ads H Makhrus

 

Pasang iklan disini

 


Sudahkah Menjadi Desa Inklusi?

Anis Hidayatie
24 Juni 2021 | 05.15 WIB Last Updated 2021-12-04T10:45:25Z
KEDIRI JATIMSATUNEWS.ONLINE: Sudahkah Menjadi Desa Inklusi?

Kediri merupakan salah satu kota di provinsi Jawa Timur. Kurang lebih selama 2 bulan kami tinggal disana. Iya kami, mahasiswa semester 6 Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Surabaya. Kami yang beranggotakan 12 orang melakukan KKN di Kediri, lebih tepatnya di Desa Cerme Kecamatan Grogol Kabupaten Kediri. 

Kami tidak ada yang berasal dari Desa Cerme ini, akan tetapi kami berniat melakukan KKN dengan Tema Disabilitas untuk memberikan sedikit ilmu yang dapat kami sampaikan kepada warga serta adek-adek disana. 

Bukan tanpa alasan kami memilih desa ini unuk melakukan KKN, salah satu alasan kami adalah karena KKN kami mengusung Tema Disabilitas dan di desa tersebut terdapat SLB yang bagus yaitu SLB Dharma Wanita Grogol Kabupaten Kediri.

 Di SLB inilah, anak-anak yang memiliki kekhususan memperoleh pendidikan untuk bekal mereka bermasyarakat di masa depan seperti anak pada umumnya.

Lingkungan desa yang ramah dan sangat menerima kehadiran kami membuat penerapan dari Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang dilakukan oleh Jurusan Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Surabaya berjalan dengan sangat baik.
 Di desa ini, selain melaksanakan kegiatan KKN, kami juga melaksanakan Intership dan perkuliahan daring, sehingga dengan adanya dukungan dan fasilitator dari warga sekitar, kami mampu menyelesaikan tugas lapangan kami dengan baik dan mudah saat memerlukan interaksi dengan anak berkebutuhan khusus di desa tersebut.

Bermatapencaharian sebagai pedagang dan petani, desa yang dipimpin oleh Bapak Saiful ini merupakan desa cukup strategis, dimana letak desa ini sangat dekat dengan pasar besar, masih memiliki sawah yang cukup luas, dan di desa ini pula dekat dengan proyek bandara Kediri. 

Uniknya, di desa Cerme dan sekitarnya tidak ada pedagang-pedagang dari luar atau pedagang asing yang membuka usahanya disini, atau bisa dikatakan bahwa masyarakat di Desa Cerme ini melarang adanya pedagang-pedagang asing masuk ke wilayahnya.

 Lalu kami bertanya, “Siapa yang berjualan di Desa Cerme ini?” jawabnya adalah masyarakatnya yang berjualan sendiri. Hal inilah yang membuat UMKM dari desa Cerme memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan perekonomian warga setempat. Tak terkecuali bagi disabilitas di desa tersebut yang mau berwirausaha juga akan diterima dan difasilitasi sebaik mungkin oleh desa Cerme. 

Data terbaru dari jumlah total disabilitas yang ada di desa Cerme sebanyak 85 jiwa, dengan hambatan yang berbeda-beda, baik disabilitas mental dan fisik. Desa Cerme tidak membeda-bedakan antara disabilitas dengan warga umum. Dalam pemerintahan desa terdapat disabilitas yang bekerja membantu administrasi desa, yakni Bapak Nanang. 
Beliau termasuk disabilitas daksa, dimana jari-jari tangannya pendek atau hanya setengah. Namun, tidak menghalangi Bapak Nanang untuk bekeja di kantor Kelurahan desa Cerme sebagai tim IT desa tersebut. 
Warga di desa Cerme juga berupaya untuk mampu berkomunikasi dengan anak tunarungu di desa tersebut, sehingga saat kami datang kesana, warga sangat antusias untuk mempelajari bahasa isyarat baku, atau disebut juga dengan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia).

 Di TPQ, tempat untuk anak-anak belajar mengaji, guru tidak melarang anak disabilitas ikut mengaji disana. Mereka tetap mengajarkan ilmu agama setara dengan anak-anak lainnya.

 Ibu Im, selaku guru TPQ disana mengatakan, “Saya senang mengajar mengaji anak-anak di TPQ, itu adalah salah satu kegiatan untuk menghabiskan waktu luang saya.” 

“Saya juga ingin sekali bisa berkomunikasi dengan anak tunarungu disana, dia pernah berusaha memberitahu saya sesuatu tapi saya tidak paham, jadi saya merasa kebingungan.” 

“Terimakasih kepada mbak-mbak yang telah memberikan ilmunya kepada ibu-ibu disini, akan kami terapkan saat kami bertemu dengan anak tunarungu.” lanjutnya.


Program utama kami dalam melaksanakan KKN di desa Cerme ini adalah melakukan sosialisasi tentang disabilitas. 

