bisa dari ulama.
Kepada kita yang mungkin dianggap masih muda.
Sifat dermawan pasti harus menjadi mengemuka.
Terutama bagi para pendakwah agama Allah SWT.
Padahal Kiyai Nur Salim juga mengagumi sang istri.
Menurut dirinya belum sebanding dengan istri yang dicintai.
Justu ibu Gus Mahasin dan Gus Baha dermawanya sangat lebih-lebih.
Seringkali memberi uang orang lain kalahkan anak-anaknya sendiri.
Mungkin inilah rahasia yang perlu kita semua pelajari.
Banyak orang justru putra-putrinya baik karena investasi.
Sifat kedermawanan orang tua bisa menjadi kasih ilahi.
Justru anak turunya selalu diberi ilahi tanpa henti.
Dengan ditempatkan di maqom yang sangat-sangat tinggi.
Bisa saja jadi orang alim seperti Gus Baha dan famili.
Sangat mungkin orang-orang ini nanti yang akan pimpin negeri.
Meski sedikit cerita Gus Ali kepada kami.
Namun kesimpulan bisa menjadi sangat memberi kontribusi.
Sifat kedermawan sangat dekat dengan kehidupan para sufi.
Sebab mereka punya jargon "la tamliku syaian wa la yamlikuka syaiun" di hati.
Malang, 10 Juli 2021
'Abd Al Haris Al Muhasibiy