Abd Al Haris Al Muhasibiy
Mendengar ceramah KH. Bisri Mustofa.
Terpukau dengan pilihan-pilihan kata.
Meski waktu itu masih siswa Tsanawiyah tahun 1975.
Sangat kagum bahkan terasa larut dengan sepenuh jiwa.
Suara menggelegar dengan banyak cerita.
Sesekali diselingi penggalan kasidah.
Sepertinya Kiyai Bisri selain ilmu agama juga suka sastra.
Singa Podium juga pandai sekali cerita sejarah.
Dengan berbagai perspektif representasi kiyai cendikia.
Selain kiyai, mbah Bisri juga politisi.
Meski mendengar ceramah beliau hanya dua kali.
Namun simpul-simpul kalimatnya mengkritisi.
Melihat realitas negara dan bangsa yang penuh kontradiksi.
Kiyai Bisri mampu mengemas kritik penuh amunisi.
Ulama-cendikia ahli retorika yang penuh kompetensi.
Inilah yang kita inginkan tumbuh berkembang di UIN Maliki.
Apa pun pilihan prodi harus punya distingsi.
Implementasi sebuah konsep integrasi sains yang islami.
Kalau saja nama beliau diabadikan di FKIK.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan juga.
Maka sesungguhnya biar sebarkan banyak idea.
Tetap menjadi dokter dan apoteker namun juga ahli agama.
Seperti Kiyai Bisri seorang kiyai multi talenta.
Pengarang berbagai kitab dan juga ahli tarjamah.
Sangat pantas jika "Rumah Tahfidz al Qur'an dan Moderasi Beragama".
Kita beri nama gedung "KH. Bisri Mustafa" dengan izin keluarga.
Gus Menag, Gus Yahya dan Gus Mus semua.
Terima kasih atas perkenan dan izin keluarga.
Semoga UIN Maliki Malang selalu mendapat berkah.
Berkat mengambil nama yang terhormat Kiayi Haji Bisri Mustofa.
Malang, 5 Juli 2021
'Abd Al Haris Al Muhasibiy
Putranya, KH Mustofa Bisri saat duduk dengan Rektor UIN Maliki Prof. Abdul Haris