Sosialisasi pertama kami berjudul “Anak Berkebutuhan Khusus”. Kami mengundang orang tua anak berkebutuhan khusus, masyarakat, serta aparat desa Cerme untuk memberikan sedikit informasi mengenai anak berkebutuhan khusus serta memberikan pemahaman bahwa anak berkebutuhan khusus bukanlah aib keluarga dan anak berkebutuhan khusus harus kita berikan pendidikan serta pelatihan untuk kehidupan mereka kelak. 
Penyampaian materi berasal dari kami sendiri sebagai mahasiswa serta salah satu guru di SLB Dharma Wanita Grogol Kabupaten Kediri yang bernama Ibu Purwaningsih, S.Pd. M.Pd. Kegiatan sosialisasi ini berlangsung dengan lancar, aparat desa membantu kita dikala kita membutuhkan bantuan dan masyarakat yang diundang pun 90% datang dengan antusias. 
Namun, ada satu kendala, dimana saat pengguna kursi roda ingin memasuki aula desa mengalami kesulitan karena tidak adanya ramp di depan aula, melainkan tangga, sehingga pengguna kursi roda mengalami sedikit kesulitan. Sebenarnya, di balai desa ada ramp disisi kanan dekat ruang utama balai desa, akan tetapi, apabila warga pengguna kursi roda ingin menuju aula, harus kembali dan melewati jalan lain terlebih dahulu. 

 kedua yaitu mengenai PMDS (Pendidikan Menolong Diri Sendiri) kepada anak berkebutuhan khusus di SLB Dharma Wanita Grogol. Kegiatan sosialisasi ini berfokus pada bagaimana mencuci tangan dengan benar dan bagaimana penggunaan masker dengan benar kepada anak-anak berkebutuhan khusus pada jenjang kelas 1 SD yang baru memasuki dunia sekolah formal. Guru di SLB tersebut sangat mendukung program kami, dan memfasilitasi keperluan yang kami butuhkan selama pelaksanaan sosialisasi. 
Dalam pelaksanaannya, materi yang kami sampaikan diolah sedemikian rupa sehingga akan sangat mudah dipahami oleh anak. Kami bukan hanya memberikan materi, akan tetapi kami juga langsung praktek mencuci tangan dengan benar menggunakan kran air. Kami melihat anak-anak disana sangat antusias, apalagi dilengkapi dengan pemberian lagu anak-anak sebagai penghibur dan lagu-lagu mencuci tangan serta penggunaan masker agar anak-anak mampu menerima apa yang disampaikan dengan baik dan dalam kegiatan sosialisasi masih dengan suasana hati yang senang dan semangat. 

Dengan semua yang telah kami lalui selama 2 bulan di desa ini, kami merasa sangat senang telah melaksanakan KKN bertema Disabilitas di Desa Cerme. Menurut kami, Desa Cerme telah berupaya untuk menciptakan desa yang inklusi bagi warganya. Meski belum termasuk dalam kategori sempurna, namun desa Cerme akan terus berusaha untuk memberikan fasilitas yang terbaik bagi warganya sehingga warga desa Cerme akan hidup tentram dan bahagia. 
Hal itulah yang membuat Bapak Saiful berkata, “Saya sangat senang dengan kehadiran mbak-mbak KKN ini, saya ingin ada masukan untuk desa ini bagaimana cara untuk menjadi lebih inklusif lagi dari mbak-mbak agar desa ini bisa menjadi lebih baik lagi.” tuturnya, selaku kepada desa Cerme.

Selain program utama KKN kami yang sudah dipaparkan diatas, kamu juga mengadakan program bimbel untuk anak-anak berkebutuhan khusus, dimana bimbel ini dilaksanakan setiap hari selain hari minggu. Anak-anak berkebutuhan khusus yang mengikuti bimbel ini terdapat berbaagai macam ketunaan seperti tunanetra, autis, tunagrahita, dan down syndrome.
 Anak-anak berkebutuhan khusus yang mengikuti bimbel ini sangat senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran yang kami berikan, karena dengan bimbel yang kami adakan ini mereka bisa bertemu teman-teman nya dan dapat bermain serta berinteraksi kembali karena sudah lama tidak bisa berinteraksi bersama dikarenakan pembelajaran daring karena adanya pandemi. 
Para orang tua anak-anak berkebutuhan khusus ini juga sangat antusias dan senang karena sudah mengadakan bimbel kepada anak-anak berkebutuhan khusus selama kami menjalankan KKN di desa Cerme ini. Terlebih para orang tua sangat berterimakasih karena putra dan putrinya bisa mendapatkan pembelajaran kembali selain pembelajaran daring dari sekolah. Karena para orang tua yang sangat welcome dan senang karena adanya program bimbel yang kami adakan untuk anak-anak berkebutuhan khusus, kami sebagai pelaksana program ini juga sangat berterimakasih karena sudah diberikan kesempatan yang luar biasa untuk memberikan pembelajaran kepada putra putri nya yang hebat.



Kontributor: Mukhzamila







Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Sudahkah Menjadi Desa Inklusi?

Trending Now