Sinyo, (kaos hitam) dengan pengunjung dari UMKM Gempol
Mengunjungi omah jenang serasa mendapat pertunjukan tradisi budaya kuliner yang mengasikkan. 13/3/2021
Cara membuat yang masih tradisional "ngudek jenang" menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin melihat omah jenang.
Dipersilahkan mengincip bagi yang merasakan adonan panas. Ada sensasi gembira ketika pengunjung dipersilahkan ikut mengaduk.
8 jam pembuatan jenang dilakukan oleh karyawan dari proses pembuatan hingga jadi. Baru dikemas.
Sinyo dengan besek
Besek, tempat kue tradisional dari bambu masih dipertahankan sebagai kemasan pula. Disamping 20 jenis yang lain.
Besek, tempat kue tradisional dari bambu masih dipertahankan sebagai kemasan pula. Disamping 20 jenis yang lain.
Produk dalam berbagai kemasan
"Besek itu khas tempat jenang. Kita pertahankan. Ramah lingkungan, tidak ada limbah, sisa tempat tidak terbuang. Bisa dimanfaatkan," tutur Hedri Cristiawan, owner Omah Jenang yang akrab dipanggil Sinyo.
Dihadapan pelaku UMKM Gempol yang sedang melakukan kunjungan Sinyo tak segan membagi ilmu.
"Kalau mau belajar membuat jenang khas Omah Jenang silahkan datang, 1 bulan bisa," jelas Sinyo didampingi Aziz.
Omah jenang siap memberi edukasi disamping menjual produk. Aneka jajanan khas omah jenang tersedia disamping jenang. Buka mulai pukul 08.00 pagi sampai pukul 08.00 malam Omah Jenang juga sukses melakukan penjualan online.
Aziz, Kaos putih dialog dengan pengurus UKM Gempol
"Omset kami terus menanjak sejak memanfaatkan media online," lanjut Sinyo didampingi Aziz, Pemilik usaha mesin Hokindo. Yang juga pernah mengawal UMKM Blitar meraih juara 1 NU award PWNU Jatim. Dalam jabatannya sebagai ketua lembaga perekonomian NU Kabupaten Blitar. 13/3/2021
Anis Hidayatie