Tampak riang, siratkan enggan diganggu
Nanar kutatap dari kejauhan
Ingin ikut terlibat
Namun, takut ini ciutkan nyali
Terlihat semakin seru
Saling ciprat antara kau dan dia
Bajumu, bajunya basah
Namun, permainan tak juga kau sudahi
Gemuruh di dada bertalu
Pulang, memalingkan pandangan
Dongkol ini,
Kutendang botol di pelataran jalan
Yang dibuang dari laju mobil
Disangkanya, jalan adalah tempat sampah apa
Sesampai di rumah
Tangisku tumpah
Ibu membiarkanku
Selalu begitu kalau aku kesal
Kata ibu "Nanti juga akan baik sendiri"
Dalam tangisku
Aku hanya mengingat
Saat-saat bersamamu
Kau dengan setia mendampingiku bermain masak-masakan
Kau cecar aku dengan banyak pertanyaan
Dengan gembira aku jawab tanyamu tentang aneka resep masakan
Di sekolah, lain lagi ceritanya
Kau pandai menggambar
Namun kurasakan keanehanmu kala itu
Saat teman laki-laki menggambar hewan atau mobil
Kalu malah menggambar bunga
Semakin aneh lagi
Saat anak yang lain memilih warna merah, kuning atau ungu
Kau malah memilih warna biru
Biru itu keren, katamu saat kulayangkan protes
Kini baru aku tahu
Warna biru sebagai lambang cinta
Seperti cintamu pada semua teman
Tak pilih kasih, semua kau pilih
Kau pandai bermain dengan teman lelaki
Kaupun tak canggung bersenda gurau dengan teman perempuan
Aku cemburu!
Inginkan ramai itu
Hanya untukku
Seperti bunga biru di gambarmu
Penanda, kau hanya mencintaiku
Anis Hidayatie feat Siti Nazarotin
Pujon & Blitar, 1 Juli 2021